1. Kecepatan Lari.
Kecepatan merupakan komponen kondisi fisik yang sangat esensial dalam berbagai cabang olahraga, karena kecepatan termasuk dalam unsur-unsur kondisi fisik dasar selain kekuatan (strength) dan daya tahan (endurance). Dalam kegiatan olahraga, kecepatan didefinisikan sebagai kemampuan untuk bergerak dengan kemungkinan kecepatan yang paling cepat. Kecepatan ini secara meyakinkan menyumbang dalam prestasi lari cepat (sprint) dan loncat horisontal (Jarver, 1974 : 52).
Sedangkan Schmolinsky (1978 : 39), mendefinisikan " kecepatan
sebagai kemampuan pada dasar-dasar mobilitas sistem saraf pusat dan
perangkat otot untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu
". Secara fisika kecepatan digambarkan dengan rumus :
Jarak D (distance)
Kecepatan = ( V = )
Waktu T (time)
Perubahan jarak
Kecepatan =
Perubahan waktu
Nossek (1982 : 62), menyatakan bahwa " kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seorang atlet untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan untuk melakukan gerakan secepat mungkin ". Gerakan-gerakan kecepatan dilakukan melawan tahanan yang berbeda (berat badan, berat peralatan, air, dsb) dengan efek bahwa pengaruh kekuatan juga menjadi faktor yang menentukan. Karena gerakan-gerakan kecepatan dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin, maka kecepatan secara langsung tergantung pada waktu yang ada dan pengaruh kekuatan.
Menurut Jonath, & Krempel (1987 : 19-20), " Kecepatan didefinisikan sebagai hasil kerja suatu tenaga pada suatu massa ". Didalam dasar gerakan manusia, massa adalah tubuh atau salah satu anggota tubuh dan tenaga merupakan kekuatan otot yang digunakan seseorang menurut massa yang digerakkan. Secara fisika, kecepatan didefisnisikan sebagai jarak per satuan waktu, misalnya 100 km/jam. Sedangkan secara psikologis, kecepatan diartikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan gerak, proses sistem syaraf dan perangkat otot untuk melakukan gerak dalam satuan waktu. Selain itu menurut Harsono (1988 : 216), " Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu sesingkat mungkin, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat mungkin ". Adapun menurut Suharno, H.P.(1993 : 47), bahwa " Kecepatan adalah kemampuan atlet untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya ".
Lari adalah gerakan berpindah tempat dengan maju kedepan yang dilakukan lebih cepat dari berjalan. Gerakan lari dan gerakan berjalan hampir sama, perbedaannya adalah jika pada berjalan kedua kaki selalu kontak atau berhubungan dengan tanah, sedangkan pada lari, ada saat badan melayang diudara (syarifudin, 1985 : 57).
Lari tidak hanya merupakan nomor yang dipertandingkan dalam cabang atletik saja, tetapi juga merupakan bagian yang penting hampir pada semua cabang olahraga. Pada dasarnya gerakan lari itu sendiri untuk semua jenis lari adalah sama, akan tetapi berhubung adanya pembagian jarak yang ditempuh dan penggunaan sistem energi yang berbeda, maka dalam pelaksanaan teknik larinya menjadi berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Lari cepat sebagai suatu rangkaian tolakan atau loncatan, komponen dasarnya adalah kecepatan dan power otot tungkai. Meningkatnya kecepatan dan power otot tungkai akan menyebabkan kerja neuromuskuler menjadi labih baik, sehingga peningkatan panjang langkah dalam segi ruang dan frekuensi langkah dalam segi waktu akan menghasilkan kecepatan lari.
Menurut Nossek (1982 : 64), fase kecepatan lari dibagi kedalam empat fase kecepatan, yaitu :
1) Waktu reaksi dan kecepatan reaksi
2) Akselerasi (percepatan)
3) Kecepatan dasar dan lari cepat
4) Daya tahan kecepatan.
Fase kecepatan lari secara lebih rinci dapat dianalisis dan diuraikan sebagai berikut :
1) Waktu reaksi dan kecepatan reaksi.
Waktu reaksi merupakan selang atau jarak waktu diantara rangsangan (yang berhubungan dengan mata, akustik, atau sentuhan) dan permulaan gerakan. Waktu reaksi yang diukur pada atlet yang maju bervariasi antara 0,15 dan 0,25 detik (Nossek, 1982 : 64).
Waktu reaksi dalam lari cepat terjadi pada saat jatuhnya rangsangan dan permulaan lari atau yang biasa disebut reaksi start. Seorang pelari cepat harus memiliki reaksi start yang singkat artinya ia harus mempu menjawab rangsangan ( bunyi "pistol" atau aba "ya" ) dengan menolak secara kuat dan cepat ke start block. Pemberian respons ini, unsur power sudah mulai berperan. Penampilan power terutama tercermin dalam percepatan start yang tinggi dan kapasitas frekuensi langkah. Kecepatan reaksi sangat sukar untuk didefinisikan, seperti unsur-unsur fisik yang lain, misalnya kekuatan eksplosif, kemampuan akselerasi atau keterampilan gerak (Nossek, 1982 : 66).
2) Akselerasi (percepatan).
Untuk mencapai kecepatan maksimal seorang pelari harus mempu mengembangkan kecepatan awalnya secepat mungkin. Kemampuan
melakukan percepatan, mempertahankan kecepatan maksimal, dan memperlambat kecepatan maksimal untuk setiap pelari berbeda-beda. Pelari yang terlatih atau berpengalaman akan mencapai kecepatan maksimalnya lebih cepat, mempertahankan kecepatan maksimalnya pada jarak yang lebih panjang, dan kecepatan maksimalnya turun lebih lambat daripada rata-rata palari cepat yang tidak terlatih. Dalam mencapai kecepatan maksimal ini terjadi proses " pick up acceleration ", yaitu jarak yang diperlukan pelari sesudah tahap percepatan awal mencapai kecepatan maksimalnya.
3) Kecepatan dasar dan lari cepat.
Kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimum yang dapat dicapai gerak siklis ialah produk maksimum yang dapat dicapai dari frekuensi gerak (frekuensi langkah) dan amplitudo gerak (panjang langkah). Frekuensi dan panjang langkah merupakan faktor yang menentukan kecepatan maksimal. Pada atlet yang terlatih, untuk mencapai kecepatan maksimum nya memerlukan kira-kira 30-40 meter untuk tahap kaselerasi (Nossek, 1982 : 64).
4) Daya tahan kecepatan
Setelah kecepatan maksimalnya tercapai, kemampuan pelari untuk mempertahankan kecepatan maksimalnya merupakan kunci utama dalam menyelesaikan larinya. Tahap berikutnya daya tahan kecepatan menentukan seberapa lama seorang atlet mampu mempertahankan kecepatan maksimalnya. Kemampuan ini menunjukkan tingkat kapasitas anaerobik atau dayatahan kecepatan seorang pelari cepat. Dayatahan kecepatan mengendalikan tingkat kelambatan di dalam bagian akhir dari lari cepat.
Berdasarkan pendapat dari beberapa penulis seperti yang telah disebutkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan lari adalah suatu kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan lari dalam waktu yang singkat, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dengan berlari dalam waktu yang secepat-cepatnya.
a. Macam-macam kecepatan.
Kecepatan dibagai menjadi beberapa macam, dalam hal ini menurut Nossek (1982:65), kualitas kecepatan dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1) Kecepatan reaksi (reaction speed). adalah kecepatan untuk merespon suatu rangsangan.
2) Kecepatan bergerak (speed of movement). adalah kemampuan kecepatan kontraksi secara maksimal otot dalam suatu gerakan yang terputus (gerakan non siklik / gerak eksplosif)
3) Kecepatan lari cepat (sprinting speed). adalah kemampuan untuk bergerak maju kedepan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal.
Sedangkan menurut Bompa (1999 : 368), Kecepatan dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni kecepatan umum dan kecepatan khusus. 1) Kecepatan umum.