PTK UPAYA MENINGKATKAN SOSIALISASI MELALUI BERMAIN ESTAFET PADA ANAK KELOMPOK B

PTK UPAYA MENINGKATKAN SOSIALISASI MELALUI BERMAIN ESTAFET PADA ANAK KELOMPOK B

Wednesday, April 13, 2016
PTK (0046) UPAYA MENINGKATKAN SOSIALISASI MELALUI BERMAIN ESTAFET PADA ANAK KELOMPOK B



BAB II
KAJIAN TEORI

A Sosiolisasi
1. Pengertian Sosialisasi
Nasution (dalam Idi dan Safarina 2010: 100) menuturkan bahwa sosialisasi merupakan proses bimbingan individu ke dalam dunia sosial. Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang hams dimiliki dan diikutinya, agar anak menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagi kelompok khusus, sosialisasi dapat dianggap sama dengan pendidikan.
Defmisi sosialisasi Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil interaksi dari lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai aturan norma yang berlaku. (Santoso,2006 : 7.3).
Lazams (dalam Ahmadi 2007: 154) mengatakan bahwa proses sosialisasi adalah proses akomondasi, dimana individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku yang bam sesuai dengan ebudayaan masyarakat.
edangkan Masitoh dkk, (2005: 11) mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuakan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak-anak itu
berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya sekedar kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon terhadap dirinya. Bagi anak prasekolah, kegiatan bermain menjadikan fungsi sosial anak semakin berkembang. Tatanan sosial yang baik dan sehat serta dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri yang positif akan menjadikan perkembangan sosialisasinya akan menjadi lebih optimal.
Berdasarkan beberapa defmisi diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana individu masuk kedalam dunia sosial dan dimana individu mampu bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dan mampu menyesuaikan keadaan lingkungan sekitar. 

2. Pengembangan Sosial Melalui Tahapan Bermain Sosial
Aktivitas bermain bagi seorang anak memiliki peranan yang cukup besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman. Aktivitas bermain menyiapkan anak dalam menghadapi pengalaman sosialnya. Sikap yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain, antara lain berikut ini Nugraha (2006: 1.21) secara umum menyatakan bahwa pengembangan sosial pada anak usia dini adalah: 
a. Sikap sosial
Bermain dapat mendorong anak untuk meninggalkan pola berpikir egosentrisnya. Dalam situasi bermain anak 'dipaksa' untuk mempertimbangkan sudut pandang teman bermainya sehingga anak kurang egosentris. Dalam permainan, anak belajar bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Mereka mempunyai kesempatan untuk belajar menunda kepuasan sendiri selama beberapa menit, misalnya saat menunggu giliran bermain. Sehingga dapat terdorong untuk belajar berbagi, bersaing dengan jujur, menang atau kalah dengan sportif, mempertahankan haknya, dan peduli terhadap hak-hak orang lain. Lebih laijut anak pun akan belajar makna kerja tim dan semangat tim.
b. Belajar berkomunikasi
Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lain anak harus bisa mengerti dan di mengerti oleh teman-temanya. Hal ini mendorong anak untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, bagaimana membentuk hubungan sosial, bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.
c. Belajar mengorganisasi
Saat bermain bersama orang lain, anak juga berkesempatan belajar berorganisasi. Bagaimana anak harus melakukan pembagian 'peran' di antara mereka yang turut serta dalam permainan tersebut, misalnya siapa yang menjadi guru dan siapa yang menjadi muridnya.
d. Lebih menghargai orang lain dengan perbedaan-perbedaan
Bermain memungkinkan anak mengembangkan empatinya. Saat bermain dalam sebuah peran, misalnya anak tidak hanya memerankan identitas tokoh, tetapi juga pikiran-pikiran dan perasaan- perasaan tokoh tersebut. Permainan membantu anak membangun pemahaman yang lebih baik atas orang lain, lebih toleran, serta mampu berlapang dada terhadap perbedaan-perbedaan yang dijumpai.
e. Menghargai harmoni dan kompromi
Saat dunianya semakin luas dan kesempatan berinteraksi semakin sering dan bervariasi maka akan tumbuh kesadaranya akan makna peran sosial, persahabatan, perlunya menjalin hubungan serta perlunya strategi dan diplomasi dalam hubungan orang lain. Anak tidak akan begitu saja merebut mainan teman, misalnya anak tau akan kosekuensi ditinggalkan atau dimusuhi.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pengembangan sosial melalui tahapan sosial bahwa saat anak bermain memungkinkan mengembangkan empatinya dan semakin sering berinteraksi dapat menumbuh kembangkan sifat kesadaran anak untuk berbagi dan lebih bisa menghargai dirinya sendiri dan orang lain.

3. Media Sosialisasi dalam Kehidupan
Idi (2011: 112) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah media sosialisasi dalam kehidupan , yaitu: 
a. Keluarga.
Keluarga adalah yang merupakan orang petama yang mengajarkan hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan hidup manusiaadalah anggota keluarga. Orang tua atau keluarga harus menjalankan fungsi sosialisasi. Fungsi sosialisasi merupakan suatu fungsi yang berupa peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak.Fungsi sosial menunjukkan pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi sosial ini, keluarga bemsaha mempersiapkan bekal selengkap-lengkapnya dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita,dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat, serta mempelajari peranan yang diharapkan akan bekal mereka kelak.
b. Teman sepermainan dan sekolah
yang mempakan lingkungan sosial kedua bagi anak setelah keluarga,dalam kelompok ini anak akan menemukan berbagai nilai dan norma yang berbeda bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga. Melalui lingkungan sekolah dan teman sebaya anak mulai mengenal harga diri, citra diri, dan hasrat pribadi.
c. Lingkungan bekerja yang mempakan proses sosialisasi selanjutnya Tempat kerja mulai brorganisasi secara nyata dalam suatu sistem.Sejumlah hal yang perlu dipelajari dalam lingkungan kerja, misalnya bagaimana menyelesaikan pekerjaan, bagaimana bekerja sama dengan bagian lain, dan bagaimana beradaptasi dengan rekan kerja.
d. Media massa
mempakan sarana dalam proses sosialisasi karena media banyak berikan informasi yang dapat menambah wawasan untuk memahami keberadaan manusia dan berbagai permasalahan yang ada dilingkungan sekitar. Media masa mempakan sarana efektif dan efisien untuk mendapatkan informasi, melalui media, seorang dapat mengetahui keadaan dan keberadaan lingkungan dan kebudayaan, sehingga dengan informasi tersebut dapat menambah wawasan seseorang.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pengembangan media sosialisasi dalam kehidupan keluarga,lingkungan sekolah, lingkungan bekerja dan media massa sangat berperan penting untuk kehidupan manusia karna dapat memberi informasi-informasi yang baru dan dapat menambah wawasan baru yang ada dilingkungan sekitar. 

4. Teori Pembelajaran Sosial
Suyanto (2005:105) berpendapat ada beberapa teori pembentukan sosialisasi yaitu:
a. Lev Vygotsky menurutnya, interaksi sosial memegang peranan terpenting dalam perkembangan kognitif anak. Anak belajar melalui dua tahapan. Pertama, melalui interaksi dengan orang lain, baik keluarga, teman sebaya, maupun gurunya. Kedua, secara individual anak menginteraksikan apa yang dipelajari dari orang lain kedalam struktur mentalnya.
b. Albert Bandura dikenal dengan social learning theory (teori belajar sosial). Fokus teori ini ialah bagaimana anak-anak belajar perilaku sosial, seperti bekerja sama, sharing (berbagi), atau perilaku negatif, seperti berkelahi, bertengkar, dan menyerang. Berdasarkan beberapa defmisi diatas dapat disimpulkan bahwa menumt Lev Vygotsky interaksi sosial memegang peranan terpenting dalam perkembangan kognitif anak. anak belajar melalui dua tahapan. Pertama, melalui interaksi dengan orang lain, baik keluarga, teman sebaya, maupun gurunya. Kedua, secara individual anak menginteraksi apa yang dipelajari dari orang lain kedalam struktur mentalnya. anak mampu berinteraksi sesuai dengan pembelajaran yang sudah dipelajari dari lingkungan sekitar. 

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sosialisasi
Ahmadi (2007: 158) mengatakan bahwa, ada beberapa Faktor yang mempengaruhi sosialisasi yaitu:
a. Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi-potensi yang diwarisi seseorang dari ayah dan ibunya. Sifat dasar ini terbentuk pada saat konsepsi, yaitu momen bertemunya sel betinanya pada saat pembuahan.
b. Lingkungan prenatal adalah lingkungan dalam kandungan ibu. Sel telur yang sudah dibuahi pada saat konsepsi itu berkembang sebagai embrio dan fetus dalam lingkungan prenatal itu.
c. Perbedaan perorangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi. Sejak anak dilahirkan tumbuh dan berkembangsebagai individu yang unik berbeda dari individu- individu
lain. Anak bersikap selektif terhadap pengaruh-pengaruh dari ungan. Perbedaan perorangan ini meliputi perbedaan dalam ciri-fisik (bentuk badan, warna kulit, warna mata, rambut dan Iain-lain).
d. Lingkungan alam kondisi-kondisi disekitar individu yang mempengaruhi proses sosialisasi, antara lain sebagai berikut:
1) Lingkungan alam, yaitu keadaan tanah, iklim, flora dan faunaLingkungan sekitar individu.
2) Kebudayaan, yaitu cara hidup masyarakat tempat individu itu
3) hidup kebudayaan ini mempunyai aspek material (rumah perlengkapan hidup, hasil-hasil teknologi lainya) dan aspek non material (nilai-nilai, pandangan hidup, adat istiadat dan sebagainya)
4) Manusia lain dan masyarakat disekitar individu, pengaruh manusia lain dan masyarakat dapat memberi stimulasi atau membatasi proses sosialisasi.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi dapat penulis simpulkan bahwa Sejak anak dilahirkan tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unikberbeda dari individu- individu yang lain Perbedaan perorangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses sosialisasi.

B. Bermain 
1. Pengertian bermain
Thobroni dan Muntaz (2011: 41) mengatakan bahwa bermain adalah suatu aktivitas yang dapat dilakukan oleh semua orang, dari anak-anak hingga orang dewasa, tak terkecuali para penyandang cacat. Hartati (2005:85) mengatakan bahwa bermain adalah sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Sedaangkan menurut mayesty dalam Sujiono (2009:144) bermain adalah kegiatan yang anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan.
Gallahue dalam Hartati (2005:85) mengungkapkan bermain adalah suatu aktifitas yang langsung dan spontan yang dilakukan oleh anak bersama orang lain atau dengan menggunakan benda-benda disekitarnya dengan senang, suka rela dan imajinatif, serta menggunankan perasaanya, tanganya atau seluruh anggota tubuhnya. Sedangkan menurut Semiawan dalam Hartati (2005:85) bermain adalah aktifitas yang dipilih sendiri oleh anak, karna menyenangkan bukan karna akan memperoleh hadiah atau pujian.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bermain adalah aktifitas anak baik sendiri maupun bersama orang lain atau menggunakan benda-benda disekitarnya yang dapat menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi anak serta anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui bermain. 

2. Tujuan bermain
Pada dasarnya memiliki tujuan utama yakni memelihara atau pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang reatif, interaktif dan intergrasi dengan lingkungan bermain anak. (Sujiono 2009:145). Mahendra dalam Tobroni Munthaz (2011:42) menjelaskan bahwa bermain dapat menimbulkan keriangan, kelincahan, relaksasi, dan harmonisasi sehingga seseorang cenderung bergairah. Kegairahan dalam menimbulkan inspirasi sehingga anak-anak dengan mudah melakukanya tanpa hams ada paksaan dan hambatan. Eheart dan Leavitt dalam buku Sujiono (2009:145) mengatakan bahwa pembelajaran dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, tidak saja pada potensi fisik, tetapi juga pada perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosi, kreatifitas, dan pada akhirnya prestasi akademik. Cosby dan Sawyer dalam buku Sujiono (2009:145) mengatakan bahwa permainan secara langsung memengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkunganya. 

3. Manfaat bermain
Manfaat bermain dapat disimpulkan sebagai berikut (Tobroni dan Munthaz 2011:43-45):
a. Aspek fisik
Bermain membutuhkan fisik yang sehat untuk melakukan gerakan yang kecil dan besar, atau bahkan gerakan yang belum pernah dilakukan sama sekali. Dengan melakukan gerakan-gerakan tersebut, akan memiliki fungsi yang sama dengan olah raga yang kemudian membentuk tubuh menjadi sehat. Aspek perkembangan motorik kasar dan halus aspek ini, anak akan belajar membuat keputusan dan menyiasati suatu permainan sehingga memunculkan kecerdasan yang akan berimplikasi pada keterampilan anak.

PTK UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK MELALUI GERAK TARI BURUNG PADA KELOMPOK A

PTK UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK MELALUI GERAK TARI BURUNG PADA KELOMPOK A

Wednesday, April 13, 2016
PTK (0045) SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK MELALUI
GERAK TARI BURUNG PADA KELOMPOK A



BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS


A. Percaya Diri
1. Pengertian Percaya Diri
Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya (Fatimah, 2010: 148).
Tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan masalah pada diri seseorang tersebut. Willis (dalam Gufron dan Risnawati: 2012: 34) berpendapat bahwa percaya diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuaatu yang menyenangkan bagi orang lain.
engaktualisasikan potensi dirinya apabila memiliki rasa percaya diri. Gufron dan Risnawati (2012 : 35) mengemukakan bahwa kepercayaan diri merapakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan suatu sesuai dengan kemampuannya.
 Kepercayaan diri merapakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan dikarenakan seseorang akan mampu Berdasarkan pengertian beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah sikap mental seseorang yang mempunyai nilai positif baik terhadap diri sendiri dan lingkungannya, yang mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya, serta dapat membawa dirinya dalam kondisi apapun, dan dapat menanggulangi suatu masalah dan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain. 

2. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri
Individu yang memiliki rasa percaya diri itu akan terlihat lebih tenang, tidak memiliki rasa takut, dan mampu memperlihatkan rasa kepercayaan dirinya disetiap saat.
Lauster (dalam Gufron dan Risnawati: 2012: 35) mengemukakan bahwa orang yang memiliki rasa percaya diri yang positif adalah yang disebutkan dibawah ini:
a. Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya, yang mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang ukannya. Sehingga dengan keyakinan yang dia miliki dapat menimbulkan kepercayaan diri apada dirinya.
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam mengahadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya, sehingga dengan mempunya sikap yang optimis
b. Optimis
akan akan memberikan dan menimbulkan pikiran-pikiran yang positif bagi dirinya.
c. Objektif
Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri. Seseorang yang memiliki sikap objektif akan berarti orang tersebut memiliki kejujuran dalam hidupnya, jadi individu akan menilai suatu hal apapun melihat dengan bagaimana mestinya.
d. Bertanggung j awab
Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. Bertanggung jawab merupakan salah satu sikap untuk dapat mendorong seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. Jadi sikap ini memberikan dampak positif bagi diri. Rasional dan realistis
al dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah, suatu hal, dan kejadian dengan menggunakan pemikiran pemikiran yang apat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyaataan. Dengan pemikiran yang rasional dan realistis dapat meningkatkan karakter-karakter positif yang dapat mengubah cara pandang seseorang menjadi positif pula. Jadi, seseorang yang memiliki sikap rasional dan realistis berarti seseorang tersebut mempunyai sikap percaya diri yang positif pula.
Menurat aspek-aspek kepercayaan diri yang telah diuraikan diatas memiliki lima macam aspek kepercayaan diri meliputi keyakinan dengan kemampuan yang dimiliki, memiliki sikap obtimis, objektif, bertanggung jawab dan rasional realistis.
Dari kelima sikap diatas merapakan sikap yang dapat menimbulkan sikap sikap percaya diri yang positif pada diri seseorang karena sikap-sikap diatas merapakan cerminan sikap yang positif, yang dapat membangun diri seseorang untuk lebih baik.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Individu 
Kepercayaan diri dipengarahi oleh beberapa faktor, meliputi: 
a. Konsep diri
Menurut Anthony (dalam Gufron dan Risnawati: 2012: 37) mengemukakan bahwa kepercayaan diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam ulannya dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan dan menentukan konsep diri seseorang.
Pergaulan yang baik dan positif akan menunjukan konsep diri yang positif, namun pergaulan yang kurang baik dan negatif akan menghasilkan konsep diri yang negatif pula. abila interaksi yang dihasilkan menjadi konsep diri yang positif maka, kepercayaan diri seseorang akan muncul dengan baik pula.
b. Harga diri
Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif pula. Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Tingkat harga diri seseorang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang.
c. Pengalaman
Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri. Sebaliknya, pengalaman juga dapt menjadi faktor menurankan rasa percaya diri seseorang.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengarah terhadap tingkat kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan orang tersebut tergantung pada berada dibawah kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya. Sebaliknya, orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan rendah. Jadi tingkat pendidikan akan sangat berbepengarah pada rcaya diri seseorang. mempengarahi rasa percaya diri diawali dari konsep diri dan uah komunitas atau pergaulan, karena konsep diri yang positif
Berdasarkan pembahasan diatas faktor-faktor yangmerapakan pondasi dasar untuk meningkatkan percaya diri. Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif pula, karena tingkat harga diri seseorang akan mempengarahi tingkat kepercayaan diri. 

4. Karakteristik Individu yang Percaya Diri
Seseorang yang mempunyai kepercayaan diri. Menurut Fatimah (2009 : 149) akan memiliki beberapa karakter, diantaranya meliputi:
a. Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat orang lain.
b. Tidak terdorong untuk menunjukan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok.
c. Berani menerima dan mengahadapi penolakan orang lain, berani menjadi diri sendiri.
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil) Seseoraang yang memiliki kepercayaan diir yang baik maka, orang sebut secara tidak langsung pasti akan mempunyai pengendalian diri yang baik pula. Dapat menempatkan dirinya pada situasi dan kondisi tertentu.
e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, bergantung pada usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung/mengharapkan bantuan orang lain).

PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODUL TRIGONOMETRI

PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODUL TRIGONOMETRI

Wednesday, April 13, 2016
PTK (0044) UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODUL TRIGONOMETRI



BAB II 
KAJIAN PUSTAKA


A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa pada periode tertentu. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa (Hamdani, 2010). Berbeda dengan Winkel (2004), prestasi belajar merupakan perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam diri siswa sebagai akibat interaksi aktif dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan itu terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif sama, terarah dan bersifat positif. Menurut Tu'u (2004), prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti pelajaran. Prestasi belajar yang dinilai hanya pada aspek kognitifnya saja yang dibuktikan dari hasil ulangan-ulangan siswa.
Menurut Mun'im (2009), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari mempelajari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur berupa evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, kata atau simbol. Prestasi belajar mencakup aspek yang berkenaan dengan perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki tersebut bisa berupa komunikasi, interaksi, kreativitas, dan sebagainya (Pujiati dan Nyata, 2006). Menurut Wardiyati (2006), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi siswa telah menguasai materi pelajaran dan dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas, penelitan ini mengacu pada pengertian prestasi belajar menurut Tu'u (2004). Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti pelajaran. Prestasi belajar yang dinilai hanya pada aspek kognitifnya saja yang dibuktikan dari hasil ulangan-ulangan siswa.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Hamdani (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor dari dalam (internal) siswa dan faktor dari luar (eksternal) siswa. Faktor dari dalam (internal) siswa meliputi kecerdasan yaitu kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya; faktor fisiologis; sikap yaitu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh; minat yaitu suatu kecenerungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus; bakat yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang; dan motivasi yaitu segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Faktor dari luar (eksternal) siswa meliputi keadaan keluarga. Rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar; faktor keadaan sekolah. Lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat; lingkungan masyarakat. Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada
Berbeda dengan Wardiyati (2006), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi tiga macam yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani siswa yang meliputi faktor fisiologis, faktor psikologis berupa intelegensi, perhatian, minat, motivasi dan bakat yang ada dalam diri siswa. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa meliputi faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat; faktor non sosial. Faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk mempelajari materi-materi pelajaran.
B. Media Pembelajaran Modul 1. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah bentuk saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada penerima pesan atau siswa; berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar; bentuk alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual, dan audio-visual. Media pembelajaran dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal yang ikut mempengaruhi proses pembelajaran dikelas, baik dari diri siswa maupun guru (Sanaky, 2009). Media pembelajaran merupakan alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas yang digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Secara fisik media pembelajaran dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan pancaindera, sedangkan pengertian secara nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isis yang ingin disampaikan kepada siswa. Media pembelajaran dapat digunakan secara missal (misalnya : radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya : film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya : modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder) (Suherman, 2009).
Menurut Warsita (2008), media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media tersebut dapat berupa alat elektronika gambar, buku, modul, dan sebagainya. Media pembelajaran dikelompokkan sebagai berikut : media cetak dan noncetak; media elektronik dan nonelektronik; media projected dan nonprojected; dan media tradisional dan modern. Media digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena berbagai kemampuan sebagai berikut : memperbesar benda yang sangat kecil atau tidak tampak oleh mata, menyajikan benda atau peristiwa yang terlalu jauh dari siswa, menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung dengan cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematis dan sederhana; menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya kehadapan siswa; meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian siswa; meningkatkan sistematika pembelajaran.
Berdasarkan pengertian di atas, penelitian ini mengacu pada pengertian media pembelajaran menurut Suherman (2009) dimana media pembelajaran merupakan alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas yang digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya segingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik; metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga guru tidak kehabisan tenaga; siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain; penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran, alat untuk memperjelas bahan pembelajaran; alat untuk menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh siswa dalam proses pembelajaran; dan sumber balajar bagi siswa (Sudjana, 1989).
Menurut Kemp (dalam Barnawi, 2011), manfaat penggunaan media pembelajaran antara lain penyajian materi lebih standar; kegiatan pembelajaran lebih menarik; kegiatan pembelajaran menjadi lebih interaktif; waktu yang digunakan untuk pembelajaran dapat dikurangi; kualitas belajar dapat ditingkatkan; pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan; meningkatkan sifat positif siswa dan proses belajar menjadi lebih kuat atau baik; dan memberikan nilai positif bagi guru.

3. Pengertian Modul
Modul merupakan suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution, 2008). Menurut Winkel (2004), modul merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri. Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri, efektif dan efisien (Ali, 2011). Modul sebagai suatu paket bahan ajar yang disusun secara sistematis dan memuat seragkaian aktivitas belajar mandiri agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Ekasari, 2010).
Berdasar pengertian di atas, penelitian ini mengacu pada pengertian modul menurut Ali (2011) dimana modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri, efektif dan efisien.

4. Unsur-unsur Modul
Terdapat 12 unsur dalam modul yaitu: topik statement, yaitu sebuah kalimat atau phrasa yang menyertakan pokok masalah yang akan diajarkan; rational, yaitu pernyataan singkat yang mengungkapkan rasional dan kegunaan materi tersebut untuk siswa; concept statement and prerequisite, yaitu pernyataan yang mendefinisikan ruang lingkup dan sekuen dari konsep-konsep dalam hubungannya dengan konsep lain dalam bidang pokok; concept, yaitu abstraksi atau ide pokok dari materi pelajaran yang tertuang di dalam modul; behavioral abjectives, yaitu pernyataan tentang kemampuan apa yang harus dikuasai siswa; pretes, yaitu tes untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pelajaran; suggest teacher techniques, yaitu petunjuk kepada guru tentang metode apa yang diterapkan dalam membantu siswa; suggest student activities, yaitu aktivitas yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran; multimedia resources, yaitu menunjukkan sumber-sumber dan berbagai pilihan materi yang dapat digunakan ketika mengerjakan modul; post test and evaluation, yaitu guru menerapkan kondisi dan kriteria penilaian terhadap penampilan siswa; remidiation plans, yaitu untuk membantu siswa yang lemah dalam mencapai kriteria tertentu; dan general reassement potensial, yaitu mengacu pada kebutuhan penilaian terus menerus dari unsur-unsur modul (Dikcson dan Leonard dalam Ekasari, 2007).
Modul pengajaran yang dikembangkan di Indonesia merupakan suatu paket bahan pelajaran yang memuat deskripsi tentang tujuan yang khas, lembaran petunjuk guru yang menjelaskan cara mengajar yang efisien, bahan bacaan bagi siswa, lembaran kunci jawaban pada kertas kerja siswa dan alat-alat evaluasi belajar (Winkel, 2004). Unsur-unsur modul menurut Ali (2011) terdiri dari halaman sampul; kata pengantar; daftar isi; peta kedudukan modul; glosarium; pendahuluan yang berisi deskripsi, prasyarat, petunjuk penggunaan modul (penjelasan bagi peserta didik dan peran guru), tujuan akhir, kompetensi, dan cek kemampuan; pembelajaran yang berisi rencana belajar, kegiatan belajar (tujuan kegiatan pembelajaran, uraian materi, rangkuman, tugas, tes formatif, kunci jawaban formatif, lembar kerja); evaluasi yang berisi kognitif skill, batasan waktu yang telah ditetapkan, dan kunci jawaban.
Menurut Setiawan (2007) terdapat tiga bagian dalam unsur modul yaitu sebelum pemberian materi yang terdiri dari : judul. Judul yang digunakan harus mencerminkan isi modul; daftar isi yang menginformasikan kepada pembaca topik-topik yang ditampilkan dalam modul sesuai dengan urutan tampilan dan nomor halaman; diagram topik, memberikan informasi tentang kaitan antar-topik sehingga pembaca lebih mudah melihat ruang lingkup materi secara komprehensif; tujuan pembelajaran, dapat dijadikan sebagai pegangan pada saat mempelajari modul; pretest, berfungsi untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal pembaca sebelum mempelajari modul. Pada saat pemberian materi terdiri dari : pendahuluan, berfungsi untuk memberikan pengantar pada materi pokok; kaitan pelajaran lain, merupakan elaborasi dari penjelasan yang sudah diberikan di bagian pendahuluan; heading, mencerminkan isi sehingga hanya dengan melihat heading pembaca dapat menemukan bagian yang ingin dibacanya; pemberian tugas, dinyatakan secara eksplisit (melakukan apa, bagaimana) dan spesifik. 

PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN KOMBINASI METODE CERAMAH DAN INDEX CARD MATCH DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

PTK UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN KOMBINASI METODE CERAMAH DAN INDEX CARD MATCH DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

Wednesday, April 13, 2016
PTK (0043) SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN KOMBINASI METODE CERAMAH DAN INDEX CARD MATCH DALAM PEMBELAJARAN FIQIH



BAB II 
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS


A. Belajar dan Prestasi Belajar 
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tigkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru. Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka merasa cukup puas bila anak-anakmereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Untuk menghindari ketidaklengkapan persepsi tersebut,pada bagian ini akan penulis kemukakan beberapa definisi yang dapat dipakai sebagai data untuk mencari inti permasalahannya.
Oemar Malik dalam buku psikologi belajar mengajar menerangkan: "belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap, tidak semua perilaku berarti belajar".
Sumadi suryabrata seperti dikutip Chabib Thoha dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam menyebutkan: belajar merupakan suatu proses psikologi yang menghasilkan perubahan-perubahan kearah kesempurnaan seperti:
a. Aktivitas yang menghasilkan perubahan pada individu yang belajar (dalam arti behavioral change) baik aktual maupun potensial
b. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru dalam waktu yang relative lama
c. Perubahan itu terjadi karena usaha.
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,menjelaskan: "Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan".
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang dilakukan seseorang dengan sengaja, berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan berupa didapatkannya kecakapan baru dalam pengetahuan, nilai / sikap dan keterampilan. 

2. Dasar dan Tujuan Belajar 
a. Dasar Belajar
Dasar adalah : Landasan untuk berdirinya sesuatu, fungsi dasar memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu.
Jadi dasar adalah: landasan tempat berpijak atau tempat berangkat menuju kearah tujuan 1) Dasar belajar menurut kaidah Agama (religius) a) Al-Qur,an
Al-Qur,an memerintahkan kepada umat Islam untuk belajar,sejak ayat pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad:
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,dan Tuhanmulah paling pemurah.Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-Alaq:1-5)
Islam menghendaki umatnya untuk memiliki ilmu pengetahuan,baik ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum. Perintah untuk "membaca"dalam ayat itu disebut dua kali.membaca adalah sarana untuk belajar dan kunci ilmu pengetahuan.
Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan manusia.hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an,surat Al-Mujadalah (58): 11
Artinya: "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.9
b) Hadits
Dasar Belajar yang lain diantaranya dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abil Barri
Artinya: "Dari Anas bin Malik berkata : Rasulullah sar bersabda mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan". (HR. Ibnu Majah)
2) Dasar belajar menurut hukum yang berlaku
Tercantum dalam UUD 45 pasal 31 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
a) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
b) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya
b. Tujuan Belajar
Tujuan belajar adalah suatu sasaran yang hendak dicapai dari suatu proses / system dalam pendidikan dan pengajaran.tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa/subjek belajar, setelah menyelesaikan/memperoleh pengalaman belajar.
Tujuan belajar lebih dari sekedar untuk mendapatkan kepuasan atau menguasai pengetahuan.belajar menyiapkan peserta didik untuk menghadapi masa yang akan datang.
Tujuan -tujuan belajar yang pencapaiannya diusahakan secara eksplisit dengan tindakan instruksional tertentu dinamakan Instructional effect, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan.sedangkan tujuan-tujuan yang merupakan hasil pengiring, yang tercapainya karena siswa "menghidupi" suatu system lingkungan belajar tertentu,seperti pendapat orang lain,dinamakan nurturant effect.
Jadi intinya tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental / nilai-nilai pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenai tujuan belajar tersebut, maka hasil belajar meliputi:
1) Hal ikhwal keilmuan dan pengetahuan, konsep / fakta (kognitif)
2) Hal ikhwal personal,kepribadian / sikap (afektif)
3) Hal ikhwal kelakuan, keterampilan / penampilan (psikomotorik).
Ketiga hasil hasil belajar diatas dalam penajaran merupakan tiga hal yang secara perencanaan dan progmatik terpisah, namun kenyataannya pada diri siswa merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat. Karena semua itu bermuara pada anak didik, maka setelah terjadi internalisasi, terbentuklah suatu kepribadian yang utuh, dan untuk itu semua itu diperlukan lingkungan yang mendukung.

3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kata Prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi "prestasi" yang berarti "hasil prestasi" (learning out come). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan.kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah melakukan aktivitas-aktivitas sesuai kemampuan yang dimiliki. Sedangkan prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai peserta didik setelah berinteraksi dengan lingkungan belajar sehingga menghasilkan tingkah laku atau kecakapan baru yang relative permanen.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Pendekatam belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Faktor pendekatan belajar berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut, seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar.

PTK UPAYA MENINGKATKAN MORAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA KELOMPOK A TK

PTK UPAYA MENINGKATKAN MORAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA KELOMPOK A TK

Wednesday, April 13, 2016
PTK (0042) UPAYA MENINGKATKAN MORAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA KELOMPOK A TK



BAB II 
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS


A. Kajian Teori 
1. Moral 
a. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata latin "mores" yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Perilaku tak bermoral ialah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Perilaku demikian bukan disebabkan ketidakacuhan akan harapan masyarakat, melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Perilaku amoral lebih disebabkan ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial daripada pelanggaran sengaja terhadap standar kelompok. Perilaku anak kecil lebih pada amoral dari pada tak bermoral. Zuriah (2008: 12) berpendapat bahwa moral adalah sesuatu yang restrictive, artinya bukan sekedar sesuatu yang deskriptif tentang sesuatu yang baik, melainkan juga sesuatu yang mengarahkan kelakuan dan pikiran seseorang untuk berbuat baik. Moralitas menuntut keseluruhan dari hidup seseorang karena ia melaksanakan apa yang baik dan menolak apa yang batil.
Menurut Ibung (2009: 56) merumuskan bahwa moral adalah suatu keyakinan tentang benar atau salah, baik atau buruk, yang mendasari tindakan atau pemikiran yang sesuai dengan hukum yang berlaku dan kesepakatan sosial. Haricahyono dalam Wantah (2005: 45) juga merumuskan pengertian moral sebagai adanya kesesuaian dengan ukuran baik buruknya sesuatu tingkah laku atau karakter yang telah diterima oleh suatu masyarakat, termasuk di dalamnya berbagai tingkah laku spesifik seperti tingkah laku seksual. Menurut Webster's New World Dictionary, moral dirumuskan sebagai sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya sesuatu tingkah laku (Wantah, 2005: 45).
Lawrence Kohlberg (Ibung, 2009: 3), seorang pakar pendidikan moral pernah mengatakan bahwa perkembangan moral seorang anak erat hubungannya dengan cara berpikir seorang anak. Artinya, bagaimana seorang anak memiliki kemampuan untuk melihat, mengamati, memperkirakan, berpikir, menduga, mempertimbangkan dan menilai, akan mempengaruhi perkembangan moral dalam diri anak. Menurut Wantah (2005: 49) mengatakan bahwa pada anak-anak, nilai -nilai moral bukan terletak pada dampak tindakan terhadap lingkungan dan orang lain, tetapi terletak kepada apakah tindakan itu mendatangkan kepuasan kepada anak atau tidak. Baik perhatian maupun pertimbangan moral serta tindakan berpusat pada anak itu sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang definisi moral di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa moral adalah suatu perilaku atau tindakan manusia yang sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai, norma atau peraturan yang berlaku dalam masyarakat. Mengingat pentingnya moral, pendidikan atau pembelajaran moral pada anak usia dini hendaknya tidak hanya berlangsung di dalam kelas saja tetapi juga dalam lingkungan lainnya seperti keluarga, dengan kelompok teman, serta dalam bermasyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan komunikasi dan kerjasama antara orang tua dan guru, serta konsisten dalam memberikan pendidikan moral kepada anak, agar anak tidak merasa bingung dan moral anak dapat meningkat sesuai dengan harapan.

b. Prinsip-Prinsip dan Pola Perkembangan Moral pada Anak Usia Dini
Menurut Wantah (2005: 59) perkembangan kesadaran moral pada anak mengikuti beberapa hukum dan prinsip, yaitu:
1) Prinsip Konvergensi
Menurut prinsip ini, kesadaran moral tidak semata-mata bersifat nativis atau sebagai hasil bentukan dan bawaan sejak anak dilahirkan. Ketika lahir anak membawa serta bakat dan potensi untuk dapat mengembangkan moralitasnya. Pandangan nativis ini menganggap bahwa manusia telah lahir dengan potensi untuk menjadi baik atau menjadi jahat. Anak yang lahir dari lingkungan yang keras dan selalu melakukan kejahatan maka anak juga akan bertingkah laku demikian, tetapi potensi ini saja tidak cukup. Anak memerlukan goresan empiris, sebagaimana pandangan empiris yang dikenal dengan teori tabularasa bahwa anak lahir sebagai kertas putih yang memerlukan goresan dari lingkungannya.
Gabungan dari kedua pandangan di atas, yaitu pandangan nativis dan empiris inilah yang dikenal dengan hukum konvergensi yang menjadi prinsip utama yang menjelaskan mengenai terbentuknya kesadaran moral pada anak. Prinsip konvergensi memandang bahwa tumbuh kembangnya kesadaran moral pada anak sangat ditentukan oleh konvergensi antara pembawaan yang dimiliki dengan unsur lingkungan.
2) Prinsip tempo perkembangan
Perkembangan moral pada anak-anak mempunyai kecepatan dan tempo yang berbeda-beda baik dari segi usia maupun jenis kelamin.
3) Prinsip rekapitulasi
Prinsip ini menjelaskan bahwa Ontogenese, yaitu perkembangan kehidupan moral yang harus dijalani oleh seorang anak hanyalah merupakan rekapitulasi atau pengulangan dan Phylogenese, yaitu kehidupan moral dari nenek moyang suatu bangsa atau masyarakat di masa lalu. Kesadaran moral anak berkembang dan dikembangkan oleh suatu mekanisme sosial sebagai upaya melanjutkan nilai-nilai, norma, dan aturan kehidupan masa lalu ke masa depan.
4) Prinsip bertahan dan mengembangkan diri
Dalam kehidupan timbul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan tersebut adalah dorongan mempertahankan diri dan dorongan mengembangkan diri. Dorongan mempertahankan diri terwujud dalam kesadaran manusia untuk menentukan aturan-aturan dan norma-norma yang menjadi pedoman tingkah laku agar manusia tidak saling membunuh dan menghancurkan, sedangkan dorongan mengembangkan diri akan terlihat dalam hasrat anak untuk mengenal lingkungan, bermain dan belajar, mengelola lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5) Prinsip perkembangan bertahap, menyeluruh, dan berkelanjutan
Perkembangan moral pada anak berjalan menurut prinsip bertahap, menyeluruh, dan berkelanjutan. Bertahan, artinya perkembangan kesadaran moral pada anak mengikuti tahapan yang teratur dan tidak langsung mencapai tahap yang tertinggi tanpa melalui tahap sebelumnya. Perkembangan moral anak berkembang secara menyeluruh, artinya kesadaran moral berkembang sejalan dengan aspek-aspek perkembangan, yang meliputi fisik motorik, kecerdasan, emosional, bahasa, sosial, dan spiritual. Perkembangan moral anak berkembang secara berkelanjutan, artinya perubahan peningkatan dalam kesadaran moral akan terus berkelanjutan sejalan dengan tahapan dalam perkembangan usia, tugas-tugas perkembangan dalam setiap periode serta harapan masyarakat akan peran sosial yang ditampilkan seseorang dalam setiap periode perkembangan.

c. Proses perkembangan moral pada anak usia dini
Yusuf dalam Saputra (2005: 180), menyatakan bahwa perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, sebagai berikut: 
1). Pendidikan Langsung
Melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orang tua, guru, atau oranng dewasa lainnya. Selain itu, yang paling penting dalam pendidikan moral anak adalah keteladanan dari orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral. Penanaman moral akan lebih efektif apabila orang tua di rumah dan guru di sekolah memberi keteladanan kepada anak baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. 
2). Identifikasi
Dengan cara identifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya seperti orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya sering menjadikan anak lebih cepat tumbuh dan berkembang dewasa dalam hal perilakunya.
3). Proses coba-coba (trail and error)
Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikan. Selama proses ini akan muncul sikap patuh: (a) karena takut pada orang atau paksaan, (b) patuh karena ingin dipuji, (c) patuh karena kiprah umum, (d) taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban, (e) taat karena dasar keuntungan atau kepentingan, (f) taat karena memang hal tersebut memuaskan baginya, (g) patuh karena dasar prinsip etika yang bersifat umum dan lumrah.

d. Strategi Pembentukan perilaku moral
Menurut Wantah (2005: 107) terdapat tiga strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu:
1) Strategi latihan dan pembiasaan
Strategi pelatihan dan pembiasaan merupakan strategi pembentukan moral yang efektif. Anak akan menghayati aturan sebagai suatu hal yang tidak dapat berubah karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Otoritas itu adalah orang tua, kakak, ataupun guru. Anak akan berusaha mentaati seua aturan otoritas untuk menghindari penghukuman otoritas di luar dirinya.
2) Strategi aktivitas bermain
Bermain adalah salah satu kebutuhan dasar dalam perkembangan anak. Zulkifli dalam Wantah (2005: 114) mengemukakan manfaat aktivitas bermain pada anak sebagai berikut: (a) bermain sebagai sarana untuk membawa anak ke alam kehidupan bermasyarakat.


PTK UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI ANAK MELALUI VARIASI MENU SARAPAN PAGI PADA KELOMPOK B

PTK UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI ANAK MELALUI VARIASI MENU SARAPAN PAGI PADA KELOMPOK B

Wednesday, April 13, 2016
PTK (0041) UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI ANAK MELALUI VARIASI MENU SARAPAN PAGI PADA KELOMPOK B



BAB II 
KAJIAN TEORI 


A. Kajian Teori 
1. Konsentrasi
a. Pengertian Konsentrasi
Pengertian Konsentrasi adalah sebagai suatu proses pemusatan pikiran kepada suatu objek tertentu, Hakim (2002). Dengan adanya pengertian tersebut, timbulah suatu pengertian lain bahwa didalam melakukan konsentrasi, orang harus berusaha keras agar segenap perhatian panca indra dan pikirannya hanya boleh terfokus pada satu objek saja. Panca indra, khususnya mata dan telinga tidak boleh terfokus kepada hal-hal lain, pikiran tidak boleh memikirkan dan teringat masalah-masalah lain.
Pada dasarnya konsentrasi adalah akibat dari perhatian yang ditimbulkan secara sadar oleh seseorang. Gazali (2003), menyatakan perhatian seseorang adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) ataupun sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Selain itu Slameto (2003), mengatakan perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dalam pemilahan rangsangan yang datang dari lingkungannya.
Hal ini ditegaskan lagi bahwa konsentrasi yang efektif adalah suatu proses terfokusnya perhatian seseorang secara maksimal terhadap suatu objek kegiatan yang dilakukannya dan proses tersebut terjadi secara otomatis serta mudah karena orang yang bersangkutan mampu menikmati kegiatan yang sedang dilakukan.
Emerson (2010:7), juga menambahkah bahwa konsentrasi adalah rahasia keberhasilan dalam politik, perang, perdagangan, singkatnya dalam manajemen urusan manusia. Kunci utama yang dibutuhkan adalah pada faktor konsentrasi. Jika kita fokus untuk berkonsentrasi, maka segala sumber daya yang dimiliki juga maksimal untuk tujuan yang dibutuhkan, seperti saat belajar atau melakukan hal apapun dengan lebih berkonsentrasi sehingga menghasilkan hal yang maksimal.
Jadi dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi sangat erat hubungannya dengan keadaan jiwa seseorang dalam melakukan suatu kegiatan yang dilakukannya dan jika seseorang merasa sulit untuk berkonsentrasi maka kemungkinan besar adalah orang tersebut belum mampu menikmati kegiatan yang dilakukannya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi
Kemampuan konsentrasi bukan bakat yang diperoleh sejak lahir tetapi kebiasaan yang dapat dilatih. Dengan melatih diri dan mengembangkan minat, maka setiap orang dapat meningkatkan kemampuan konsentrasinya sehingga menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan ketika diperlukan. Konsentrasi juga merupakan suatu aktivitas, semakin kita praktekan dan latih, akan semakin baik pula kemampuan konsentrasi kita. Sama juga halnya dengan kita melatih anak untuk berkonsentrasi terhadap pembelajaran yang akan di ajarkan kepada anak-anak, semakin kita memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak, semakin anak akan selalu antusias dalam mengikuti pembelajarannya. Namun demikian ada beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya konsentrasi dan faktor yang menghambat konsentrasi.
Menurut Hakim (2002), menyebutkan faktor-faktor pendukung konsentrasi tersebut meliputi:
1) Faktor internal (faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang)
Faktor internal merupakan faktor pertama dan utama yang sangat menentuka apakah seseorang dapat melakukan konsentrasi. Secara garis besar, faktor-faktor ini meliputi hal-hal berikut:
a) Faktor Jasmani
Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang yang meliputi kesehatan badan secara menyeluruh seperti: (1) Kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan atau bebas dari penyakit yang serius, (2) kondisi badan diatas normal atau fit akan lebih menunjang konsentrasi, (3) cukup tidur dan istirahat, (4) cukup makan dan minum serta makanan yang dikomsumsi memenuhi standar gizi untuk hidup sehat, (5) tidak mengalami gangguan fungsi otak, (6)selurh panca indra berfungsi dengan baik, (7) tidak mengalami gangguan saraf, (8) detak jantung normal, dan (9) irama napas berjalan dengan baik.
b) Faktor Rohani
Untuk dapat melakukan konsentrasi yang efektif, kondisi rohani seseorang setidak-tidaknya harus memenuhi hal-hal seperti: (1) kondisi kehidupan sehari-hari cukup tenang, (2) memiliki sifat baik, terutama sifat sabar dan konsisten (3) taat beribadah, (4) tidak dihinggapi berbgai jenis masalah yang terlalu berat, dan (5) tidak emosional.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal, ada tiga hal yang bisa mempengaruhi, antara lain:
a) Lingkungan
Untuk faktor lingkungan, misalnya, anak diberi tugas menggambar. Pada saat yang bersamaan, ia mendengar suara ramai dan itu lebih menarik perhatiannya sehingga tugasnya pun diabaikan. Berarti lingkungan mempengaruhi konsentrasinya.
b) Pola pengasuhan yang permissive
Pola pengasuhan permissive yaitu pengasuhan yang sifatnya menerima atau membolehkan apa saja yang anak lakukan. Sehingga anak kurang dilatih untuk menyelesaikan suatu tugas sampai selesai dan jika ia mengalami kesulitan orang tua bisa membantunya sehingga ia mampu menyelesaikannya tidak dibiarkan saja anak beralih melakukan sesuatu yang lain.
c) Psikologi
Faktor psikologi anak juga bisa mempengaruhi konsentrasi anak. Anak yang mengalami tekanan, ketika mengerjakan sesuatu ia bisa menjadi tidak konsentrasi sehingga tidak fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya, (Rohani, 2010). Contoh yang berbeda, misalnya "suasana di sekolah yang berbeda dengan suasana di rumah. Anak kaget, karena mempunyai teman yang lebih berani, sehingga ketakutan dan kekhawatiran si anak membuatnya sulit untuk konsentrasi. Akibatnya, konsentrasi di kelas untuk menerima pelajaran menjadi berkurang. Jadi, karena faktor psikologis anak yang disebabkan karena kurangnya kemampuan bersosialisasi bisa membuat anak menjadi kurang berkonsentrasi di sekolah.
Ivanka (2010:8-9), menyebutkan ada beberapa faktor yang menghambat konsentrasi, yaitu: (l)Belum memiliki tujuan terhadap apa yang dikerjakan, (2) kekurangan minat terhadap sesuatu yang dikerjakan, (3) urusan-urusan kecil atau pikiran-pikiran yang melintas dalam otak sehingga sering memecah perhatian yang dipusatkan, (4) gangguan kesehatan atau keletihan, (5) tidak percaya pada kemampuan diri sendiri, (6) rasa bosan, (7) kondisi fisik yang menurunatau rasa lelah, dan (8) lingkungan yang tidak mendukung (berisik, lingkungan berantakan, atau gangguan-gangguan yang tidak perlu)
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konsentrasi bukanlah bakat seseorang, namun kebiasaan yang dapat dilatih. Semakin kita latih akan menjadi kebiasaan yang mudah dilalukukan seseorang. Konsentrasi juga dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam dan luar seseorang. Faktor itulah yang akan mempengaruhi terjadinya konsentrasi seseorang.

c. Konsentrasi Untuk Anak Usia Dini
Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi berbeda-beda sesuai dengan usianya. Rentang perhatian anak dalam menerima informasi melalui aktivitas apapun juga berbeda. Rentang perhatian dan lama konsentrasi memiliki batas rata-rata dalam setiap tahap usia. Anak usia (1,0-2,0 tahun) memiliki rentang perhatian 5 menit, usia (3,0-4,0 tahun) memiliki rentang perhatian 10 menit, dan usia diatas 5 tahun sekitar 20 menit. Pendeknya rentan waktu konsentrasi anak bisa juga disebabkan karena kurangnya latihan atau stimulasi melakukan suatu tugas, Anderson (2008). Konsentrasi berperan penting karena dapat membantu perkembangan kognitif anak agar menjadi cerdas.
Rentang perhatian pada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya kurang menariknya materi, faktor lingkungan yang ramai, kesulitan anak untuk mengerjakan tugas atau kegiatan. Untuk anak-anak memang sangat dibutuhkan kemampuan yang aktif untuk menyampaikan materi dan disesuaikan dengan perkembangan motoriknya. Terkadang juga anak mengalami kesulitan berkonsentrasi, jika anak yang sulit berkonsentrasi anak tidak fokus dalam memperhatikan suatu hal atau perhatiannya terpecah dan mudah beralih untuk suatu pekerjaan, dia tidak bisa menuntaskannya sedikit-sedikit perhatiannya sudah berubah dan itu terjadi pada semua hal. Akan tetapi kesimpulan bahwa seorang anak sulit konsentrasi, baru bisa didapat setelah dibandingkan dengan anak normal umumnya.
Kekurang perhatian dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam menerima pembelajaran. Sutardi (2007:46) mengemukakan gangguan pemusatan perhatian memberikan dampak sebagai berikut:
1) Kurang Perhatian, paling sedikit mencakup tiga dampak yaitu: sering gagal menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulai, sering tampak seperti tidak mendengarkan atau tidak memperhatikan, mudah bingung atau mudah terkecoh, dan kesulitan untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugas lainnya.

PTK UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN PENGAMALAN IBADAH SHALAT DENGAN STRATEGI DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS VII

PTK UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN PENGAMALAN IBADAH SHALAT DENGAN STRATEGI DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS VII

Wednesday, April 13, 2016
PTK (0040) UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN PENGAMALAN IBADAH SHALAT DENGAN STRATEGI DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS VII


BAB II 
LANDASAN TEORI

A. Pengamalan ibadah
1. Pengertian pengamalan
Pengamalan berasal dari kata dasar "amal", yang mempunyai arti perbuatan baik yang mendatangkan pahala (menurut ketentuan agama Islam), sedangkan pengamalan itu sendiri mempunyai arti proses (perbuatan) melaksanakan; pelaksanaan; penerapan atau proses (perbuatan) menunaikan (kewajiban, tugas).
Dari pengertian di atas, pengamalan berarti sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan, dari hal di atas pengamalan masih butuh objek kegiatan. Sedangkan pengertian ibadah menurut Hasby Ash Shiddieqy yaitu segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengamalan ibadah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri sehingga akan mendatangkan pahala dan hasil belajar mata pelajaran fiqih sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh Madrasah Tsanawiyah.

2. Hakekat ibadah
Hakekat ibadah adalah ketundukan jiwa yang timbul karena perasaan cinta akan Tuhan yang Ma'bud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran beritikad bahwa alam ada kekuasaan, yang akal tidak dapat mengetahui hakikatnya. Boleh juga dikatakan memperhambakan jiwa dan mempertundukannya kepada kekuasaan yang ghaib tak dapat diliputi ilmu dan tak dapat diketahui hakikatnya.
Ibadah menurut para sufi menekankan pada upaya kelanggengan hubungan komunikatif dengan Allah. Mereka menyembah kepada Allah karena keyakinnan bahwa Dia memang seharusnya disembah. Ibadah secara menyeluruh oleh para ulama telah dikemas dalam sebuah disiplin ilmu, yang dinamakan ilmu fiqih dan fiqih Islam. Karena seluruh tata peribadatan telah dijelaskan didalamnya, sehingga perlu diperkenalkan sejak dini dan sedikit demi sedikit dibiasakan dalam diri anak, agar kelas mereka menjadi insan-insan yang bertakwa. Pranata-pranata ibadah di dalam Islam termasuk shalat, karena shalat merupakan tiang dari segala amal ibadah.

3. Materi Shalat
a. Pengertian shalat
Menurut bahasa, shalat artinya berdoa, sedang menurut syara' ialah rangkaian kata dan perbuatan yang telah ditentukan, dimulai dengan membaca takbir dan diakhiri dengan salam, menurut syarat-syarat dan rukun yang telah ditentukan.
Dalil yang mewajibkan shalat :
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa: 103 yang berbunyi:
Artinya : "Sesungguhnya shalat itu adalah fardlu yang ditentukan waktu- waktunya atas orang-orang yang beriman..
b. Shalat Fardhu dan waktunya
Shalat fardhu itu ada lima, dan masing-masing mempunyai waktu yang ditentukan. Kita diperintahkan menunaikan shalat-shalat itu dalam waktunya masing-masing.
1) Zhuhur
Awal waktunya setelah condong matahari dari pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah samapanjangnya dengan itu.
2) Ashar
Wakunya mulai dari habisnya waktu dhuhur, sampai terbenamnya matahari.
3) Magrib.
Waktunya dari terbenamnya matahari sampai hilangnya syafaq (awan senja ) merah.
4) Isya'
Waktunya dari terbenamnya syafaq ( awan senja ), hingga terbit fajar.
5) Subuh
Waktunya dari terbinya fajar shidiq, hinga terbit matahari.
c. Bacaan-bacaan dalam shalat
Ibadah shalat itu terdiri dari gerakan dan bacaan. Shalat tidak sempurna dan sah apabila gerakan atau bacaannya saja yang dilakukan. Di bawah adalah bacaan yang harus dibaca ketika shalat.
Niat shalat dibaca dalam hati dan boleh diucapkan dengan lisan perlahan dan dibaca bersamaan dengan takbiratul ikhram. Bacaan niat harus sesuai dengan shalat yang dikerjakan. Berikut ini contoh bacaan niat shalat wajib lima waktu:
a) Shalat subuh
Artinya: "Saya shalat subuh dua rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta'ala".
b) Shalat dhuhur
Artinya: "Saya shalat dhuhur empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta 'ala ".
c) Shalat ashar
Artinya: "Saya shalat ashar empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta 'ala ".
d) Shalat maghrib
Artinya: "Saya shalat maghrib tiga rakaat menghadap kiblat
pada waktunya karena Allah ta 'ala ". 
e) Shalat isya'
Artinya: "Saya shalat isya empat rakaat menghadap kiblat pada waktunya karena Allah ta 'ala ".
2) Bacaan takbiratul ihram
Bacaan takbiratul ihram adalah Allahu Akbar J^ &
3) Bacaan doa iftitah
Artinya: "Allah maha besar lagi sempurna kebesaran-Nya dan segala puji yang sebanyak-banyaknya bagi Allah, dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore, kuhadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dalam keadaan cenderung kepada agama yang benar sebagai muslim, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan-Nya. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diputuskan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah"..
4) Membaca surah Al Fatihah
Surah Al Fatihah dibaca setelah doa iftitah. Bacaan surah Al Fatihah yaitu sebagai berikut:
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang .Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan.Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".
5) Membaca ayat atau surah Al Qur'an
Sesudah membaca surah Al Fatihah dilanjutkan membaca ayat atau surah Al Qur'an yang sudah dihafal, misalnya surah Al Ikhlas, Al Falaq, An nasr, atau surah Al Qur'an yang lain.
6) Bacaan ruku'
Pada waktu ruku' yang dibaca adalah sebagai berikut:
Artinya: "Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan segala puji-Nya ".
7) Bacaan i'tidal
Pada waktu I’tidal atau bangkit dari ruku' doa yang dibaca adalah:
Artinya: "Allah mendengar bagi siapa yang memuji-Nya ".
Sesudah berdiri tegak lurus dilanjutkan dengan bacaan:
Artinya: "Ya Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi dengan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu ". 
8) Bacaan sujud
Pada waktu sujud disunnahkan membaca tasbih seperti berikut:
Artinya: "Maha suci Tuhanku yang Maha tinggi dan dengan segala puji-Nya ".
9) Duduk antara dua sujud
Pada waktu duduk antara dua sujud disunnahkan membaca doa sebagai berikut:
Artinya: "Ya Tuhanku ampunilah dosaku, berilah aku rahmat, sempurnakanlah ibadahku, tingkatkanlah derajatku, berilah aku rezeki, tunjukkanlah aku, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku "
Artinya: "Segala pengagungan yang berkah dan kebaikan yang baik itu adalah bagi Allah. Keselamatan semoga selalu dilimpahkan kepadamu wahai Nabi, begitu pula rahmat dan berkah Allah. Semoga keselamatan dilimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad".
11) Tasyahud akhir
Bacaan tasyahud akhir ini terdiri dari bacaan tasyahud awal ditambah dengan salawat Nabi Muhammad saw. dan salawat Nabi Ibrahim a.s.
Artinya: "Ya Allah limpahkanlah rahmat-Mu kepada Muhammad dan keluaganya sebagaimana Engkau limpahkan rahmat-Mu kepada Ibrahim dan keluarganya. Ya Allah limpahkanlah berkah-Mu kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau limpahkan berkah-Mu kepada Ibrahim dan keluarganya di seluruh alam. Sesungguhnya Engkau dzat yang senantiasa dipuji dan diagungkan.".
12) Bacaan salam
Bacaan salam disertai menengok ke kanan dan ke kiri sampai terlihat pipinya dari belakang. Bacaan salam adalah sebagai berikut:
Artinya: "Keselamatan dan rahmat Allah atas kamu. "
d. Gerakan dalam shalat
1) Berdiri tegak sempurna dan menghadap kiblat
Setiap muslim yang mampu berdiri wajib melakukannya bagi yang tidak mampu, misalnya karena sakit, atau sudah tua, boleh melakukan shalat sambil duduk atau berbaring. Ketika berdiri pandangan mata diarahkan ke tempat sujud.
2) Berniat dan Takbiratulihram
Setelah shalat dimulai, terlebih dahulu kita berniat. Niat shalat boleh dibaca dalam hati, boleh juga dilafalkan. Pada saat itulah di dalam hati harus berniat (menyengaja) untuk melakukan shalat karena Allah. Selanjutnya, kita mengangkat tangan sejajar dengan bahu da telapak tangan terbuka sambil mengucapkan Allahu Akbar.
3) Berdiri sempurna tangan bersedekap
Setelah mengucapkan takbir, kedua tangan bersedekap. Kedua telapak tangan diletakkan di antara dada dan pusar. Telapak tangan kanan berada di atas punggung telapak kiri.
4) Ruku'
Gerakan rukuk diawali dengan mengangkat tangan (sebagaimana takbirotulihram sambil membaca Allahu Akbar). Kemudian membungkukan badan. Pada saat itu posisi punggung dan kepala rata. Kedua tangan memegang lutut dan ditekan. Pandangan mata tertuju ke tempat sujud sambil memaca do'a rukuk.
5) I’tidal
Gerakan i'tidal adalah gerakan yang dilakukan setelah ruku'. Pada saat i'tidal kedua tangan diangkat seperti ketika takbiratul ihram, saat mengangkat kedua tangan membaca sami 'allaahuliman hamidah, kedua tangan diturunkan kembali dan diletakkan di samping badan. Pada saat tangan di samping badan membaca lanjutan bacaan i'tidal.

PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP PADA KELOMPOK B

PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP PADA KELOMPOK B

Wednesday, April 13, 2016
PTK (0039)  UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP-CAKAP PADA KELOMPOK B



BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 


A. Kajian Teori 
1. Pengertian sosialisasi
Secara konseptual terdapat sejumlah pengertian dan batasan sosialisasi yang dikemukakan oleh para ahli menurut Nasution dalam Idi dan Safarina (2010: 100) menuturkan bahwa sosialisasi merupakan proses bimbingan individu ke dalam dunia sosial. Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu tentang kebudayaan yang hams dimiliki dan diikutinya, agar anak menjadi anggota yang baik dalam masyarakat dan dalam berbagi kelompok khusus, sosialisasi dapat dianggap sama dengan pendidikan.
Berdasarkan definisi sosialisasi Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil interaksi dari lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai aturan norma yang berlakuSantoso Soegeng (2006 : 7.3).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang sosialisasi menurut azarus dalam Ahmadi (2007: 154) mengatakan proses sosialisasi adalah proses akomondasi, dimana individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan masyarakat.
Sedangkan Menurut Masitoh, Setiasih, Djoehaeni (2005: 11) perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuakan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak-anak itu berada. Perkembangan sosial anak merapakan hasil belajar, bukan hanya sekedar kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon terhadap dirinya. Bagi anak prasekolah, kegiatan bermain menjadikan fungsi sosial anak semakin berkembang. Tatanan sosial yang baik dan sehat serta dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri yang positif akan menjadikan perkembangan sosialisasinya akan menjadi lebih optimal.
Menurut Dewi Rosmalah (2005: 18) perkembangan sosial adalah perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Hal ini dapat dilihat dari proses kemampuan anak untuk bergaul dengan orang- orang disekitarnya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses dimana individu masuk kedalam dunia sosial dan dimana individu mampu bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dan mampum menyesuaikan keadaan lingkungan sekitar

2. Pengembangan Sosial Melalui Tahapan Bermain Sosial
Aktivitas bermain bagi seorang anak memiliki peranan yang cukup besar mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman. Aktivitas bermain menyiapkan anak dalam menghadapi pengalaman sosialnya. Sikap yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain, antara lain berikut ini Bermain dapat mendorong anak untuk meninggalkan pola berpikir egosentrisnya. Dalam situasi bermain anak 'dipaksa' untuk mempertimbangkan sudut pandang teman bermainya sehingga anak kurang egosentris. Dalam permainan, anak belajar bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Mereka mempunyai kesempatan untuk belajar menunda kepuasan sendiri selama beberapa menit, misalnya saat menunggu giliran bermain. Sehingga dapat terdorong untuk belajar berbagi, bersaing dengan jujur, menang atau kalah dengan sportif, mempertahankan haknya, dan peduli terhadap hak-hak orang lain. Lebih laijut anak pun akan belajar makna kerja tim dan semangat tim.
b. Belajar berkomunikasi
Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lain anak hams bisa mengerti dan di mengerti oleh teman-temanya. Hal ini mendorong anak untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, bagaimana membentuk hubungan sosial, bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam hubungan tersebut. Belajar mengorganisasi menjadi muridnya.
d. Lebih menghargai orang lain dengan perbedaan-perbedaan
Bermain memungkinkan anak mengembangkan empatinya. Saat bermain dalam
Saat bermain bersama orang lain, anak juga berkesempatan belajar berorganisasi. Bagaimana anak hams melakukan pembagian 'peran' di antara mereka yang turut serta dalam permainan tersebut, misalnya siapa yang menjadi gum dan siapa yang
pikiran-pikiran dan perasaan- perasaan tokoh tersebut. Permainan membantu anak membangun pemahaman yang lebih baik atas orang lain, lebih toleran, serta mampu berlapang dada terhadap perbedaan-perbedaan yang dijumpai.
e. Menghargai harmoni dan kompromi
Saat dunianya semakin luas dan kesempatan berinteraksi semakin sering dan bervariasi maka akan tumbuh kesadaranya akan makna peran sosial, persahabatan, perlunya menjalin hubungan serta perlunya strategi dan diplomasi dalam hubungan orang lain. Anak tidak akan begitu saja merebut mainan teman, misalnya anak tau akan kosekuensi ditinggalkan atau dimusuhi.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pengembangan sosial melalui tahapan sosial bahwa saat anak bermain memungkinkan mengembangkan empatinya dan semakin sering berinteraksi dapat menumbuh kembangkan sifat kesadaran anak untuk berbagi dan lebih bisa menghargai dirinya sendiri dan orang lain.

3. Media Sosialisasi dalam Kehidupan
enurut Idi (2011: 112), terdapat sejumlah media sosialisasi, yaitu:
a. Keluarga
Keluarga adalah yang merapakan orang petama yang mengajarkan hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan hidup manusia adalah anggota keluarga. Orang tua atau keluarga haras menjalankan fungsi sosialisasi. Fungsi sosialisasi merapakan suatu fungsi yang berupa peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak. Fungsi sosial menunjukkan pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui fungsi sosial ini, keluarga berasaha mempersiapkan bekal selengkap-lengkapnya dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita,dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat, serta mempelajari peranan yang diharapkan akan bekal mereka kelak.
b. Teman sepermainan dan sekolah, yang merapakan lingkungan sosial kedua bagi anak setelah keluarga, dalam kelompok ini anak akan menemukan berbagai nilai dan norma yang berbeda bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga. Melalui lingkungan sekolah dan teman sebaya anak mulai mengenal harga diri, citra diri, dan hasrat pribadi.
c. Lingkungan bekerja yang merupakan proses sosialisasi selanjutnya. Tempat kerja mulai brorganisasi secara nyata dalam suatu sistem. Sejumlah hal yang perlu dipelajari dalam lingkungan kerja, misalnya bagaimana menyelesaikan pekerjaan, bagaimana bekerja sama dengan bagian lain, dan bagaimana beradaptasi dengan rekan kerja.
d. Media massa, yang merapakan sarana dalam proses sosialisasi karena media banyak memberikan informasi yang dapat menambah wawasan untuk memahami
radaan manusia dan berbagai permasalahan yang ada dilingkungan sekitar. Media masa merupakan sarana efektif dan efisien untuk mendapatkan informasi, melalui media, seorang dapat mengetahui keadaan dan keberadaan lingkungan dan kebudayaan, sehingga dengan informasi tersebut dapat menambah wawasan
seseorang.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pengembangan media sosialisasi dalam kehidupan keluarga,lingkungan sekolah, lingkungan bekerja dan media massa sangat berperan penting untuk kehidupan manusia kama dapat

PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MENJEPIT KARTU KATA PADA KELOMPOK B TK

PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MENJEPIT KARTU KATA PADA KELOMPOK B TK

Wednesday, April 13, 2016
PTK (0038)  UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK
MELALUI PERMAINAN MENJEPIT KARTU KATA PADA KELOMPOK B TK



BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS


A. Kajian Teori
1. Kemampuan membaca
a. Pengertian kemampuan membaca
Zain dalam Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Kemampuan (ability) merupakan kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
Menurut Hartati dalam Susanto (2011:84) membaca pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan walaupun dari kegiatan ini terjadi pengenalan huruf-huruf. Membaca dikatakan sebagai kegiatan fisik karena pada saat membaca bagian-bagian tubuh khususnya mata membantu melaksanakan proses membaca. Membaca dikatakan sebagai kegiatan mental karena pada saat membaca bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan terlibat didalamnya.
Dhieni dkk, (2007:5.5) menyatakan bahwa membaca merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif.
Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Sholehudin dkk, (2007:7.10) menegaskan "membaca adalah suatu proses memaknai dan bukan hanya membunyikan kata- kata".
Steinberg dalam Susanto (2008:82) menyatakan bahwa membaca dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah. Program ini memupukkan perhatian pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak dan bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik dan sebagai perantara pembelajaran.
Anak yang menyukai gambar atau huruf sejak awal perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca lebih besar karena mereka tahu bahwa membaca membuka pintu baru, membenahi informasi dan menyenangkan (Eliason dalam susanto, 2008:86)
Berdasarkan defmisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca adalah kecakapan seseorang dalam memadukan kegiatan fisik dan mental yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, memaknai serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan, dan kemampuan membaca pada anak dapat dikembangkan secara terprogram dan sedini mungkin melalui permainan sebagai sarana pembelajaran. 

b. Manfaat membaca bagi anak
Kemampuan membaca sangat besar manfaatnya bagi anak. Leonhardt dalam Dhieni (2007:5.5) menyatakan bahwa ada beberapa alasan mengapa perlu menumbuhkan cinta membaca pada anak di antaranya :
1) Anak yang senang membaca akan membaca dengan baik, sebagian besar waktunya digunakan untuk membaca, dengan kebiasaan membaca akan melatih dan terus mengembangkan kemampuan membaca anak sehingga anak yang gemar membaca dalam hari-harinya memiliki kemampuan membaca lebih dibandingkan anak yang tidak suka membaca
2) Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik. Anak yang gemar membaca akan mudah mengeluarkan isi hatinya melalui kemampuan verbal dan anak akan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
3) Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal dan membuat belajar lebih mudah. Pengetahuan yang didapat dari membaca akan menjadikan anak sebagai pribadi yang terbuka dan sebagian pelajaran melibatkan membaca sehingga anak yang suka membaca akan jauh lebih mudah menerima pelajaran
4) Kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak.
5) Membaca dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang. Membaca akan membantu anak mengendalikan emosi-emosi dalam diri anak seperti: sabar, tekun, sayang, dan lain sebagainya
6) Anak-anak yang gemar membaca dihadapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan.
7) Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka. Anak-anak yang suka membaca akan terinspirasi dari berbagai bacaan dan imajinasi anak akan berkembang.
Hasan (2010:323) menyatakan bahwa kebiasaan membaca yang tumbuh sejak kecil, selain baik untuk perkembangan otak anak, juga membuat anak bisa lebih berpikir rasional dan lebih mampu mengendalikan diri. Kebiasaan membaca sejak kecil akan memperkaya wawasan anak yang bermuara pada jati diri manusia yang berkualitas. Semakin dini seorang anak belajar membaca, maka akan memupuk kebiasaan dan kecintaan pada kegiatan membaca.
Menurut Marktwain dalam Putra (2008:7) dengan membaca buku bermutu seseorang memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca. Sedangkan alvin toffler mengatakan dimasa yang akan datang orang yang buta huruf bukan semata-mata orang yang tidak dapat membaca, yang paling celaka dia akan menjadi orang yang tidak tahu bagaimana caranya belajar.
Pakar lain yakni David dalam Putra (2008:9-10) mengatakan bahwa membaca adalah kebalikan dari menonton televisi. Buku memang lambat tetapi menarik hati, menginspirasi mengasah otak dan menumbuhkan kreativitas. Membaca memang membutuhkan waktu untuk mencerna, memahami isi bacaan, tetapi itulah yang mampu membuat anak lebih berpikir kreatif dan kritis.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca anak
Anderson dalam Dhieni (2007:5.19) mengemukakan bahwa faktor motivasi, lingkungan, keluarga, dan guru adalah faktor yang sangat berpengaruh pada kemampuan membaca anak usia dini. Motivasi dari dalam diri anak merupakan faktor yang sangat mendasar bagi kemampuan membaca anak kemudian didukung oleh lingkungan terdekat anak yakni keluarga sebagai pendidik informal bagi anak serta lingkungan sekitar anak seperti teman, masyarakat dan sekolah. Pendapat senada dikemukakan oleh Tampubolon (2007:5.19) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis terbagi atas dua bagian yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah faktor-faktor perkembangan baik bersifat biologis maupun psikologis, dan linguistik yang timbul dari diri anak, sedangkan eksogen adalah faktor lingkungan. Kedua faktor ini saling terkait, dengan kata lain bahwa kemampuan membaca dan menulis dipengaruhi secara bersama.
Hasan (2010:122) menyatakan bahwa keseimbangan yang lebih baik antara dua belahan otak dapat meningkatkan rasa aman, harmonis, membantu kemampuan membaca dan mengerti, serta meningkatkan daya konsentrasi dan fokus. Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pada anak adalah keseimbangan perkembangan biologis maupun psikologis anak, motivasi dari dalam diri anak, keluarga,dan lingkungan. 

d. Tanda-tanda kesiapan membaca pada anak usia dini
Susanto (2008:84) menyatakan untuk dapat membaca dengan baik maka perlu disertai dengan kesiapan membaca
antara lain :
1) Rasa ingin tahu tentang benda di dalam lingkungan, manusia, proses dan sebagainya. Rasa ingin tahu yang tinggi tentang benda-benda di lingkungan sekitar biasanya ditunjukkan dengan sikap kritis anak baik melalui pertanyaan-pertanyaan mengenai benda ataupun proses terjadinya sesuatu, tindakan-tindakan seperti memegang, merasakan dan lain sebagainya demi menemukan jawaban dari rasa keingintahuan anak.
2) Mampu menerjemahkan atau membaca gambar dengan
mengidentifikasi dan menggambarkannya.
Melalui gambar anak mulai mampu menceritakan sesuatu tentang gambar tersebut dan imajinasi anak mulai berkembang
3) Menyeluruh dalam pembelajaran
Anak mulai mampu mengikuti pembelajaran secara menyeluruh baik fisik maupun mental, anak terlibat aktif dalam setiap kegiatan, dan mengalami perkembangan yang baik pada semua aspek perkembangan
4) Melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa percakapan khususnya dalam kalimat
5) Memiliki kemampuan dalam membedakan persamaan dan perbedaan dalam suara secara cukup baik untuk mencocokkan suara dengan yang lainnya
6) Keinginan untuk belajar membaca Kemauan untuk belajar membaca timbul dari dari dalam diri anak
7) Memiliki kematangan emosional yang cukup untuk dapat konsentrasi dan terus menerus dalam suatu tugas Konsentrasi anak mulai meningkat sehingga siap untuk menerima stimulasi yang lebih membutuhkan konsentrasi yang tinggi
8) Memiliki percaya diri dan stabilitas emosi
Anak yang memiliki percaya diri dan stabilitas emosi akan siap menerima pembelajaran membaca dalam suasana kebersamaan dengan teman-teman.
Menurut Dhieni (2007:5.17) tanda-tanda kesiapan anak sudah dapat diajarkan membaca diantaranya:
1) anak sudah memahami bahasa lisan
2) anak sudah dapat mengucapkan kata-kata dengan jelas
3) anak sudah dapat mengingat kata-kata
4) anak sudah dapat menguj arkan bunyi huruf
5) anak sudah menunjukkan minat membaca
6) anak sudah dapat membedakan bunyi dan objek-objek dengan baik

e. Tahap perkembangan membaca anak usia dini
Tahap perkembangan membaca anak usia dini menurut Steiberg dalam Susanto (2011:90) antara lain :
1) Tahap kesadaran terhadap tulisan
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadari bahwa buku itu penting, melihat dan membolak balikkan buku dan terkadang suka membawa buku kesukaan
2) Tahap membaca gambar
Anak TK sudah dapat memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, memberi makna gambar, menggunakan bahasa buku walaupun tidak cocok dengan tulisan. Anak menyadari bahwa buku memiliki karakteristik khusus seperti judul, halaman, humf, kata dan kalimat serta tanda baca. Anak sudah menyadari bahwa buku terdiri dari bagian depan,tengah dan bagian akhir.
3) Tahap pengenalan bacaan
Pada tahap ini anak TK telah dapat menggunakan tiga si stem bahasa yakni bunyi huruf, arti kata, dan aturan kata atau kalimat secara bersama-sama. Anak dapat membunyikan huruf dengan jelas, menggunakan kata yang tidak mempunyai makna ganda dan mengaplikasikan dalam kalimat yang baik. Anak sudah tertarik pada bahan bacaan dan mulai mengingat kembali cetakan huruf dan konteksnya.
4) Tahap membaca lancar
Pada tahap ini anak sudah dapat membaca lancar berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Anak membaca tanpa mengeja atau memenggal kata
Menurut Cochrane dalam Dhinie (2007:5.13) perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia (4-6 tahun) berlangsung dalam lima tahap yakni: tahap fantasi (magical stage), tahap pembentukan konsep diri (self concept stage), tahap membaca gambar (brigging reading stage), tahap pengenalan bacaan (sake-off reader stage), tahap membaca lancar (independent reader stage).