2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Mills dalam Suprijono (2013:45) mengatakan bahwa model adalah bentuk representasi yang akurat sebagai suatu proses aktualisasi yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak sesuai dengan model tersebut. Menurut Joyce dalam Huda (2013:73) model adalah pola yang dapat digunakan untuk membentuk urikulum, mendesain mater-materi instruksional, dan memandu proses pembelahjaran di ruang kelas. Senada dengan Joyce, Suprijono (2013:46) mendefinisikan model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau tutorial di kelas. Model pembelajaran juga dapat didefmisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan pengertian-pengertian di muka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang dijadikan pedoman untuk mengorganisasikan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan belajar.
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran koorperatif menurut Huda (2013:111) adalah belajar dalam sebuah kelompok dengan kerjasama dan bersistem reward. Defmisi lain dari pembelajaran koorperatif yaitu sebuah konsep yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh gum. Secara umum dalam pembelajaran kooperatif seorang gum bertugas sebagai pemberi dukungan, mengarahkan peserta didik, dan fasilitator yaitu menetapkan tugas dan pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud (Panitz dalam Suprijono 2013:54).
Trianto 2007 (dalam Setiyani 2013:54) juga menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi hakekat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Menurut Slavin (2005:4), dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berbasis kelompok dengan gum sebagai pendamping dan yang memfasilitasi kebutuhan peserta didik yang bemsaha memahami konsep dengan berdiskusi dengan kelompoknya.
Menurut Suprijono (2013:58) pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yang bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar segala sesuatu yang dapat bermanfaat baginya seperti halnya fakta, keterampilan, konsep, nilai, serta bagaimana hidup bermasyarakat yang baik
hidup dengan serasi di tengah masyarakat yang amat jamak; (2) orang-orang yang memiliki kompetensi dalam melakukan penilaian akan mengakui adanya pengetahuan, nilai, dan keterampilan yang telah dikuasai siswa dalam pembelajaran.
2.1.3 Model Pembelajaran Snowball Throwing
Snowball Throwing sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Komalasari 2011 (dalam Setiyani 2013:49) mengemukakan bahwa Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang di padukan melalui satu permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.
Menurut Huda (2013:226) Snowball Throwing merupakan sebuah strategi pembelajaran yang digunakan untuk memberikan onsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa dan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dengan melempar segumpalan kertas untuk siswa lain yang harus menjawab pertanyaan.
Model Snowball Throwing mampu melatih siswa untuk lebih tanggap dalam menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan menggunakan kertas berisi pertanyaan yang dibentuk menjadi sebuah bola kertas lalu dilemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaan (Widodo 2009 dalam Setiyani 2013:50).
Snowball Throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas dari gum lalu masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh (Suprijono dalam Anshari 2013:5).
Dari beberapa uraian di muka, dapat peneliti simpulkan bahwa Snowball Throwing merupakan model pembelajaran koorperatif yang menyenangkan. Melalui permainan melempar bola kertas berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan melatih siswa untuk membuat pertanyaan dan melatih kepemimpinan siswa dalam kelompok.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing menurut Suprijono (2013:128) adalah sebagai berikut:
1) guru menyampaikan mated yang akan disajikan.
2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
3) masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4) kemudian, masing-masing siswa diberi satu lembar kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5) kemudian, kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama lebih kurang 15 menit.
6) setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan, siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7) guru memberikan kesimpulan.
8) evaluasi
9) penutup
Berdasarkan langkah-langkah model Snowball Throwing yang diuraikan oleh Suprijono di atas, peneliti mengembangkan sintaks pembelajaran IPS di SD menggunakan model Snowball Throwing Berbantuan media Powerpoint. Adapun langkah-lamgkahnya adalah sebagai berikut:
1. guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran, mengkondisikan kelas, serta mempersiapkan media pembelajaran.
2. guru memberikan apersepsi berkaitan dengan materi tentang koperasi yang akan disampaikan.
3. guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. guru menampilkan media powerpoint yang isinya berkaitan dengan materi tentang koperasi yang akan dipelajari.
5. guru menjelaskan materi tentang koperasi yang ada dalam media powerpoint.
6. guru membentuk kelompok-kelompok secara heterogen.
7. guru memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan mated tentang koperasi.
8. masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan mated yang disampaikan oleh gum kepada temannya.
9. masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberi satu lembar kertas kerja. kemudian masing-masing siswa dalam kelompok tersebut diminta menuliskan satu pertanyaan yang berkaitan dengan mated tentang koperasi yang telah dijelaskan oleh ketua kelompok. kertas kerja yang berisikan
pertanyaan tersebut, dibuat seperti bola dan dilemparkan ke kelompok lain sesuai arahan yang diberikan oleh guru.
10. setelah siswa dalam setiap kelompok mendapatkan satu bola/satu pertanyaan, siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan jawaban dad pertanyaan yang telah didapat bersama teman kelompoknya dan menuliskan jawaban di kertas kerja yang telah diberikan.
11. tiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan jawaban dan menanggapi hasil diskusi.
12. evaluasi
13. penutup
Model Snowball Throwing memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran model Snowball Throwing menurut Suprijono (dalam Anshari 2013:7) diantaranya: (1) melatih kedisiplinan murid; dan (2) saling memberi pengetahuan. Sedangkan menurut Safitri (dalam Anshari 2013:8) kelebihan model Snowball Throwing antara lain:
1. melatih kesiapan murid dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada mated yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan,
2. murid lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang mated pelajaran yang dipelajari. hal ini disebabkan karena murid mendapat penjelasan dan teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok,
3. dapat membangkitkan keberanian murid dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru,
4. melatih murid menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik,
5. merangsang murid mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut,
6. dapat mengurangi rasa takut murid dalam bertanya kepada temanmaupun guru,
7. murid akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah,
8. murid akan memahami makna tanggung jawab,
9. murid akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial,budaya, bakat dan intelegensia,
10. murid akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.