SKRIPSI PENGARUH INFLASI, KURS, INVESTASI DAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM

Tuesday, January 19, 2016
(0003-EKONPEMB) SKRIPSI PENGARUH INFLASI, KURS, INVESTASI DAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM


BAB II
LANDASAN TEORI, PENELITIAN TERDAHULU DAN KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

4.1.Landasan Teori
2.1.1. lnflasi
2.1.1.1. Defenisi lnflasi
Defenisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut dengan inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono, 1987: 161).
Untuk mengetahui tinggi rendahnya kenaikan harga atau laju kecepatan inflasi itu seringkali digunakan indeks harga. Yang paling banyak digunakan adalah indeks biaya hidup yang sudah mencakup 62 macam barang dan ini sudah diperbaiki lagi menjadi indeks harga konsumen (IHK) yang meliputi 150 macam barang. Untuk meneliti laju inflasi itu biasanya macam barang dikelompokkan lagi menjadi kelompok bahan makan, kelompok sandang, kelompok perumahan dan kelompok Iain-lain (Suparmoko, 2000: 209).
2.1.1.2. Penggolongan dari Jenis Inflasi
Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi, dan penggolongan
mana yang kita pilih tergantung pada tujuan kita. Penggolongan pertama didasarkan
atas "parah" tidaknya inflasi tersebi 6 an kedua atas dasar sebab-musabab
awal dari inflasi, penggolongan ketiga berdasarkan asal dari inflasi (Boediono, 1990).
1. Penggolongan pertama, didasarkan atas "parah" tidaknya inflasi, dibedakan menjadi:
a. Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
b. Inflasi sedang (antara 10 - 30% setahun)
c. Inflasi berat (antara 30 - 100% setahun)
d. Hiperinflasi (di atas 100& setahun)
2. Penggolongan kedua, didasarkan atas dasar sebab-musabab awal dari inflasi, yaitu:
a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation.
Harga


H2 Hi

Output
Gambar 2.1. Demand Inflation
Gambar 2.1 menggambarkan suatu demand inflation. Karena permintaan masyarakat akan barang-barang {aggregate demand) bertambah (misalnya, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah), maka kurva aggregate demand bergeser dari dari T)\ ke D2. Akibatnya harga akan naik dari Hi ke H2. b. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Ini disebut cost inflation.


Harga
H4 H3

^ ^3 Output
.
Gambar 2.2. Cost Inflation

Pada Gambar 2.2 kita lihat bahwa bila biaya produksi naik (misalnya karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (aggregate supply) bergeser dari Si ke S2. Akibat dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan harga output, tidak berbeda, tetapi dari segi volume output (GDP riil) ada perbedaan. Dalam kasus demand inflation, biasanya ada kecenderungan untuk output (GDP riil) menaik bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar kecilnya kenaikan output ini tergantung kepada elastisitas kurva aggregate supply; semakin mendekati output maksimum semakin tidak elastis kurva ini. Sebaliknya, dalam kasus cost inflation biasanya kenaikan harga-harga dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang ("kelesuan usaha"). Perbedaan yang lain dari kedua proses inflasi ini terletak pada urutan dari kenaikan harga. Dalam demand inflation kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi (upah dan sebagainya). Sebaliknya dalam cost inflation kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi mendahului kenaikan harga barang-barang akhir (output).
Kedua macam inflasi ini jarang sekali ditemukan dalam praktek dalam bentuk yang murni. Pada umumnya inflasi yang terjadi adalah kombinasi dari kedua macam inflasi tersebut, dan seringkali keduanya saling memperkuat satu sama lain.
3. Penggolongan ketiga, berdasarkan asal dari inflasi, yaitu:
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestik inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen gagal dan sebagainya. Akibat dari pencetakan uang baru tersebut pada akhirnya yang akan menimbulkan inflasi.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi yang berasal dari luar negeri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga (yaitu, inflasi) di luar negeri atau negara-negara langganan berdagang kita. Kenaikan harga barang-barang yang kita impor mengakibatkan: (1) secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari barang-barang yang tercakup di dalamnya bersal dari impor, (2) secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan biaya produksi (dan kemudian, harga jual) dari berbagai barang yang menggunakan bahan mentah atau mesin-mesin yang harus diimpor (cost inflation), (3) secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri karena kemungkinan (tetapi ini tidak harus demikian) kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi kenaikan harga impor tersebut (demand inflation).
terutama pada barang-barang impor atau kenaikan bahan baku yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Kenaikan harga barang impor yang merupakan salah satu komponen Indeks Harga Konsumen akan meningkatkan biaya produksi.

2.1.2.3. Teori lnflasi
Secara garis besar terdapat tiga kelompok yang mengemukakan masalah inflasi, masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi (Boediono, 1990: 167):
a. Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi yang terdiri dari:
1. Jumlah Uang yang Beredar.
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar (baik penambahan uang kartal maupun penambahan uang giral). Tanpa ada kenaikan jumlah uang beredar, misalnya kegagalan panen, hanya akan menaikkan harga-harga untuk sementara waktu saja. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya walau apapun yang menyebabkan kenaikan harga tersebut.
2. Ekspektasi Masyarakat
Laju inflasi ditentukan oleh penambahan jumlah uang beredar dan oleh
psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa
mendatang. Ada 3 (tiga) kemungkinan keadaan, yaitu:
(1) Keadaan yang pertama adalah bila masyarakat tidak (belum) mengharapkan harga-harga untuk naik pada bulan-bulan mendatang. Dalam hal ini, sebagian besar dari penambahan jumlah uang yang beredar akan diterima oleh masyarakat untuk menambah likuiditas nya. Ini berarti bahwa sebagian besar dari kenaikan dari jumlah uang tersebut tidak dibelanjakan untuk pembelian barang. Selanjutnya, ini berarti bahwa tidak akan ada kenaikan permintaan yang berarti akan barang-barang.
(2) Keadaan yang kedua adalah dimana masyarakat (atas dasar\ pengalaman di bulan-bulan sebelumnya) mulai sadar bahwa ada inflasi. Orang-orang mulai mengharapkan kenaikan harga. Penambahan jumlah uang yang beredar tidak lagi diterima oleh masyarakat untuk menambah pos kas-nya, tetapi akan digunakan untuk membeli barang-barang. Hal ini dilakukan karena orang-orang berusaha untuk menghindari kerugian yang timbul seandainya mereka memegang uang tunai. Dari segi kemasyarakat secara keseluruhan hal ini berarti adanya kenaikan permintaan akan barang-barang. Akibat selanjutnya adalah naiknya harga barang-barang tersebut.
(3) Keadaan ketiga terjadi pada tahap hiper inflasi. Dalam keadaan ini orang-orang sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Keengganan untuk memegang uang kas tersebut diterima di tangan menjadi semakin meluas dikalangan masyarakat. Orang cenderung mengharapkan keadaan semakin memburuk: laju inflasi untuk bulan- bulan mendatang diharapkan semakin besar dibandingan dengan laju inflasi dibulan sebelumnya. Keadaan ini ditandai oleh semakin cepatnya peredaran uang {velocity of cisculation yang menaik).
Hiperinflasi menghancurkan bukan hanya sendi-sendi ekonomi moneter tetapi juga sendi-sendi sosial-politik dari suatu masyarakat.

Struktur masyarakat yang baru akan timbul menggantikan struktur
yang lama,
b. Teori Keynes
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya yang menyoroti aspek lain dari inflasi. Meneurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi, menurut pandangan ini tidak lain adalah proses perebutan bagian rejeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian lebih dari pada yang bisa disediakan oleh disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (timbul apa yang disebut dengan inflantionary gap). Inflationary gap ini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil menterjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan barang-barang. Dengan lain perkataan mereka berhasil memperoleh dana untuk mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian barang-barang yang didukung dengan dana. Golongan masyarakat seperti ini mungkin adalah pemerintah sendiri, yang berusaha memperoleh bagian yang lebih besar dari output masyarakat jalam menjalankan defisit dalam anggaran belanjanya yang dibiayai dengan mencetak uang baru. Golongan tersebut mungkin juga pengusaha-pengusaha swasta yang menginginkan untuk melakukan investasi-investasi baru dan memperoleh dana pembiayaannya dari kredit dari bank.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »