SKRIPSI PERAN GANDA SEORANG SINGGLE PARENT

Wednesday, January 13, 2016
(0009-PSIKOLOGI) SKRIPSI PERAN GANDA SEORANG SINGGLE PARENT

BAB II 
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi peran ganda
Kata "peran" diambil dari istilah teater dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kelompok kelompok masyarakat. "Peran ialah bagian yang kita mainkan pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri kita dengan keadaan" (Wolfman, 1989: 10). Johnson & Johnson (2000: 26-27) mengatakan, peran didefinisikan sebagai gambaran mengenai perilaku yang sesuai pada suatu posisi ke arah posisi lain yang saling berhubungan yang didalamnya meliputi hak dan kewajiban.
Sedangkan Soerjono Soekanto (1990: 268-269) menyebutkan bahwa "suatu peran menentukan apa yang diperbuat seseorang bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya". Norma-norma yang ada didalam suatu peran sangat penting untuk mengatur perilaku seseorang. Peran mencakup tiga hal, yaitu:
1. Peran meliputi norma-norma yang dihubngkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
2. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Seiring dengan perkembangan jaman serta dipengaruhi oleh emansipasi wanita maka peran wanita pun semakin berkembang.
Wolfman (1989: 38) menyatakan bahwa orang-orang yang secara radikal memperjuangkan hak-hak kaum wanita berusaha melawan pendapat stereotype, tidak hanya menyangkal, melainkan juga menentang pola perilaku tradisional kaum wanita. Mereka ingin membetulkan pendapat mengenai peran kaum wanita dan memperjuangkan keadilan dan persamaan kedudukan bagi kaum wanita. Dengan berbuat demikian, mereka menyangkal pendapat bahwa kaum wanita dalam segala hal berlainan dengan kaum pria. Anggapan bahwa pria dan wanita mempunyai karakter yang berbeda menurut fungsinya tidak menurut status sosialnya, merupakan kutukan bagi mereka. Oleh karena itu mereka menolak setiap anggapan bahwa ada nilai-nilai dan perbuatan-perbuatan yang khusus bagi wanita dan penting bagi masyarakat.
Kaum wanita tidak hanya berperan di dalam rumah saja, namun wanita berperan juga dilingkungan kerja. sebaimana dikatakan oleh Wolfman (1989: 10) bahwa meskipun dahulu kaum wanita dewasa hanya memegang peran dalam keluarga, namun dewasa ini banyak sekali wanita yang memainkan peran daam dunia kerja untuk mendapatkan nafkah. Kaum wanita dapat menduduki jabatan yang tidak bersifat tradisional (berbeda dengan peran wanita di rumah), namun mereka tidak dapat ingkar dari tanggung jawab rumah tangga yang sifatnya tradisional. Hal ini merupakan salah satu diantara keluhan-keluhan yang dikemukakan para wanita dimana mereka harus menggabungkan antara pekerjaan rumah tangga dan tugas istri dengan pekerjaan sehari penuh. Salah satu perbedaan penting ialah bahwa wanita rumah tangga lebih mengatur waktunya sendiri daripada ditentukan orang lain untuk melakukan tugas tugas yang perlu (Wolfman, 1989: 28). Sementara itu menurut Noe (2001: 417) wanita yang berperan ganda atau career family women harus bertanggung jawab atas perannya terhadap kualitas perhatian dan perawatan terhadap anak serta bartanggung jawab atas perannya terhadap kualitas pekerjaan.
Berbagai alasan yang melatar belakangi wanita untuk bekerja seperti penjelasan dari Wolfman (1989: 26-27) bahwa disamping uang ternyata wanita karier membuahkan banyak hal, seperti membantu orang lain dan pemenuhan diri pribadi. Pada umumnya wanita bekerja untuk menambah gaji suami atau menopangkeuanagn keluarga untuk bertahan hidup tanpa bermaksud menaiki jenjang kepangkatan. Adapun alasan wanita dalam menentukan pilihan dalam bekerja seperti yang dijelaskan oleh Hurlock (1997: 79-280) dimana pada usia dewasa muda berusia antara umur dua puluhan bahkan umur tiga puluhan dalam memilih pekerjaan tergantung pada faktor-faktor tertentu, diantaranya adalah perlunya persiapan yang lama dan memakan banyak biaya untuk membentuk karier sehingga sulit sekali untuk seseorang untuk menukar kariernya. Faktor lain adalah nilai dan harapan yang tidak realistis, khususnya yang berkenaan dengan prestise dan otonomi tugas-tugas.
Hurlock (1997: 285-286) menambahkan bahwa ada dua alasan umum bagi kemantapan jurusan yang lebih besar baik bagi pria maupun untuk wanita. Pertama, kesempatan kerja bagi wanita lebih sedikit daripada kesempatan untuk kaum pria. Kedua, sebagian besar wanita juga bekerja di luar rumah karena mereka dan keluarganya kekurangan uang. Menyadari bahwa betapa sulit bagi wanita untuk memperoleh pekerjaan, maka mereka begitu erat memegang apa yang teah dimiliki tanpa menghiraukan perasaan pribadinya, karena mereka menyadari pendapatnya penting bagi mereka dan keluarganya. Sebaliknya, pria dapat memperoleh kesempatan yang lebih banyak karena mereka mempunyai lebih banyak kesempatan untuk memilih bidang kerja yang tersedia bagi mereka, walaupun dalam situasi ekonomi yang sulit. Alasan ekonomi juga dapat mempengaruhi wanita untuk bekerja.
Hurlock (1997: 280) mengatakan bahwa banyak istri bekerja dengan tujuan membantu suaminya dalam mencari nafkah, sedang suaminya juga bekerja atau bahkan berpindah karier. Namun adapun sejumlah wanita yang bekerja dengan menyesuaikan pada bakat dan minatnya (Hurlock, 1997: 278).
Berbagai tanggung jawab yang harus dipikul wanita pun semakin bertambah. Menurut Wolfman (1989: 45-46) kaum wanita banyak mengemban tugas dan memikul tanggung jawab di dalam dan di luar rumah, mereka harus belajar menggunakan waktu dngan bijaksana. Mereka harus menggunakan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya dan mengamati kegiatan mereka. Namun adapula wanita yang terlampau sibuk dengan kegiatannya sehingga lupa untuk membina rumah tangga. Hal ini sesuai dengan pendapat Wolfman (1989: 54) bahwa banyak wanita hidup dalam kesibukan, kegiatan yang padat, produktif dan merasa agak kabur tentang masa depan. Beberapa wanita ini baru memperhatikan masalah menjadi ibu kalau hampir berumur tiga puluh tahun.
Wolfman (1989: 49-50) mengatakan bahwa tanggung jawab mengatur waktu biasanya dibebankan pada ibu. Ibulah yang biasanya bertanggung jawab atas keberangkatan anak ke sekolah dan keberangkatan suami ke pekerjaan pada waktunya. Setiap hari seorang ibu mulai mengurus rumah tangganya, bertanggung jawab atas setiap orang dalam keluarga, sekaligus menyiapkan diri berangkat kerja pada waktunya. Seorang ibu tidak hanya harus menjaga agar keluarganya menempati waktu, tetapi juga mengajarkan kebiasaan baik dan kesadaran akan waktu kepada anak-anak mereka saat meraka beranjak dewasa untuk memikul tanggung jawab yang makin bertambah. Tujuannya agar setiap anggota keluarga biar menepati waktu dan dapat merencanakan serta mengatur waktu dengan baik. Woflman menambahkan dalam mengatur waktu wanita memiliki suatu teknik antara lain:
a. Membuat daftar dan inventaris
Menyusun daftar adalah cara paling umum untuk rencana jangka pendek mencatat apa yang harus dilakukan adalah cara yang baik untuk mengadakan inventarisasi dan menetapkan pilihan kalau terlalu banyak hal yang terdaftar. Hal ini untuk mengantisipasi hal yang akan dilakukan serta dampak yang ditimbulkan terhadap orang lain maupun diri sendiri.
b. Mengurangi waktu tidur
Banyak wanita menyisihkan waktu satu jam setiap harinya dan menggunakan waktu tersebut dengan sebaik-baiknya.
c. Hidup dengan ritme yang sederhana
Ada wanita yang berpendapat bahwa mereka perlu menyederhanakan ritme hidup mereka agar mereka dapat memenuhi jadwal kerja mereka. Diantara berbelanja sekaligus untuk kebutuhan selama seminggu, memeasak lauk pauk kering untuk beberapa hari, mengurusi anak-anak untuk mengerjakan beberapa tugas rutin rumah tangga yang sederhana, mengupah pembantu rumah tangga atau menggunakan alat-alat rumah tangga yang canggih dan efisien.
Banyak wanita yang berusaha mengabaikan kotoran dan debu dirumahnya. Ada pula yang berusaha membersihkan rumah secara sambil lalu untuk menghemat waktu. d. Mencari bantuan dalam melakukan tugas rumah tangga
Kaum wanita yang bersikeras menyatakan bahwa semua anggota keluarga harus ikut serta terlibat dalam tugas rumah tangga, dan tanggung jawab lainnya, cenderung tidak terlalu terbebani rasa capai mereka. Akan timbul rasa bangga karena setiap orang dalam keluarga ikut serta membantu kesejahteraan keluarga. Para suami tentu dapat melakukan segala hal yang dapat dikerjakan wanita, seperti menyapu, mengepel, berbelanja dan memasak.
Sangatlah perlu menyuruh anak-anak memikul sebagian tanggung jawab untuk melakukan tugas. Mereka tidak hanya dapat membantu mengurus diri sendiri, tetapi dapat juga ambil bagian dalam tugas bersama. Mereka dapat dibantu mendewasakan diri dengan cara bertujuan membangun dan memperhatikan kepentingan orang lain. Mereka juga belajar

Artikel Terkait

Previous
Next Post »