SKRIPSI KEPEMIMPINAN CAMAT DI KANTOR KECAMATAN

Friday, January 08, 2016
(0007-ADM-NEGARA) SKRIPSI KEPEMIMPINAN CAMAT DI KANTOR KECAMATAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 KONSEP GAYA KEPEMIMPINAN
2.1.1. Beberapa Pengertian
Dalam bahasa Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama "pimpin". Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin atau leader merupakan inisiator, motivator, stimulator, dan innovator dalam organisasi (Kartono,2006:10). Kenry Pratt Fairchild (dalam Harbani Pasolong 2010), Pemimpin dapat dibedakan dalam 2 arti : Pemimpin arti luas, seorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif tingkah laku masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir atau mengawasi usaha-usaha orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan. Pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-alat yang meyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara sukarela.
Harbani Pasolong (2010) mengartikan pemimpin sebagai orang yang mempunyai pengikut atau pendukung karena kapasitasnya. Kartono (2006:51), menyatakan pemimpin adalah seseorang pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu. Sedangkan pengertian pemimpin yang paling baru sebagai post modern dari Lantu dalam Harbani Pasolong 2010, menyatakan bahwa pemimpin adalah pelayan. Definisi yang terakhir sangat menarik sebab yang terjadi selama ini adalah pemimpin yang dilayani, bukan melayani?. Intinya pemimpin adalah orang yang mempunyai pengikut karena kapasitasnya.
Dari berbagai definisi para ahli di atas, maka pemimpin dapat diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan dalam menggerakkan seseorang atau sekelompok orang untuk mengikuti kehendaknya demi mencapai tujuan bersama yang spesifik. Perbedaan pemimpin dan pimpinan Pemimpin merupakan seseorang yang mendapat pengakuan dari pengikut/bawahannya akibat proses yang telah ia lewati melalui ruang dan waktu dalam membawakan tujuan-tujuan organisasi yang dipimpinnya, sedangkan pimpinan merupakan seseorang yang secara formal atau legitimate menjadi ketua di dalam suatu organisasi formal dan biasanya memiliki kekuatan hukum. Intinya pejabat tertinggi sudah pasti pimpinan, tapi belum tentu dapat berperan sebagai pemimpin”.
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan adalah kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi conform dengan keinginan pemimpin (Kartono,2006:10). Selanjutnya George R.Terry (dalam LAN 1977:343) memberikan perumusan bahwa kepemimpinan adalah hubungan dimana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara sukarela dalam usaha mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan pemimpin tersebut.
Agak mirip dengan perumusan George R.Terry, Ordway Tead dalam LAN 1985 memberi arti kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama ke arah berbagai tujuan yang sama-sama mereka inginkan, Robert Tannenbaum dan Fred Massarik dalam LAN 1985, mengatakan bahwa kepemimpinan selalu bersangkutan dengan usaha-usaha pada pihak seorang yang mempengaruhi (influencer) untuk mempengaruhi seorang pengikut (yang dipengaruhi/influence) atau pengikut-pengikut dalam suatu situasi.
S. Pamudji (1995:8) mengatakan kepemimpinan adalah salah satu sarana dalam menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan orang-orang untuk bertindak. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam menentukan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Harsey & Blanchard (dalam Harbani Pasolong 2010), menyebut kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Kartono (2005:153), menyatakan “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah direncanakan”. Jadi kepemimpinan merupakan aspek yang paling nyata dari kegiatan manajemen. Sedangkan Sondang P.Siagian (2003), mengatakan Kepemimpinan merupakan inti manajemen yakni sebagai motor penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat bagi organisasi. Sukses tidaknya organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan tergantung atas cara-cara memimpin yang terapkan oleh pemimpin tersebut
Dari berbagai definisi para ahli di atas, maka dapat dijadikan dasar untuk menambah pengertian kepemimpinan yakni Kepemimpinan adalah suatu cara atau sikap yang digunakan seorang pemimpin yang mempengaruhi pengikut atau bawahannya agar dapat bekerja sama secara kooperatif demi tercapainya tujuan bersama yang telah ditentukan.
Definisi Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (dalam “Leadership That Get Result” penerjemah Diah Nugraenih P:2003). Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun non ekonomis) berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilkan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Thoha (1995), menyatakan gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Menurut Harsey & Blanchard (dalam Harbani Pasolong 2010), gaya kepemimpinan adalah pola-pola perilaku konsisten yang mereka terapkan dalam bekerja dengan dan melalui orang lain seperti yang dipersepsikan orang-orang itu. Gaya kepemimpinan menurut Pandji Anoraga (2003:7) adalah ciri seorang pimpinan melakukan kegiatannya dalam membimbing, mengarahkan, mempengaruhi, dan menggerakkan para pengikutnya dalam rangka mencapai tujuan.
Menurut Stoner dalam Harbani Pasolong 2010, gaya kepemimpinan (leadership style) adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Stoner membagi dua gaya kepemimpinan yaitu : (1) Gaya yang berorientasi pada tugas mengawasi pegawai secara ketat untuk memastikan tugas dilaksanakan dengan baik, (2) Gaya yang berorientasi pada pemimpin lebih menekankan motivasi daripada mengendalikan bawahan.
Dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Gaya Kepemimpinan adalah suatu perilaku yang menjadi tipe atau ciri yang dipergunakan pemimpin dalam memimpin pengikutnya/bawahannya baik secara moril maupun materiil dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Secara umum gaya kepemimpinan yang diketahui khalayak hanya dalam dua gaya, yaitu gaya kepemimpinan otoriter dan gaya kepemimpinan demokrasi.

2.1.2. Macam-macam Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan menurut S. Pamudji (1995:123) sering dibedakan antara gaya motivasi (motivational style), gaya kekuasaan (power style), dan gaya pengawasan (supervirory style).
a) Gaya motivasi (motivational style), yaitu pemimpin dalam menggerakkan orang-orang dengan mempergunakan motivasi, baik yang berupa imbalan ekonomis dengan memberikan hadiah (reward) yang bersifat positif, maupun yang berupa ancaman hukuman (penalties) yang bersifat negative. Dalam pengertian ini kepemimpinan sedapat-dapatnya menekankan pada pemberian motivasi yang bersifat positif.
b) Gaya Kekuasaan (power style), pemimpin yang cenderung menggunakan kekuasaan untuk menggerakkan orang-orang. Dalam menggunakan kekuasaannya dapat dibedakan gaya otokritik, gaya demokratik, dan gaya bebas.
Gaya otokritik, yang kadang-kadang disebut kepemimpinan otoritarian, yaitu pemimpin otoriter yang menggantungkan pada kekuasaan formalnya, organisasi dipandang sebagai milik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
Gaya demokratik, kadang-kadang juga disebut gaya partisipatif, yaitu pemimpin yang memandang manusia adalah mahluk yang bermartabat dan harus dihormati hak-haknya.
Gaya bebas (free-rein style), yaitu kepemimpinan yang hanya mengikuti kemauan pengikut, menghindarkan diri dari sistem paksaan atau tekanan. Berbeda dengan gaya Laissez faire yang dikemukakan oleh Lippit & white (1960), gaya ini berasumsi bahwa suatu tugas disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
Gaya kepemimpinan harus menghindari gaya bebas (free-rein style) ini dan sedapat mungkin mengusahakan gaya partisipatif atau gaya demokratik.
c) Gaya pengawasan (supervirory style), yaitu kepemimpinan yang dilandaskan kepada perhatian seorang pemimpin terhadap perilaku kelompok. Dalam hubungan ini gaya pengawasan dapat dibedakan antara :
Berorientasi pada pegawai (employee-oriented), dimana pemimpin selalu memperhatikan anak buahnya yang bermartabat.
Berorientasi kepada produksi (production oriented), dimana pemimpin selalu memperhatikan proses produksi serta metoda-metodenya.
Ket : Kepemimpinan harus mengutamakan gaya perhatian terhadap pegawai (employee oriented style) dan sedapat mungkin tidak menekankan pada orientasi kepada produksi (production oriented) sekalipun sebenarnya tidak jelek .
Selain gaya kepemimpinan tersebut di atas, terdapat gaya kepemimpinan yang paling baru yang dikemukakan pertama kali oleh James MacFregor Gurns dan disempurnakan serta diperkenalkan ke dalam konteks organisasional oleh Bernard Bass, yakni Gaya kepemimpinan “Transformasional” dan “Transaksional”.

1. Kepemimpinan Transformasional ( Transformational Leadership) 
Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi kepemimpinan. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi. Burns, merupakan salah satu pengembang yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurut Burns (dalam Harbani Pasolong 2010), kepemimpinan transformasional sebagai sebuah proses yaitu para pemimpin dan pengikut saling meningkatkan motivasi dan moralitas yang lebih tinggi.
.kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin tipe ini lebih memperhatikan kebutuhan psikologis bawahan yakni harga diri dan aktualisasi diri bawahan dalam mengembangkan kemampuannya. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.
Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang kharismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta menempatkan kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi.
Pemimpin transformasional biasanya membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar. pemimpin transformasional juga mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya.
Dengan demikian, keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu. Selanjutnya Bass dan Avolio dalam sebuah artikel di internet oleh Dwi Ari Wibawa, mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four I's". Dimensi yang pertama disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Berikut keempat dimensi tersebut :
1. Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya.
2. Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmen nya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan antusiasme dan optimisme.
3. Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
4. Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir.
2. Kepemimpinan Transaksional
Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Burns (dalam “Harbani Pasolong” 2010) pada kepemimpinan transaksional, hubungan antara pemimpin dengan bawahan didasarkan pada serangkaian aktivitas tawar menawar antar keduanya. Karakteristik kepemimpinan transaksional adalah contingent reward dan management by-exception. Pada contingent reward dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugas telah dilaksanakan, berupa bonus atau bertambahnya penghasilan atau fasilitas. Hal ini dimaksudkan untuk memberi penghargaan maupun pujian untuk bawahan terhadap upaya-upayanya. Selain itu, pemimpin bertransaksi dengan bawahan, dengan memfokuskan pada aspek kesalahan yang dilakukan bawahan, menunda keputusan atau menghindari hal-hal yang kemungkinan mempengaruhi terjadinya kesalahan.
Menurut Bycio dkk dalam artikel Dwi Ari Wibawa. kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin

Artikel Terkait

Previous
Next Post »