1. Pengertian Berhitung
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi atau rangsangan dan motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Dalam perkembangan banyak para ahli yang melakukan penelitian tentang kemampuan berhitung yang dimiliki manusia dari berbagai macam latar belakang.
Beberapa pendapat dan teori para ahli tentang berhitung yaitu menurut Moris Kline (dalam Munawir, 2005: 204) berhitung adalah salah satu cabang matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa hampir semua cabang matematika yang berjumlah delapan puluh cabang besar selalu ada berhitung. Ilmu hitung adalah suatu bahasa yang digunakan untuk menjelaskan suatu hubungan antara berbagai proyek, kejadian dan waktu. Kemudian menurut Wahyudi dan Damayanti (2005: 104) matematika (berhitung) meliputi semua pemikiran dan keahlian yang membantu manusia dalam mengatur dunia. Pemikiran dan keahlian untuk anak-anak meliputi mencocokkan, mengelompokkan, mengatur, berhitung, memisahkan, mengukur, dan membandingkan. Anak juga akan belajar melalui pengalamannya dengan bentuk, ukuran, ruang, angka, dan simbol-simbol angka.
Selanjutnya dalam Depdiknas (2010: 299) dijelaskan bahwa: berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar. Kemudian menurut Sriningsih, N (2008: 63) mengungkapkan bahwa kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta {route counting/rational counting). Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkrit. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan usia 5 atau 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus. Lebih lanjut Sriningsih,N (2008: 80) menjelaskan bahwa kegiatan menyebutkan bilangan ini dapat dilakukan melalui permainan bilangan.
Berdasarkan defmisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa berhitung adalah kemampuan mengenal angka dalam hal membilang atau mengurutkan lambang bilangan, menunjuk urutan benda untuk bilangan dan memahami konsep benda. Kemampuan berhitung melalui tahapan berhitung yaitu orespondensi satu satu, kemampuan mengenal pola yaitu mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola yang berurutan, mampu memilah atau menyortir atau klasifikasi, kemudian kemampuan membilang angka 1-20, serta kemampuan anak dalam menghafal bilangan, makna angka dan pengenalannya, kemampuan memahami ukuran waktu dan ruang kemudian penambahan dan Pengurangan yang diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Pembelajaran Berhitung di Taman Kanak-Kanak
Pendidikan di TK sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya. Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari bagaimana belajar (learning to learn) yang terbentuk pada masa pendidikan TK akan tumbuh menjadi kebiasaan di tingkat pendidikan selanjutnya.Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi merupakan cara belajar mendasar, yang meliputi kegiatan yang dapat memotivasi anak untuk menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan konsep diri (perasaan mampu dan percaya diri), melatih kedisiplinan, keberminatan, spontanitas, inisiatif, dan apresiatif.
Dalam (Depdiknas, 2010: 299) menjelaskan tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak, yaitu : Tujuan Umum, secara umum berhitung permulaan di TK adalah untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
Tujuan Khusus, secara khusus tujuannya yaitu, (1) dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini, melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak, (2) dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung, (3) memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi, (4) memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya, (5) memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
3. Manfaat Pembelajaran Matematika Berhitung anak
Dalam pembelajaran matematika terutama berhitung sangat bermanfaat bagi perkembangan kognitifnya. Saat anak berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Menurut Wahyudi dan Damayanti (2005: 106-109) berikut ini adalah beberapa hal yang mungkin bisa memberikan pembelajaran matematika kepada anak:
a. Perspektif Islam, anak hams memahami kenyataan bahwa; hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah S.W.T; Allah S.W.T. telah memberikan kita 5 indera untuk mengamati dan belajar; Allah telah mengirimkan nabi-nabinya untuk mengajari kita.
b. Kosakata Matematika, anak dibantu untuk mendapatkan kosakata angka-angka dan jumlah melalui aktivitas yang terencana dan alami.
c. Mengerti bunyi dan urutan angka, anak akan mampu berhitung sampai angka 20 (dengan urutan yang baik dan benar); mampu memahami angka-angka yang mewakili suatu rangkaian benda;
mampu memahami angka-angka yang mewakili urutan suatu benda dalam rangkaian (contoh: bola 1, bola 2, bola 3, bola 4, dan seterusnya).
d. Memahami arti angka, anak akan mengembangkan pemahaman: arti angka-angka; menghubungkan benda dengan angka; satu persatu.
e. Mengenali simbol numerikal, anak akan mampu untuk mengembangkan obyek dengan urutan tertentu; konsep urutan angka yang berhubungan dengan persesuaian satu per satu antara obyek
dan angka; menguasai tugas pengenalan simbol yang mewakili angka, mampu mencocokkan kumpulan benda; menghubungkan nomor dengan angka di dalam suatu kumpulan.
f. Menyusun angka dan bilangan, akan: mengurutkan angka dengan dengan urutan yang baik (bukan hanya secara acak, sederhana, dan dengan kemampuan yang terbatas); mencoba menyusun obyek dengan urutan tertentu, seperti dari yang paling sedikit ke yang paling banyak, atau sebaliknya yang merupakan permulaan dari kemampuannya.
g. Penulisan bilangan dengan terarah, anak akan mampu: menempatkan angka pada posisi yang benar (tidak terbalik); mengerti perbedaan arah penulisan antara angka 9 dan angka 6 yang benar.
h. Ukuran dan urutan, anak akan mampu: membuat perbandingan antara 2 buah obyek atau lebih, menata obyek yang berbeda ukuran dari yang paling kecil ke yang paling besar; memahami bahwa ukuran itu relatif, menggunakan kosakata ukuran relatif; menggunakan kosakata ukuran relatif seperti lebih luas dari, lebih kecil dari, lebih besar dari, lebih tinggi dari, dan lain sebagainya.
i. Bentuk, anak akan: mengenali bentuk-bentuk dasar lingkaran, kotak, segitiga, persegi panjang, dan oval, membedakan bentuk-bentuk; mampu menggolongkan benda sesuai dengan ukuran dan bentuknya; mampu memberi pengertian tentang ruang, bentuk dan ukuran.
j. Bagian-bagian dan utuh, anak akan belajar bahwa suatu keutuhan terdiri atas bagian-bagian dan keutuhan.
4. Prinsip-Prinsip Berhitung di Taman Kanak-Kanak
Kemampuan numerik juga merupakan salah satu kemampuan yang dipelajari anak secara otomatis dalam periode masa kanak-kanak awal.
Menurut Flavel (Hildayani, 2005: 9.23-9.25) ada 5 prinsip dalam berhitung, yaitu:
a. The One-One Principle
Menurut prinsip ini, pada dasarnya menghitung harus diajarkan secara berurutan dan satu per satu. "satu, dua, tiga, dan seterusnya". Setiap angka harus disebutkan, tidak boleh ada yang dilewati dan tidak boleh diulang. Cara ini terbukti efektif untuk mengajar anak, bahkan yang baru berusia 2,5-3 tahun. R Gelman melaporkan bahwa anak akan secara otomatis memperbaiki hitungan, baik yang mereka maupun guru mereka lakukan, bila terdapat kesalahan.
b. The Stable-Order Principle
Apabila kita akan memperkenalkan konsep jumlah pada anak, prinsip the stable-order principle menekankan akan keteraturan. Misalnuya, kita akan menghitung 3 buah benda maka mulailah selalu dengan "satu, dua, tiga" dan bukan "tiga, dua, satu" atau "tiga, satu, dua". Dengan pembiasaan seperti ini, anak akan lebih mudah belajar. Bahkan berdasarkan penelitiannya, Gelman menemukan bahwa anak biasanya patuh pada prinsip ini. Saat ditanya jumlah, mereka akan selalu menghitung mulai dari satu dan urut ke angka selanjutnya walaupun kadang mereka melompat, seperti "satu, dua, enam". Hal ini terjadi karena anak belum hafal akan urutan angka yang benar