SKRIPSI KASUS TENTANG STRATEGI COPING STRESS PADA SINGLE PARENT

Wednesday, January 13, 2016
(0011-PSIKOLOGI) SKRIPSI KASUS TENTANG STRATEGI COPING STRESS PADA SINGLE PARENT

BAB II 
KAJIAN PUSTAKA

A. Teori-Teori 
1. Single parent
a) Definisi Single Parent
Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai keluarga dimana salah satu orang tuanya tidak ada lagi. Keadaan ini menimbulkan apa yang disebut dengan keluarga dengan single parent
Menurut Hurlock (1999: 199) orangtua tunggal (single parent) adalah orangtua yang telah menduda atau menjanda entah bapak atau ibu, mengasumsikan tanggung jawab untuk memelihara anak-anak setelah kematian pasangannya, perceraian atau kelahiran anak diluar nikah (Hurlock, 1999).
Hammer&Turner (1990: 190) menyatakan bahwa: "A single parent family consist of one parent with dependent children living in the same household" (Hamner&Turner, 1990).
Sementara itu, Sager, dkk (dalam Duvall&Miller, 1985) menyatakan bahwa orang single parent adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, dan tanggung jawab pasangannya. Sejalan dengan pendapat Sager, dkk, Perlmutter dan Hall (1985: 362) menyatakan bahwa single parent adalah: "Parents without partner who continue to raise their children" (Perlmutter & Hall, 1985).
Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga dengan single parent adalah keluarga yang hanya terdiri dari satu orang tua yang dimana mereka secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dengan anak-anaknya dalam satu rumah. b) Macam bentuk single parent
Orangtua yang disebut dengan single parent adalah orangtua tunggal (ayah atau ibu saja). Ada banyak penyebab yang mengakibatkan peran orangtua yang lengkap dalam sebuah rumah tangga menjadi tidak sempurnah. Hal ini bisa disebabkan banyak faktor, dalam penelitian Laksono di antaranya:
1. Jikalau pasangan hidup kita meninggal dunia, otomatis itu akan meninggalkan kita sebagai orang tua tunggal.
2. Jika pasangan hidup kita meninggalkan kita atau untuk waktu yangsementara namun dalam kurun yang panjang. Misalkan ada suami yang harus pergi ke pulau lain atau ke kota lain guna mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.
3. Yang lebih umum yakni akibat perceraian.
4. Orangtua angkat ( www.telaga. orangtua tunggal karena hamil di luar nikah, 2009). c) Problematika Orangtua Tunggal Kimmel (1980) dan Walsh (2003) menyatakan beberapa permasalahan yang sering timbul di dalam keluarga dengan orang tunggal baik wanita maupun pria yakni merasa kesepian, perasaan terjebak dengan tanggung jawab mengasuh anak dan mencari sumber pendapatan, kekurangan waktu untuk mengurus diri dan kehidupan seksualnya, kelelahan menanggung tanggung jawab untuk mendukung dan membesarkan anak sendirian, mengatasi hilangnya hubungan dengan partner special, memiliki jam kerja yang lebih panjang, lebih banyak masalah ekonomi yang muncul, menghadapi perubahan hidup yang lebih menekan, lebih rentan terkena depresi, kurangnya dukungan sosial dalam melakukan perannya sebagai orang tua, dan memiliki fisik yang rentan terhadap penyakit (Kimmel, 1980).
Sedangkan masalah khusus yang timbul pada keluarga dengan orang tua tunggal wanita adalah kesulitan mendapatkan pendapatan yang cukup, kesulitan mendapat pekerjaan yang layak, kesulitan membayar biaya untuk anak, kesulitan menutupi kebutuhan lainnya. Sementara pada keluarga dengan orang tua tunggal pria masalah khusus yang timbul hanya dalam hal memberikan perlindungan dan perhatian pada anak (Kimmel, 1980).
Pada kasus keluarga dengan orang tua tunggal yang terjadi karena perceraian, Duvall&Miller (1985) menyatakan bahwa baik bagi wanita maupun pria proses setelah terjadinya perceraian seperti orang yang baru mulai belajar berjalan dengan satu kaki, setelah kaki yang lainnya dipotong. Perceraian adalah proses amputasi pernikahan. Tidak peduli seberapa pentingnya perceraian tersebut, perceraian tetap saja menyakitkan (Duvall dkk, 1985).
2. Stres
a) Definisi stres
Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya stres, definisi stres oleh Selye (1991: 16) adalah respon non spesifik dari badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasnya. Reaksi pertama pada tiap jenis stres adalah kecemasan yang diikuti oleh tahap perlawanan. Selye menekankan stres tidak hanya merupakan pembunuhan, tetapi juga merupakan kekuatan merusak yang drastis (Walter, 1991).
W.F. Maramis (1998: 65) menyatakan bahwa stres adalah masalah atau tuntutan penyesuaian diri karena sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita, bila kita tidak mengatasinya dengan baik akan mengganggu keseimbangan badan atau jiwa kita (Maramis, 1998).
Menurut Handoko (2001: 200) stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi fisik maupun psikis individu yang merupakan reaksi jiwa dan raga terhadap perubahan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan (Handoko, 2001).
Menurut Gray dan Smelzer (2003: 15) stres adalah munculnya reaksi psikologis yang membuat seseorang merasa tegang atau lemas sebab orang tersebut merasa tidak mampu mereda tuntutan atau keinginannya (Achdiat, 2003).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan psikologis, karena suatu keadaan yang tidak nyaman. Biasanya stress dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh atau tidak adanya keseimbangan tubuh pada saat tersebut, hingga memerlukan tenaga yang lebih untuk mengembalikan keseimbangan tersebut. b) Gejala-gejala Stres
Setiap orang pasti pernah merasakan stress, sebab stres sudah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Penyebabnya pun bisa bermacam-macam. Tak hanya masalah kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketidak harmoni san rumahtangga, masalah pekerjaan atau kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Bisa juga berasal dari kejadian-kejadian spesifik, yang menguntungkan maupun yang tidak. Perubahan hidup seperti pernikahan, pindah kerja atau kehilangan salahsatu anggota keluarga.
Berikut beberapa gejala-gejala fisik maupun psikis yang dapat dibagi sebagai berikut :
1) Gejala Fisik : merasa lelah, insomnia, nyeri kepala, otot kaku dan tegang (terutama leher/tengkuk, bahu, dan punggung bawah), berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, gangguan lambung dan pencernaan, mual, gemetar, tangan dan kaki merasa dingin, wajah terasa panas, berkeringat, sering flu, dan menstruasi terganggu.
Karena gejala fisik ini mungkin ada kaitannya dengan penyakit fisik, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan bahwa gejala fisik tersebut disebabkan oleh stres.
2) Gejala Mental : berkurangnya konsentrasi dan daya ingat, ragu- ragu, bingung, pikiran penuh atau kosong, kehilangan rasa humor.
3) Gejala Emosi : cemas (pada berbagai situasi), depresi, putus asa, mudah marah, ketakutan, frustrasi, tiba-tiba menangis, fobia, rendah diri, merasa tak berdaya, menarik diri dari pergaulan, dan menghindari kegiatan yang sebelumnya disenangi.
4) Gejala Perilaku : mondar-mandir, gelisah, menggigit kuku, menggerak-gerakkan anggota badan atau jari-jari, perubahan pola makan, merokok, minum minuman keras, menangis, berteriak, mengumpat, bahkan melempar barang atau memukul
c) Sumber stres
Penyebab stres kadangkala mudah untuk dideteksi, tetapi ada yang sulit untuk diketahui. Ada yang mudah untuk dihilangkan, ada yang sulit atau bahkan tidak bisa dihindari. Tiga sumber utama adalah :
1) Lingkungan
Selalu membuat kita harus memenuhi tuntutan dan tantangan, karenanya merupakan sumber stres yang potensial. Kita mengalami bencana alam, cuaca buruk, kemacetan lalu-lintas, dikejar waktu, masalah pekerjaan, rumah tangga, dan hubungan antar manusia. Juga kita dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi keuangan, pindah kerja, atau kehilangan orang yang kita cintai.
2) Tubuh
Tuntutan dari tubuh kita untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan faali yang terjadi. Contohnya: perubahan yang terjadi waktu remaja, perubahan fase kehidupan akibat fluktuasi hormon dan proses penuaan. Selain itu, datangnya penyakit, makanan yang tidak sehat, kurang tidur dan olah raga akan mempengaruhi respons terhadap stres.
3) Pikiran
Potensi stres utama juga datang dari pikiran kita yang terus-menerus menginterpretasikan isyarat-isyarat dari lingkungan. Interpretasi kita terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi menentukan apakah kita stres atau tidak. Apakah kita melihat gelas yang berisi air separuhnya sebagai setengah penuh atau setengah kosong; Pikiran-pikiran yang menyebabkan stres sering bersifat negatif, penuh kegagalan, hitam-putih, terlalu digeneralisasi, tidak berdasarkan fakta yang cukup, dan terlalu dianggap pribadi
Sumber stres yang dapat menjadi pemicu munculnya stres pada individu, yaitu:
1) Stressor atau frustrasi eksternal (frustrasi= kekecewaan yang mendalam)
Stressor eksternal: berasal dari luar diri seseorang, misalnya perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau sosial, tekanan dari pasangan.
2) Stressor atau frustrasi internal
Stressor internal: berasal dari dalam diri seseorang, misalnya demam, kondisi seperti kehamilan atau menopause atau kondisi emosi seperti rasa bersalah Satu hal yang perlu diingat bahwa stres tidak dapat dihindari karena setiap manusia pasti memiliki stres. Namun yang perlu di lakukan adalah mengkontrol stres tersebut hingga dapat menjadi optimal dan tidak merugikan kesehatan.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »