SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN KESEPIAN PADA REMAJA INDONESIA

Wednesday, January 13, 2016
(0002-PSIKOLOGI) SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN KESEPIAN PADA REMAJA INDONESIA

BAB 2 
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu pengertian keberfungsian keluarga, McMaster Model of Family Functioning beserta penjelasan tiap dimensi nya, teori tentang kesepian, teori remaja, dan dinamika hubungan antara keberfungsian keluarga dan kesepian pada remaja.

2.1. Definisi Keberfungsian Keluarga
Berbicara mengenai keberfungsian keluarga kemungkinan orang akan berpikir mengenai fungsi keluarga. Meskipun memakai kata yang sama dan saling berkaitan tetapi keberfungsian keluarga berbeda dengan fungsi keluarga. Para sosiologis di Amerika, menjabarkan tujuh fungsi keluarga di abad ke-20 ini (Smith & Preton dalam Schwab, Gray-Ice, & Prentice, 2002), yaitu: (1) memenuhi kebutuhan ekonomi, (2) reproduksi, (3) aktivitas seksual, (4) sosialisasi budaya kepada anak, (5) memberikan status, (6) menyediakan kebutuhan kasih sayang dan persahabatan, dan (7) pengasuhan anak. Sejalan dengan fungsi yang dijabarkan oleh para sosiologis, Epstein, Bishop, dan Levin (1978), menyatakan bahwa fungsi utama setiap unit keluarga adalah untuk memelihara dan mengembangkan anggota keluarga dalam hal sosial, psikologis dan biologis.
Jika fungsi keluarga menjelaskan tentang tujuan keluarga maka keberfungsian keluarga berfokus pada segala hal yang secara langsung maupun tidak langsung memenuhi fungsi-fungsi keluarga (Schwab, Gray-Ice, & Prentice, 2002). Menurut DeFrain, Asay, dan Olson (2009), keberfungsian keluarga mengacu pada peran yang dimainkan oleh anggota dalam keluarga serta sikap dan perilaku yang ditampilkan saat bersama anggota keluarga. Walsh (2003) menjelaskan keberfungsian keluarga sebagai interaksi keluarga dalam menjalankan tugas penting yaitu menjaga pertumbuhan dan kesejahteraan (well-being) dari masing-masing anggotanya dan dalam mempertahankan integrasinya. Sebagai tambahan, Epstein, Ryan, Bishop, Miller, & Keitner (2003) menjelaskan keberfungsian keluarga sebagai sejauh mana interaksi dalam keluarga memiliki dampak terhadap kesehatan fisik dan emosional anggota keluarga.
Dari beberapa literatur tentang keberfungsian keluarga yang telah peneliti baca, peneliti belum berhasil menemukan seorang ahli yang memberikan definisi keberfungsian keluarga secara eksplisit. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan mengenai keberfungsian keluarga dari beberapa tokoh di atas maka dalam penelitian ini, keberfungsian keluarga disimpulkan sebagai cara keluarga berinteraksi dan melakukan tugas-tugasnya dalam memenuhi fungsi keluarga dengan tetap memperhatikan kesejahteraan anggota dalam keluarga.

2.1.1 Pengukuran Keberfungsian Keluarga
Pengukuran keberfungsian keluarga sangat berkaitan erat dengan konstruksi - konstruksi yang membangunnya. Beberapa konstruk yang ada membentuk keberfungsian keluarga Oleh karena keberfungsian keluarga dalam perkembangannya terdiri dari berbagai macam konstruk yang berbeda-beda maka muncul berbagai macam model keberfungsian keluarga. Pada umumnya setiap model dilengkapi alat ukur yang sesuai untuk mengukur dimensi-dimensi dalam model dan mengetahui apakah sebuah keluarga dapat berfungsi efektif atau tidak (Noller & Fitzpatrick, 1993). Beberapa model keberfungsian keluarga yang banyak digunakan saat ini dan banyak dilakukan studi terhadapnya antara lain Circumplex Model of Family Functioning, Beaver's Systems Model of Family Functioning, dan McMaster Model of Family Functioning. Penelitian ini akan menggunakan McMaster Model of Family Functioning

2.1.2 McMaster Model of Family Functioning
McMaster Model of Family Functioning (MMFF) adalah salah satu model teori keberfungsian keluarga yang telah berkembang selama lebih dari 30 tahun dan telah diaplikasikan dalam setting klinis, penelitian dan pengajaran. Masalah-masalah yang ditemui dalam mengaplikasikan kemudian menjadi dasar untuk penyempurnaan dan pengembangan model lebih lanjut. MMFF dibuat berdasarkan asumsi dari teori sistem. Asumsi-asumsi dari teori sistem yang mendasari model ini antara lain:
1. Setiap bagian dalam keluarga saling berkaitan satu sama lain.
2. Satu bagian dari keluarga tidak dapat dimengerti sepenuhnya jika dipisahkan dari seluruh sistem.
3. keberfungsian keluarga tidak dapat benar-benar dimengerti hanya dengan memahami setiap bagian dalam keluarga.
4. Struktur dan organisasi dalam keluarga merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku anggota-anggota keluarga.
5. Pola transaksional dari system keluarga sangat berpengaruh membentuk perilaku anggota keluarga.
Menurut model ini, fungsi utama keluarga adalah untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis dan sosial anggota-anggota keluarga di dalamnya serta menyediakan kondisi yang memungkinkan untuk perkembangan (Epstein, Levin, & Bishop, 1976). Dalam memenuhi fungsi keluarga ini, Epstein, Ryan, Bishop, Miller, dan Keitner (2003) menjabarkan beberapa masalah atau tugas yang akan dihadapi oleh keluarga yaitu area tugas dasar, area tugas perkembangan, dan area masalah kondisi darurat.
Salah satu hal yang paling dasar dari ketiga hal di atas adalah tugas dasar yang berkaitan dengan kebutuhan jasmani anggota keluarga. Keluarga, misalnya harus memenuhi kebutuhan akan makanan, uang, transportasi dan tempat tinggal.
Keluarga juga berhubungan dengan tugas perkembangan di mana keluarga harus menghadapi perubahan karena perkembangan dari waktu ke waktu. Dalam level individu perkembangan mencakup tahap balita, anak-anak, remaja, dewasa dan dewasa akhir. Sementara dalam level keluarga hal tersebut misalnya awal pernikahan, kehamilan pertama, sampai anak terakhir meninggalkan rumah.
Hal yang terakhir adalah masalah kondisi darurat. Hal ini berhubungan dengan bagaimana keluarga menangani krisis yang terjadi akibat penyakit, kecelakaan, kehilangan pekerjaan, dan lainnya. Jika keluarga tidak dapat menghadapi tiga tugas di atas dengan baik maka kemungkinan akan muncul masalah klinis atau gangguan dalam satu atau lebih area keberfungsian keluarga.

2.1.3. Dimensi-dimensi McMaster Model of Family Functioning
Dalam MMFF ada enam dimensi yang dipakai untuk memahami bagaimana sebuah keluarga memenuhi kebutuhan anggotanya, struktur, organisasi dan pola transaksi dalam keluarga. Keenam dimensi tersebut antara lain problem solving (penyelesaian masalah), communication (komunikasi), roles (peran), affective responsiveness, affective involvement, dan behavioral control (kontrol perilaku).

2.1.3. 1. Problem Solving (Penyelesaian Masalah)
Definisi penyelesaian masalah keluarga mengacu pada kemampuan keluarga untuk menyelesaikan masalah hingga dapat mempertahankan keberfungsian keluarga yang efektif. Masalah keluarga diartikan sebagai segala isu yang mengganggu sehingga perlu dicari penyelesaiannya oleh keluarga serta keberadaannya dapat mengancam integritas dan kemampuan keluarga untuk berfungsi. Tidak semua isu yang muncul dianggap masalah karena dalam beberapa keluarga akan selalu ada isu yang belum terselesaikan tetapi tidak mengancam integritas dan kemampuan berfungsi dalam keluarga (Miller, Ryan, Keitner, Bishop, & Epstein, 2000).
Masalah dibagi menjadi dua yaitu masalah instrumental dan masalah afektif. Masalah instrumental berhubungan dengan hal teknis sehari-hari misalnya seperti pengaturan uang atau menentukan tempat tinggal. Sementara itu, masalah afektif berhubungan dengan perasaan dan pengalaman emosional (Miller, dkk., 2000). Keluarga yang tidak dapat menyelesaikan masalah instrumental dan afektif adalah keluarga yang paling tidak efektif. Mereka yang hanya kesulitan menyelesaikan masalah afektif adalah keluarga yang lebih efektif sementara keluarga yang dapat menyelesaikan kedua jenis masalah tersebut tergolong keluarga yang paling efektif (Epstein, Bishop, & Levin, 1978).
Dalam proses penyelesaian masalah ada 7 tahapan yang harus dilalui (Epstein, dkk., 1978):
1. Mengidentifikasi masalah
2. Mengkomunikasikan masalah pada sumber yang tepat baik di dalam maupun luar keluarga
3. Mengembangkan berbagai alternatif rencana tindakan
4. Memutuskan salah satu alternatif tindakan yang paling tepat
5. Melakukan tindakan
6. Mengawasi tindakan yang sudah dilakukan
7. Mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang sudah dilakukan
Menurut MMFF, keluarga yang dapat menyelesaikan masalah instrumental
dan afektif dengan baik serta paling banyak melalui tahapan-tahapan proses penyelesaian masalah di atas, tergolong dalam keluarga yang paling dapat berfungsi secara efektif. Sementara keluarga yang tidak dapat menyelesaikan kedua jenis masalah tersebut serta tidak mampu melalui tahapan penyelesaian masalah bahkan berhenti sebelum tahapan pertama (tidak dapat mengidentifikasikan masalah) adalah keluarga yang paling tidak dapat berfungsi secara efektif.

2.1.3.2. Communication (Komunikasi)
Komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran informasi verbal di dalam keluarga (Miller, dkk., 2000). Meskipun segala tingkah laku dapat dianggap sebagai bentuk komunikasi, hanya komunikasi verbal yang dipilih karena lebih dapat diukur secara sistematis dan akurat dibandingkan komunikasi non-verbal. Seperti dimensi penyelesaian masalah, komunikasi juga dibagi menjadi dua yaitu area instrumental dan afektif.
Sebagai tambahan ada dua aspek komunikasi yang juga diperhatikan mengenai cara berkomunikasi, yaitu apakah komunikasi jelas atau terselubung (isi pesan jelas atau terselubung) dan apakah komunikasi langsung atau tidak langsung (langsung ditujukan kepada orang yang dimaksud atau tidak).
Dari dua aspek itu terbentuklah empat gaya komunikasi: jelas-langsung, terselubung- langsung, jelas-tidak langsung, terselubung-tidak langsung. Semakin sering komunikasi terselubung dan tidak langsung dilakukan, semakin tidak efektif

Artikel Terkait

Previous
Next Post »