TESIS STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL DALAM MIHRAB CINTA DAN ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARANNYA

Monday, March 28, 2016
T-(0105) TESIS STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL DALAM MIHRAB CINTA DAN ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARANNYA


BAB II
STRUKTUR, NOVEL, NILAI PENDIDIKAN DAN MODEL PEMBELAJARAN


A. Teori Struktural
Penelitian yang berangkat dari "construct" suatu wacana akan memanfaatkan teori stmktur. Hal ini sejalan dengan pendapat Prodopo (1985:6) yang menyatakan satu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktur adalah adanya anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya yang saling berjalinan.
Oleh karena itu, menurut Beardsly (Teeuw, 1983:60) untuk memahami makna karya sastra, karya sastra harus dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari niat penulis dan lepas dari efeknya pada pembaca. Jadi yang penting hanya "close reading" pembacaan secara mikroskopi dari karya sebagai ciptaan bahasa (Teeuw, 1988:134). Demikian pula Hawks, yang mengemukakan bahwa strukturalisme adalah cara berpikir tentang dunia yang dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi struktur. Strauss (Teeuw, 1988:140-141) struktur merupakan sebuah sistem, yang terdiri atas sejumlah anasir, yang diantaranya tidak satupun mengalami perubahan tanpa menghasilkan perubahan dalam sebuah anasir lain
Berbicara masalah struktur, Peaget melalui Teeuw (Jabrohim, 2003:55) menjelaskan bahwa di dalam pengertian struktur terkandung tiga gagasan pokok.
Pertama, gagasan keselumhan (wholness) dalam arti bagian-bagian atau anasirnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keselumhan stmktur maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan transformasi (transformation), yaitu stmktur itu menyanggupi prosedur transformasi yang terns menems memungkinkan pembentukan bahan-bahan bam. Ketiga gagasan mandiri (self regulation) yaitu tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan prosedur tansformasinya; stmktur itu otonom terhadap kedudukan sistem lain atau terhadap kedudukan sistem lain atau terhadap tiga gagasan itu, secara eksplisit Peaget melalui Veuger (Jabrohim, 2003:55) mengatakan bahwa stmktur adalah suatu sistem transformasi yang bercirikan keselumhan; dan keselumhan itu dikuasai oleh hukum-hukum (rule of composition) tertentu dan mempertahankan atau bahkan memperkaya dirinya sendiri karena cara yang dijalankan transformasi-transformasi itu tidak memasukkan ke dalamnya unsur-unsur dari luar. Jadi memahami karya sastra stmkturalisme berarti memahami unsur-unsur atau anasir yang membangun stmktur.
Analisis stmktur bertujuan membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna meyelumh (Teeuw, 1988:135). Masih menumt Teeuw, bagaimanapun juga analisis stmktur mempakan tugas prioritas bagi seorang peneliti sastra sebelum ia melangkah kepada hal-hal lain. Sedangkan Dresden melalui Teeuw (Jabrohim, 2003:55-56) beranggapan bahwa pada dasarnya karya sastra mempakan "dunia dalam kata" yang mempunyai makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya sastra itu sendiri. Jadi untuk memahami karya sastra secara optimal, pemahaman terhadap struktur adalah suatu tahap yang sulit dihindari, atau secara lebih ekstrem, hal itu harus dilakukan (Jabrohim, 2003:56). Pemahaman sturktur yang dimaksudkan itu adalah pemahaman analisis unsur atau anasir pembangun keutuhan karya sastra.
Karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, menurut Pradopo (2009:188-119) kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan, dan saling bergantung.
Strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2002:36). Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2002:37). Dalam strukturalisme konsep fungsi memegang peranan penting, artinya, unsur-unsur sebagai ciri khas teori tersebut dapat berperanan secara maksimal semata-mata dengan adanya fungsi, yaitu dalam rangka menunjukan antarhubungan unsur-unsur yang terlibat (Ratna, 2008:76). Masih menurut Ratna (2010:74) paradigma strukturalisme membatasi analisis dan pemahaman terhadap karya sastra semata-mata pada tataran instrinsik. Hal senada dikemukakan oleh Aminuddin (2009:52), strukturalisme sebagai aliran sastra yang tumbuh kemudian, hadir dengan menunujukan adanya berbagai keragaman meskipun prinsip dasarnya sama, yakni "sastra merupakan stmktur verbal yang bersifat otonom dan dapat dipisahkan dari unsur-unsur lain yang menyertainya".
Strukturalisme, dengan menolak relevansi penulis, pada gilirannya secara keseluruhan memusatkan pehatiannya pada kekayaan unsur-unsur karya, yang pada umumnya disebut sebagai unsur-unsur instrinsik. Cara pemahaman yang dianjurkan adalah model microskopis, pusat perhatian yang semata-mata didasarkan atas unsur-unsur yang terkandung didalamnya (Ratna, 2008:77). Begitu pula menurut Abrams (Esten, tt:30), karya sastra dianggap sesuatu yang mandiri terlepas dari semua acuan ekstern, dan penilaian didasarkan pada kriteria intrinsik sesuai dengan eksistensi karya itu sendiri, berdasarkan hubungan bagian-bagiannya secara intern.
Pada intinya, strukturalisme berpendapat bahwa karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang unsur-unsurnya atau bagian-bagiannya saling berjalinan secara erat. Hawkes (Jabrohim, 2003:93) mengatakan dalam struktur itu unsur-unsur tidak memiliki atau tidak mempunyai makna dengan sendirinya, maknanya ditentukan oleh saling hubungannya dengan unsur-unsur lainnya dan keseluruhan atau totalitasnya, unsur-unsur karya sastra itu hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra. Hal senada diungkapkan Culler (Jabrohim, 2003:93), antara unsur karya sastra itu ada koherensi atau pertautan erat; unsur-unsur itu tidak otonom, tetapi merupakan bagian dari situasi yang rumit, dari hubungannya dengan bagian lain unsur-unsur itu mendapatkan maknanya. Dan analisis struktural sulit dihindari sebab analisis demikian itu bam memungkinkan tercapainya pemahaman yang optimal (Teeuw, 1983:61).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa strukturalisme merupakan cara menganalisis karya sastra yang menitikberatkan pada karya sastra itu sendiri lepas dari unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, seperti latar belakang sosial pengarang, respons pembaca, dan unsur-unsur ekstrinsik lainnya. B. Novel 1. Pengertian Novel
Istilah novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman Novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelete (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2002:9).
Istilah novel itu ada yang mempersamakan dan ada yang membedakannya dengan istilah roman. Menurut Sumardjo dan Saini K.M (1991:29) istilah novel sama dengan istilah roman. Kata novel berasal dari bahasa Italia yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika Serikat. Sedang istilah roman berasal dari genre romance dari Abad Pertengahan yang merupakan cerita panjang tentang kepahlawanan dan percintaan. Istilah romance berkembang di Jerman, Belanda, Francis, dan bagian-bagian Eropa Daratan yang lain. Perbedaan antara roman dan novel, yakni bahwa bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran luasnya unsur cerita hampir sama (Sumardjo dan Saini K.M, 1991:29). Kedua istilah itu (novel dan roman) ada di dalam kesusastraan Indonesia. Demikian juga dijumpai di dalam berbagai kesusastraan Erofa. Abrams (Purba, 2010:63) di dalam sastra Jerman misalnya ada istilah bildungroman dan erziehungroman yang masing-masing berarti novel of information, dan novel of education.
Sebagai bentuk sastra, novel (bahasa Jerman) adalah sebuah bentuk Dichtung; dan dalam bentuknya yang paling sempurna, novel merupakan epik modern (Wellek dan Warren, 1995:276). Ada juga yang beranggapan bahwa novel dianggap sebagai dokumen atau kasus sejarah, sebagai pengakuan (karena ditulis dengan sangat meyakinkan), sebagai sebuah cerita kejadian sebenarnya, sebagai sejarah hidup seseorang dan zamannya.
Dalam bahasa Inggris dua ragam fiksi naratif yang utama disebut romance (romansa) dan novel. Novel bersifat realistik, sedangkan roman bersifat puitik dan epik. Hal itu menunjukan bahwa keduanya berasal dari sumber yang berbeda. Novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, misalnya surat, jurnal, biografi, kronik, dan sejarah. Novel berkembang dari dokumen-dokumen, dan secara stilistika, novel menekankan pentingnya detail dan bersifat mimesis dalam arti yang sempit. Novel mengacu kepada realitas yang lebih tinggi dan psikologi yang lebih mendalam. Roman merupakan kelanjutan dari epik (Wellek dan Warren, 1995:282-283).
Ada juga yang mengatakan bahwa kata novel berasal dari kata Latin, yaitu noveltus yang diturunkan dari kata novies yang berarti baru. Senada dengan itu Tarigan (Purba, 2010:62), dikatakan baru (novel) karena kalau dibandingkan dengan jenis sastra lainnya seperti puisi dan drama. Abrams (Purba, 2010:62) mengatakan novel (novella) diartikan sebuah barang baru yang kecil, kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Sedangkan menurut ESI (2004:546), novel berasal dari bahasa Inggris novel dan Prancis roman. Prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Cerita rekaan yang melukiskan puncak-puncak peristiwa kehidupan seseorang, mengenai kejadian-kejadian luar biasa dalam kehidupannya, secara melompat-lompat, dan berpindah-pindah.
Sedangkan menurut The American College Dictyonary (Purba, 2010:62), novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dengan panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang refresentatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. The Advanced Learner's Dictionary of Current English (Purba, 2010:62), novel adalah suatu cerita dengan suatu alur, cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menganggap kehidupan pria dan wanita bersifat imajinatif.
Reeve (Wellek dan Warren, 1995:282) mengatakan, novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis. Wolf (Purba, 2010:63), roman atau novel adalah sebuah eksplorasi atau suatu kronik kehidupan, merenungkan dan melukiskannya dalam bentuk tertentu yang juga meliputi pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran, atau tercapainya gerak-gerik manusia. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sedangkan menurut Abrams (Nurgiyantoro, 2002:4) fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam hal ini adalah novel dan cerpen, bahkan kemudian fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel.
Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja, juga bersifat imajinatif (Nurgiyantoro, 2002:4). Jassin (Nurgiyantoro, 2002:16), mengatakan bahwa novel merupakan suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada disekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang, dan lebih mengenai sesuatu episode.
Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus (Nurgiyantoro, 1995: 9). Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia berdasar sudut pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, yang diolah dengan teknik kisahan dan ragaan (Zaidan, 1996: 136). Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Purwadarminta, 1995:694).
Novel merupakan bentuk prosa rekaan yang lebih pendek daripada roman. Biasanya novel menceritakan peristiwa pada masa tertentu. Bahasa yang digunakan lebih mirip bahasa sehari-hari (Siswanto, 2008:141). Novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula (Sumardjo & Saini, 1991:29).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1995:694) Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik.
Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sedangkan menurut Sudjiman (Purba, 2010:63), novel adalah prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Nurgiyanoro (2002:11), novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.
Dari beberapa pendapat di atas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema

Artikel Terkait

Previous
Next Post »