TESIS PENGARUH TINGKAT MOTIVASI, PENDIDIKAN DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI

Tuesday, February 16, 2016
T-(0020) TESIS PENGARUH TINGKAT MOTIVASI, PENDIDIKAN DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI

BAB II
LANDASAN TEORI 

A. Tinjauan Pustaka
1. Kerangka Teori Dasar 
a. Motivasi
Motivasi dari kata dasar motiv, adalah perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang, setiap motiv mempunyai tujuan tertentu. Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan.
Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Dessler (1997:5) mengemukakan, motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang terdorong oleh keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Nawawi (1998:56) motivasi berarti dorongan sebab atau alasan seseorang untuk melakukan sesuatu, sehingga motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan/kegiatan yang berlangsung secara sadar. Motivasi dapat juga diartikan sebagai keinginan yang terdapat pada seseorang atau individu yang melakukan aktivitas guna melakukan suatu tindakan.
Triguna (1996:67) menje* * bahwa motivasi merupakan komponen penting dalam meraih keberhasilan suatu proses kerja, karena memuat unsur pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan sendiri maupun kelompok. Motivasi dapat menciptakan suatu fungsi dari suatu organisasi melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara individual maupun secara kelompok, dalam hal ini tidak diperhitungkan apakah aktivitas itu dilakukan untuk memenuhi tujuan dari suatu organisasi atau menjalankan rencana kerja dari organisasi tersebut.
Nimran (1997) menyebutkan beberapa karakteristik pokok dalam motivasi adalah usaha, kemampuan yang kuat dan arah/tujuan, pada saat ini untuk memperbaiki mutu pekerjaan dilakukan dengan cara meningkatkan motivasi bekerja bagi para pekerja. Menurut Frederick Herzberg dalam Nurlistiawati (2003 ), ada 5 faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja yaitu;
keberhasilan,
pengakuan akan prestasi,
pekerjaan itu sendiri,
tanggung jawab,
kemajuannya.
Dalam ungkapan Maslow dalam Nurlistiawati (2003 ), orang bekerja untuk memperoleh uang yang dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan psikologis dan keamanan mereka; makanan, pakaian, tempat tinggal, perlindungan, pendidikan, dan pada umumnya diberikan untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Menurut Maslow, mereka juga bekerja :
1. Untuk memperoleh kasih saying dari teman-teman dan mencintai seseorang serta untuk memperoleh rasa akan kebersamaan dan kepemilikan yang didapat dari menyelesaikan tugas-tugas bersama orang lain.
2. Untuk memelihara dan mendukung penghargaan kepada diri mereka, untuk menambah kesadaran bahwa kegiatan-kegiatan mereka bermanfaat bagi mereka dan bahwa melaksanakan kegiatan-kegiatan itu dengan baik.
3. Karena bekerja adalah bagian penting, tidak hanya bagi kehidupan mereka, tetapi juga bagi masa depan mereka; suatu elemen penting dalam aktualisasi diri; pencarian untuk menjadi
apa yang kita mampu.
Dalam istilah Herzberg dalam Nurlistiawati (2003 ), orang bekerja : Untuk berhasil.
Untuk memperoleh pengakuan atas prestasi mereka. Untuk menikmati pekerjaan itu sendiri. Untuk merasa bertanggungjawab terhadap tindakan-tindakan
mereka.
Untuk meningkatkan pengaruh dan gaya hidup. Untuk menghindari ketidakpuasan dan kehilangan.
Mc. Clelland dalam Nurlistiawati (2003 ), bekerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan akan keberhasilan, kebersamaan, dan kekuasaan.
Ketiga teori ini, semua menunjukkan bahwa jika kebutuhan-kebutuhan
psikologis dan keamanan terpenuhi, maka motiv kita untuk bekerja dipusatkan pada pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi yang berhubungan dengan kepercayaan diri, nilai diri, dan aktualisasi diri.
Douglas Mc. Gregor, dalam Nurlistyawati (2003) menggabungkan tiga teori yakni teori Frederick Herzberg, teori maslow, dan teori Mc. Clelland dengan menyebut teorinya sebagai teori X dan Teori Y. Serangkaian asumsi tentang sifat manusia dalam teori X adalah bahwa, agar pekerjaan diselesaiakan, orang perlu dibujuk, diberi imbalan, diberi hukuman, diawasi, dan dipimpin oleh arang lain. Dasar dari asumsi itu adalah kepercayaan bahwa manusia pada dasarnya malas dan mementingkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, tidak menyukai tanggungjawab, lebih memilih untuk dipimpin, menentang perubahan, dan tidak terlalu cerdas.
Perilaku manager secara individual yang sesuai dengan asumsi dan kepercayaan ini adalah untuk mengatur, memimpin, memantau, dan mengawasi kegiatan bawahannya agar sesuai antara perilaku mereka dengan kebutuhan organisasi. Perilaku organisasi yang sesuai dengan asumsi teori X memfokuskan pada usaha-usaha untuk memuaskan kebutuhan psikologis dan keamanan para pekerja. Mereka memberikan upah/gaji yang sesuai dan menawarkan sejumlah keuntungan tambahan, pekerjaan yang aman, dan kondisi kerja yang baik.
Menurut Maslow dalam Nurlistyawati (2003) , kebutuhan yang terpenuhi tidak lagi menjadi motivator. Orang ingin lebih banyak nganggur karena bekerja adalah kesempatan untuk memenuhi kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi. Organisasi yang memusatkan sumberdaya managerial dan finansialnya pada pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah, mungkin menghalangi anggota mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka yang tingkatnya lebih tinggi dengan cukup. Mengutip pendapat Mc Gregor , bahwa " Man lives by bread alone when there is no bread " yaitu manusia hidup hanya dengan roti jika tak ada roti. Ketika oarang dalam organisasi dihalangi kesempatannya untuk tumbuh dan berkembang, maka manager anda menerima kepasifan, penentangan terhadap perubahan, dan tuntutan untuk uang yang lebih banyak.
Mc. Gregor dalam Nurlistyawati (2003), mengusulkan rangkaian asumsi baru tentang sifat-sifat manusia dan menyebutnya Teori Y. teori ini menganggap bahwa "Motivasi, kemampuan untuk berkembang, kapasitas untuk mengambil alih tanggungjawab, dan kerelaan untuk mengarahkan perilaku mereka kepada tujuan-tujuan organisasi tersedia dalam semua orang. Dasar dari rangkaian asumsi ini adalah keyakinan bahwa manusia tidak malas dan pasif, mereka menjadi demikian hanya jika pekerjaan mereka mengkalangi mereka memperoleh kesempatan mencapai tujuan-tujuan social, ego, dan kepuasan diri.
Perilaku manager yang sesuai dengan asumsi ini memberikan kepada pekerjanya kondisi kerja yang mendorong mereka mengarahkan usaha mereka sendiri menuju kebutuhan-kebutuhan organisasi. Perilaku organisasi yang sesuai dengan teori Y meliputi " menciptakan kesempatan, menggali potensi, menghilangkan rintangan, mendorong pertumbuhan, dan menyediakan pedoman". Mc. Gregor menunjukkan bahwa teori Y adalah sebuah cara berfikir tentang bagaimana memperoleh hasil dengan cara mendapatkan yang terbaik dari dalam diri manusia yaitu dengan membuka potensi di dalam diri mereka.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Terry (1986:54) dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penting yang mempengaruhi motivasi adalah sebagai berikut :
1). Kebutuhan-kebutuhan pribadi;
2). Tujuan dan persepsi orang atau kelompok yang bersangkutan;
3). Bagaimana cara mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, agar dapat direalisasikan.
Pendekatan terhadap motivasi yang menjelaskan perilaku dalam kaitannya dengan pemuasan hirarkhi kebutuhan dapat dirumuskan bahwa; manusia mempunyai kebutuhan yang terbatas, kebutuhan yang paling mendasar ditempatkan pada urutan pertama dalam hirarkhi kebutuhan. Kebutuhan pertama adalah kebutuhan fisiologis, kemudian diikuti kebutuhan akan keselamatan dan keamanan, kebutuhan akan milik dan kecintaan, kebutuhan harga diri, dan akhirnya kebutuhan akan kenyataan diri (Maslow, dalam Handoko, 1999).

Artikel Terkait

Previous
Next Post »