PTK- PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA SISWA MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN

Tuesday, February 23, 2016
PTK-(0018) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PUISI DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA SISWA MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN


BAB II 
LANDASAN TEORI


2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian pertama yang relevan dilakukan oleh Nyami (2006) berjudul Peningkatan Kemampuan Apresiasi Puisi dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD) pada siswa kelas VI SD Negeri 02 Soco, Slogohimo, Wonogiri (penelitian tindakan kelas). Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan intensitas proses pembelajaran puisi dengan menerapkan metode STAD, (2) meningkatkan kemampuan apresiasi puisi dengan menerapkan metode STAD, pada siswa kelas VI SD Negeri 02 Soco, Slogohimo, Wonogiri. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas VI SD Negeri 02 Soco, Slogohimo, Wonogiri. Objek penelitian adalah penggunaan metode STAD dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan apresiasi puisi pada siswa. Sumber data meliputi: (1) informan, (2) tempat dan peristiwa, (3) angket, (4) tes/pemberian tugas.
Teknik analisis data dengan teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode STAD dapat: (1) meningkatkan intensitas proses pembelajaran puisi, (2) meningkatkan kemampuan apresiasi puisi siswa kelas VI SD Negeri 02 Soco, Slogohimo, Wonogiri. Hal ini dapat diketahui dari hasil pretes maupun postes yang dilakukan selama tiga kali siklus. Pada pratindakan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (70) 5 siswa (17%) dengan nilai rata-rata sebesar 60,12. Pada siklus I yang memperoleh nilai di atas KKM meningkat menjadi 10 siswa (35,71%), kenaikan sebesar 17,85%, sedang nilai rata-rata kelas sebesar 67,85 juga belum mencapai KKM. Pada siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 70,82 dan ketuntasan klasikal belum mencapai 75%. Sehingga pembelajaran apresiasi puisi dilanjutkan pada siklus III. Setelah dilakukan uji kompetensi siklus III siswa yang dapat mencapai KKM sebanyak 26 siswa atau (92,85%) dengan nilai rata-rata kelas menjadi 75,39. Pada siklus III pencapaian ketuntasan klasikal sudah lebih dari 75% dan nilai kemampuan 70,00. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran apresiasi puisi dengan menerapkan metode STAD dapat meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi.
Penelitian lain yang relevan disusun oleh Suprapti (2009). Ia melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Penggunaan Metode Role Playing: Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII B MTs Negeri Kebumen 2, Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) intensitas pembelajaran berbicara kelas VIII B MTs Negeri Kebumen 2, dan (2) kemampuan berbicara siswa kelas VIII B MTs Negeri Kebumen 2.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII B MTs Negeri Kebumen 2 dari bulan Agustus sampai dengan Desember 2009. Penelitian tindakan kelas ini melalui tiga siklus, dan setiap siklus dua kali pertemuan. Tiap siklus meliputi empat tahapan: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan tes. Teknik analisis data menggunakan teknik drskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B MTs Negeri Kebumen 2 dan guru bahasa Indonesia.
Hasil penelitian tindakan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Adanya peningkatan intensitas pembelajaran berbicara siswa kelas VIII B MTs Negeri Kebumen dengan menggunakan metode role playing. Hal ini dapat terlihat peningkatan keaktifan siswa dari 40%, 70%, menjadi 87,5% pada siklus III. 2) Dengan menggunakan metode role playing dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa, baik peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa maupun reratanya. Peningkatan jumlah ketuntasan belajar dari 27,5% sebelum tindakan menjadi 40% pada silkus I, siklud II naik menjadi 60%., dan siklus III meningkat menjagi 85%. Nilai rata-rata meningkat dari sebelum dilaksanakan 55,1 menjadi 65,6 pada siklus I, siklus II menjadi 73.6, dan siklus III meningkat menjadi 79,3. Peningkatan nilai tersebut telah memenuhi batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70. Untuk itu guru diharapkan dapat menggunakan metode role playing agar dapat melatih siswa dengan baik, sehingga pembelajaran role playing dapat berjalan efektif.
Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain mengenai peningkatan kemampuan apresiasi puisi dengan metode student team achievement division (STAD) dan pengembangan metode kooperatif dengan teknik bermain peran terhadap pembelajaran apresiasi puisi relevan untuk digunakan oleh peneliti. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lainnya.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Kemampuan Mengapresiasi Puisi
Apresiasi puisi adalah sikap jiwa memperlakukan sajak sesuai kadar seni dan kandungan isinya. Kemampuan mengapresiasi puisi terwujud dalam berbagai bentuk, antara lain kegemaran membaca sajak dan keterampilan mendeklamasikan sajak itu. Kemampuan apresiasi puisi dapat perupa keterampilan menulis seni tentang pusi., kemampuan menemukan dan merumuskan makna sajak itu dalam bentuk tulisa yang dapat dibaca dan dipahami orang lain (Waluyo, 1987:6). a. Unsur-unsur Puisi
Berikut ini merupakan beberapa pendapat mengenai unsur-unsur puisi. 1) Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
2) Dick Hartoko (dalam Waluyo, 1987:27) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi. 3) Altenberg dan Lewis (dalam Waluyo, 1987:26), meskipun tidak menyatakan secara jelas tentang unsur-unsur puisi, buku mereka bisa dilihat diksi, imajeri, bahasa kiasan, simbol, bunyi, ritme, dan bentuk.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi meliputi tema, nada, rasa, amanat, diksi, imaji, bahasa figuratif, kata konkret, ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut Richards dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajeri, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima).
b. Struktur Fisik Puisi
Adapun struktur fisik puisi dijelaskan sebagai berikut.
1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69) menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami sembilan aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal, penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register (ragam bahasa tertentu oleh kelompok/profesi tertentu), penyimpangan historis (penggunaan kata-kata kuno), dan penyimpangan grafologis (penggunaan kapital hingga titik).
3) Imaji (citraan), yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »