Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, menulis sering diteliti dengan berbagai sudut pandang masalah dan tujuan yang berbeda-beda. Keterampilan menulis berkaitan pula dengan variasi teknik pembelajaran dan kesusasteraan dalam pembelajaran. Berikut adalah hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Maryudani (2010) melakukan penelitian yang berjudul "Peningkatan Prestasi Belajar dalam Mata Pelajaran IPS dengan Teknik Mind Mapping Siswa kelas V SDK Kintelan 1 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010". Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, siswa mengalami kesulitan dalam menghapal materi karena scoope yang terlalu luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai penggunaan teknik mind mapping agar pembelajaran dapat efisien dan efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar dari 21 siswa SDK Kintelan 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 idealnya mendapatkan nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sekolah, yaitu 60,00. Berdasarkan data yang ada, 81% siswa belum mampu menguasai mated tersebut. 18 siswa mendapatkan hasil yang kurang memenuhi KKM. Dari tes tersebut, nilai rata-rata yang diperoleh 21 siswa adalah 50,42. Hasil penelitian Maryudani dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan teknik mind mapping menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Kintelan 1 dengan nilai rata-rata dapat mencapai 80,00 dengan KKM 6,1.
Pamungkas (2010) melakukan penelitian yang berjudul "Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Puisi dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Berbicara Siswa Kelas X-2, Semester 2, Tahun Ajaran 2009/2010 SMA Negeri 6
Penelitian ini mengkaji peningkatan kemampuan mengapresiasi puisi dan keaktifan
siswa kelas 2 SMA Negeri 6 Yogyakarta, semester 2 tahun ajaran 2009/2010. Hasil
penelitian ini jukkan bahwa dengan menggunakan metode permainan dengan
teknik bermain peran pada pembelajaran berbicara, hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada masing-masing siklus. Persentase ketuntasan siswa 90,9%. Keaktifan siswa juga mengalami peningkatan pada masing-masing siklus. Persentase ketuntasan siswa pada kondisi awal sebesar 0%, siklus I sebesar 82,15%, dan di siklus II sebesar 90,9%. Keaktifan siswa juga mengalami peningkatan. Pada kondisi awal sebesar 29,41%, siklus I sebesar 67,85% siswa yang aktif, dan meningkat menjadi 84,84% di siklus II.
Shofia Hattarina (2008) juga menemukan teknik peta pikiran sebagai inovasi dalam pembelajaran dalam tulisannya yang berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Mind Map (Peta Pikiran) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah XI IPS SMAN I Talun ". Hasil penelitian ini merujuk pada saran bahwa teknik peta pikiran ini dapat dijadikan sebagai salah satu teknik yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa.
Partinem, S. Pd. (2009) dalam tulisannya yang berjudul " Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Teknik Gali Kunci Siswa Kelas X Program
baru dalam pembelajaran menulis puisi melalui teknik gali kunci. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa teknik Gali Kunci dapat secara efektif meningkatkan apresiasi puisi siswa kelas X akselerasi SMA 1 Purworejo tahun 2008/2009. Hasil ini dapat diperoleh oleh peneliti melalui serangkaian kegiatan tes dan observasi selama proses pembelajaran. Teknik Gali Kunci dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif teknik dan variasi dalam pengajaran puisi.
B. Kajian Pustaka
1. Keterampilan Menulis
Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya) dengan tulisan (KBBI Edisi Keempat, 2008:1497). Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang produktif. Menulis bukan berarti sekadar menulis. Kegiatan ini memerlukan penuangan ide dan gagasan kreatif dalam suatu tulisan. Modal utama dalam menulis adalah ide, gagasan, rasi. Oleh karena itu, langkah awal dalam menulis adalah menyiapkan ide sebagai bahan membuat tulisan. Tahap kreatif universal dalam menulis menurut Sutardi (2012:15) yaitu
a. Tahap pencarian ide dan pengendapan.
Tahap ini berkaitan dengan kepekaan terhadap peristiwa dan fenomena alam sekitar. Pahami peristiwa yang terjadi, dan tuliskan pada selembar kertas. Inspirasi yang didapat dalam kepekaan rasa terhadap suatu peristiwa atau hal yang membuat gejolak untuk menuliskannya. Setelah mendapatkan momen estetik sebagai sumber inspirasi untuk dijadikan sebagai bahan tulisan, sumber inspirasi itu diendapkan dan dikreasikan dalam pikiran dan perasaan. Proses pengendapan itu biasanya dilakukan dengan perenungan atau kontemplasi, yang bisa saja ditambahkan dengan menulis hal penting lain yang akan diceritakan. Proses pengendapan pengalaman ini biasanya dilakukan dengan merenung, kontemplasi, atau membuat coretan dalam kertas.
1) Tahap penulisan.
Jika ide dan kemungkinan-kemungkinan dramatisasi peristiwa atau logika cerita atau puisi sudah dikuasai, maka segera tuliskan. Tuliskan! Bangun suatu keyakinan bahwa setiap ada ide maka harus jadi. Jangan pikir baik dan buruknya dulu. Harus jadi adalah harga mati dengan usaha yang sungguh-sungguh. Apabila terjadi kebuntuan, maka tinggalkan. Refresing sejenak dengan melakukan hal-hal yang memunculkan semangat. Jika kebuntuan itu sudah reda, maka cari waktu yang tepat untuk menyelesaikan tulisan yang telah kita buat.
2) Tahap editing dan revisi.
Editing adalah pemeriksaan kembali karya yang baru ditulis dari aspek kebahasaannya, baik kesalahan kata, frasa, tanda baca, penulisan, sampai ke kalimat- kalimatnya; sedangkan revisi adalah pemeriksaan kembali karya yang baru ditulis dari aspek isi atau logika cerita. Proses editing dan revisi ini berlangsung secara simultan atau bersamaan, dan keduanya dilakukan dalam dua tahap. Pertama, setelah cukup istirahat, baca kembali tulisan yang sudah jadi, dan lakukan editing dan revisi. Baca dengan cermat dan lakukan perbaikan-perbaikan aspek kebahasaan (editing), isi, dan logika cerita (revisi). Proses ini membutuhkan totalitas pikiran dan perasaan yang tenang dan cermat.
2. Hakikat Puisi dan Karakteristik Puisi a. Konsep Puisi
Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dikaji dari beragam aspek. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, bahwa puisi adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Puisi dapat pula dikaji dari sudut kesejarahannya, dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang. Puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan sepanjang zaman. Hal ini dapat terjadi mengingat pada hakikatnya puisi adalah sebuah karya seni yang di dalamnya selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuan serta inovasi (Teeuw, 1980:12 dalam Pradopo, 1990:3). Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya (Riffaterre, 1978:1 dalam Pradopo, 1990:3).
Definisi puisi cukup banyak, salah satu pendapat yang cukup mudah dipahami adalah Waluyo (1995:25) yang mendefinisikan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan emua kekuatan bahasa dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.
Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, serta penyusunan larik dan bait; gubahan dari bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat ehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus (KBBI edisi Keempat, 2008:1112). Meskipun demikian, orang secara awam tidak dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, memiliki arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Puisi memang tidak dapat didefinisikan secara jelas dalam tataran pengertiannya, namun setiap orang dapat memandang dan mendimensikan puisi dengan sudut pandang tertentu misalnya dipandang dari segi estetiknya. Puisi dipandang sebagai suatu karya seni. Puisi sebagai karya seni itu puitis. Kata puitis sudah mengandung nilai keindahan yang khusus untuk puisi. Aspek yang khas dari puisi adalah ketika unsur dalam puisi dapat membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas, secara umum bila hal itu menimbulkan keharuan. Hal-hal khusus seperti itulah yang disebut puitis.
Puisi sebagai sebuah karya sastra perlu dikaji secara khusus terutama dalam proses pembelajaran. Siswa sebagai aktor utama dalam pembelajaran tentu saja dapat memahami pembelajaran tersebut secara lebih baik tidak serta merta melalui kegiatan ceramah saja, namun dapat melalui metode dan teknik-teknik pembelajaran khusus yang dimotivatori oleh para guru. Itulah mengapa variasi teknik dalam pembelajaran sangat penting sebagai stimulus dan motivator siswa dalam proses pembelajaran karya sastra, dalam hal ini adalah puisi.
b. Karakteristik Puisi
Pemahaman awal tentang karakteristik puisi diungkapkan dalam oleh Sutardi (2012:26-38), meliputi:
1) Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Media pengungkapan puisi sebagai pengalaman estetis adalah dengan kata-kata. Kreativitas menulis puisi adalah kreativitas memilih diksi, karena kekuatan puisi terletak pada kata-katanya, bagaimana kata-kata yang singkat, pendek, dan sederhana, tetapi bisa menggambarkan pengalaman, perasaan, imajinasi, dan keindahan yang banyak. Oleh karena itu, diksi dalam puisi harus nsentrat mungkin, yaitu padat dan selalu menimbulkan makna lebih. Dalam hal penggunaan diksi ini, ada dua jenis puisi yang bisa diidentifikasi, yaitu (a) puisi diafan, yaitu puisi-puisi yang diksi-diksinya menggunakan bahasa sehari-hari, namun tetap memiliki makna yang mendalam; (b) puisi prismatis, yaitu puisi-puisi yang menggunakan diksidiksi metaforis yang perlu perenungan intens untuk memahami maknanya.
2) Kalimat
Ciri khas dari aspek kalimat puisi adalah ritmik-semantik, yaitu kalimat dalam pusi selalu menekankan pada aspek ritmik (bunyi) dan semantik (makna). Dalam