Lelah bagi setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan tentu saja subjektif sifatnya. Lelah merupakan suatu perasaan. Kelelahan disini adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kelelahan dalam bekerja. (Suma'mur, 1989)
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih ianjut sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan. (Suma'mur, 1989)
Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. (Suma'mur, 1996)
Menurut Cameron (1973) yang dikutip oleh Naibaho (1997) bahwa kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motovasi dan penurunan produktivitas kerja.
Kelelahan dengan turunnya efisiensi dan ketahanan dalam bekerja meliputi segenap kelelahan tanpa pandang apapun sebabnya seperti:
1. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual).
2. Kelelahan fisik umum.
3. Kelelahan mental.
4. Kelelahan syaraf.
5. Kelelahan oleh lingkungan yang monoton.
6. Kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai pengaruh aneka faktor secara menetap. (Naibaho,1997)
2.2. Penyebab Kelelahan Kerja
Ada lima (5) kelompok penyebab kelelahan yaitu : (Naibaho,1997)
1. Keadaan monoton.
2. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental.
3. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan.
4. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekuatiran atau konflik.
5. Penyakit, perasaan sakit, keadaan gizi.
Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ diluar kesadaran scrta proses pemulihan. Orang-orang lelah menunjukkan : (Naibaho,1997)
1. Penurunan perhatian.
2. Perlambatan dan hambatan persepsi.
3. Lambat dan sukar berpikir.
4. Penurunan kcmauan atau dorongan untuk bekerja.
5. Kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan mental.
2.3. Jenis-Jenis Kelelahan Kerja
Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Silaban (1996) bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan tiga (3) bagian yaitu :
1. Proses dalam otot yang terdiri dari :
a. Ketelahan otot, menurut Grandjean (1985) ialah menurunnya performans sesudah mengalami stress tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambanan gerak.
b. Keletahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu perasaan yang menyebar yang disertai dengan adanya penurunan kesiagaan dan kelambatan pada setiap aktivitas. Astrand dan Rodahl (1986) menyatakan bahwa kelelahan umum dapat menjadi gejala penyakit, juga berhubungan dengan faktor psikologis (motivasi menurun, kurang tertarik) yang mengakibatkan menurunnya kapasitas kerja. Sebab-sebab kelelahan umum
adalah monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental (tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik) serta penyakit-penyakit.
2. Waktu terjadim a kelelahan
a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.
b. Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang- kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan.
3. Penyebabnya
a. Menurut Singleton (1972) disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja dan faktor psikologis.
b. Menurut McFarland (1972) disebabkan oleh faktor fisiologis, yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah; dan faktor psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress emosional yang
berkepanjangan.
c. Menurut Phoon (1988) disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan karena kerja fisik; kelelahan patologis yaitu kelelahan yang ada kaitannya dengan penyakit; dan kelelahan psikologis ditandai dengan menurunnya
prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan
Menurut Barnes (1980) yang dikutip oleh Silaban (1996) menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi jumlah pekerjaan yang akan dilakukan seseorang setiap hari dan tingkat kelelahan fisik akibat kerja. Menurut Barnes (1980) yang dikutip oleh Silaban (1996) bahwa tingkat
kelelahan kerja tergantung pada faktor :
1. Jam kerja, suatu penelitian menunjukkan bahwa 1/3 tenaga kerja tidak dapat menyesuaikan diri pada shift malam dan banyak tidak menyukai rotasi shift kerja 1 minggu. sebab mempengaruhi kesehatan dan kehidupan pribadi. Pada penelitian tersebut digunakan skedul 1 minggu setiap shift pagi, minggu depannya shift sore (pukul 16.00 hingga tengah malam) dan minggu ketiganya shift tengah malam sampai pukul 08.00. Dari pada bekerja penuh seminggusetiap shift, rotasi shift sebaiknya 2 hari tiap shift dengan 2 hari libur.
2. Periode istirahat, pada berbagai jenis pekerjaan berat dan ringan diperlukan
periode istirahat dengan alasan :
a. Periode istirahat meningkatkan jumlah pekerjaan yang dilakukan.
b. Periode istirahat dibutuhkan tenaga kerja.
c. Periode istirahat menurunkan keragaman pekerjaan dan cenderung mendorong operator mempertahankan performansi mendekati output yang maksimum.
d. Periode istirahat mengurangi jumlah waktu yang diperlukan selama jam kerja.
3. Cahaya,suhu dan ventilasi berpengaruh pada kenyamanan fisik, sikap mental, output dan kelelahan tenaga kerja. Persyaratan cahaya, suhu dan ventilasi sebaiknya dipahami agar dapat memberikan kondisi fisik menyenangkan dalam bekerja.
4. Kebisingan dan getaran merupakan gangguan dan tidak diinginkan. Sejauh mungkin dikurangi atau dihiiangkan.
Menurut Suma'mur (1996) bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja adalah yang berhubungan dengan ergonomi yaitu sikap dan cara kerja, kegelisahan kerja, beban kerja yang tidak adekual. monotonnya pekerjaan, jam kerja yang tidak sesuai dan kerja yang berulang-ulang. Pengaruh-pengaruh tersebut berkumpul di tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah.
Menurut Grandjean (1985) sebagaimana yang dikutip oleh Silaban (1996) mengatakan bahwa ergonomi juga berpengaruh terhadap kelelahan kerja yaitu sikap dan cara kerja seseorang. Lingkungan kerja yang ergonomis dapat mengurangi beban kerja dan berperan untuk memaksimalkan keamanan, kenyamanan dan efisiensi kerja.
2.5. Kerja Otot Statis
Otot tersusun dari serat-serat otot yang bekerja dengan jalan mengkerut (kontraksi). Otot dapat bekerja secara statis (menetap) dan dinamis (ritmis,berirama). Pada kerja otot statis, suatu otot menetap berkontraksi untuk suatu periode waktu secara kontinu, panjang otot tetap, dan seolah-olah tidak kelihatan kerja luar, sehingga energi tidak dapat diperhitungkan dari besarnya kekuatan. Kerja statis lebih menyerupai bekerjanya suatu electromagnet yang bebannya tetap sekalipun harus mempertahankan tingkat energi yang tetap. Sedangkan pada kerja otot dinamis, kerutan dan pengenduran otol terjadi silih berganti, energi kerja hasil perkalian dianlara selisih panjang olot sebelum dan pada keadaan maksimal kontraksi dengan besarnya kekuatan. Keadaan peredaran darah berbeda pada kerja otot statis dan dinamis. Dalam otot yang bekerja statis. pembuluh-pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan dalam otot dan dengan begitu peredaran darah dalam otot tersebut menjadi berkurang. Sebaliknya, otot yang berkontraksi secara dinamis berlaku sebagai suatu pompa bagi peredaran darah. Kerutan disertai pemompaan darah keluar otot. Pengenduran adalah kesempatan bagi darah untuk masuk ke dalam otot. Jelaslah bahwa otot yang berkontraksi dinamis memperoleh glukosa dan oksigen sehingga kaya akan tenaga dan sisa-sisa snetabolisme segera dibuang. Otot - otot
yang berkontraksi statis tidak mendapat glukosa dan oksigen dari darah sehingga harus menggunakan cadangan-cadangan yang ada. Sisa-sisa metabolisme tidak dapat diangkut keluar melainkan tertimbun, hal ini menyebabkan rasa nyeri dan lelah pada otot. Rasa nyeri dan kelelahan ini memaksa untuk menghentikan kerja otot statis. Sebaliknya, kerja otot dinamis dengan irama yang tepat dapat lama berkelanjutan tanpa kelelahan otot. Sehingga secara fisiologis terbukti bahwa kerja otot statis kurang efisien dari pada kerja otot dinamis karena lebih cepat menimbulkan kelelahan. (Almatsier,2002)
2.6. Perubahan Fisiologi Akibat Keielahan Kerja
Secara fisiologis tubuh manusia diibaratkan sebagai suatu mesin yang mengkonsumsi bahan bakar sebagai sumber energinya. Mekanisme prinsip tubuh mencakup sistem sirkulasi, sistem pencernaan, sistem otot. sistem syaraf dan sistem penafasan. Kerja fisik yang terus-menerus mempengaruhi mekanisme tersebut baik sebagian maupun secara keseluruhan. (Silaban, 1996)
Menurut Bames (1980), yang dikutip oleh Naibaho (1997), keielahan merupakan akumulasi asam laktat dalam otot dan aliran darah yang mengurangi kapasitas kerja otot. Kemungkinan sistem syaraf tepi dan pusat juga dapat dipengaruhi, dengan demikian dapat menyebabkan seseorang lamban ketika lelah. Otot yang bergerak yang disertai dengan reaksi kimia dimana glikogen yang dibawa dalam darah dirombak menjadi asam laktat yang merupakan limbah yang dapat membatasi kontinuitas kerja otot. Pada fase pemulihan kerja otot, oksigen paling banyak digunakan untuk mengubah kembali asam laktat menjadi glikogen, sehingga