2.1.1 Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah proses meluruhnya lapisan-lapisan spons endometrium dengan perdarahan yang berasal dari pembuluh darah yang robek (Stright, 2001). Sedangkan Ganong (2008) mendefinisikan menstruasi sebagai perdarahan pada vagina yang terjadi secara periodik akibat terlepasnya mukosa rahim. Siklus menstruasi dimulai dengan menarche dan akan terus berlanjut hingga menopause sekitar usia 45 - 55 tahun (Sadler et al, 2007 dalam Hand, 2010). Menarche ialah perdarahan haid pertama sebagai puncak kedewasaan dari seorang wanita (Manuaba dkk, 2009).
2.1.2 Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan pola bulanan ovulasi dan menstruasi, dimana ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang matang dari ovarium dan menstruasi adalah proses peluruhan darah, lendir, dan sel-sel epitel dari uterus secara periodik dengan rata-rata jumlah kehilangan darah adalah 50 mL (Stright, 2001).
Carr dan Wilson (1999) mendefinisikan siklus menstruasi sebagai interval antara awitan suatu episode perdarahan dengan awitan episode berikutnya. Carr dan Wilson juga menyebutkan normalnya siklus ini berlangsung rata-rata 28 + 3 hari dengan lama aliran menstruasi 4 + 2 hari. Menurut Ganong (2008) lama daur haid pada perempuan bervariasi, namun rata-ratanya sekitar 28 hari dari permulaan satu periode sampai permulaan periode berikutnya dengan lama haid biasanya 3-5 hari, tetapi pada wanita normal keluarnya darah dapat terjadi dalam waktu 1 hari hingga 8 hari. Hand (2010) juga mengatakan umumnya menstruasi terjadi setiap 28 hari dengan lama menstruasi 2-7 hari. Sedangkan menurut Gould (2007) dalam Hand (2010) siklus menstruasi normal sekitar 21-35 hari. Menurut Selby (2007) siklus menstruasi normal terjadi disetiap 24 - 32 hari dengan lama perdarahan 1-7 hari (rata-rata 4-5 hari).
Siklus menstruasi masih belum teratur pada awal-awal menstruasi karena sistem hormonnya masih belum matang; siklusnya berkisar antara 21-42 hari (Selby, 2007). Selby juga mengatakan bahwa dua pertiga wanita siklus menstruasinya mulai teratur setelah dua tahun dari menstruasi pertama. Pada wanita yang sudah memiliki siklus menstruasi yang teratur, dapat jadi tidak teratur jika ia menggunakan obat kontrasepsi (Hand, 2010).
Jumlah darah yang hilang saat menstruasi bervariasi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ketebalan endometrium, pengobatan, serta penyakit yang terkait dengan proses pembekuan darah. Jumlah darah yang keluar sekitar 35-45 mL (Hand,2010), 40 sampai dengan 100 mL menumt Carr dan Wilson (1999), sedangkan menumt Ganong (2008) jumlah darah yang keluar normalnya dapat sekedar bercak hingga 80 mL, keluarnya darah menstmasi lebih dari 80 mL termasuk dalam kategori abnormal. Pendapat Ganong sempa dengan Sadler et al (2007) dalam Hand (2010) yang menyatakan bahwa keluarnya darah lebih dari 80 mL dapat menyebabkan anemia dan membutuhkan penanganan lanjut. Puncaknya terjadi pada hari kedua atau ketiga dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah (Manuaba, 2008).
Siklus menstruasi dikontrol oleh sekelompok hormon, temtama estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut dikeluarkan secara siklik oleh ovarium pada masa reproduksi di bawah kontrol dua hormon gonadotropin, yaitu follicle-stimulating hormone (FSH) dan lutenizing hormone (LH). yang mempakan stimulasi dari hipotalamus (Hand, 2010). Di bawah pengamh hormon-hormon tersebut, terjadi pembahan pada dinding endometrium rahim selama siklus menstmasi (Jenkins et al, 2007 dalam Hand, 2010). Pembahan pada dinding endometrium selama siklus menstmasi dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase poliferasi (pre-ovulasi), fase sekretori (po^-ovulasi), dan fase menstmasi itu sendiri (Gibson, 2002).
Fase poliferasi. Fase ini dimulai setelah fase menstmasi selesai dan diakhiri dengan terlepasnya ovum ke ovarium. Pada fase ini terjadi pembahan yang cepat dari endometrium, selumh bagian interior utems dilapisi dengan lapisan dalam dua hari. Lapisan tersebut pada mulanya tipis dan terdiri dari sel-sel kuboid tetapi dengan berlanjutnya fase sel-sel menjadi kolumnar, kelenjar dalam endometrium memanjang, dan seluruh endometrium menjadi menebal. Pada fase ini hormon estrogen disekresi oleh folikel ovarium akibat pengaruh FSH (Gibson, 2002). FSH dari hipofisis bertanggung jawab terhadap pematangan awal folikel ovarium, dan FSH serta LH bersama-sama bertanggung jawab terhadap pematangan akhir. Letupan sekresi LH menyebabkan ovulasi dan pembentukan awal korpus luteum (Ganong, 2008).
Fase poliferasi yang terjadi pada hari ke-5 hingga hari ke-14 pada siklus 28 hari terjadi peningkatan hormon estrogen, dan umumnya ovulasi terjadi pada titik tengah siklus 28 hari, yaitu pada hari ke-14 (Everett, 2004 dalam Hand, 2010). Siklus menstruasi masih belum teratur pada awal-awal menstruasi karena sistem hormonnya masih belum matang; siklusnya berkisar antara 21-42 hari (Selby, 2007). Selby juga mengatakan bahwa dua pertiga wanita siklus menstruasinya mulai teratur setelah dua tahun dari menstruasi pertama. Pada wanita yang sudah memiliki siklus menstruasi yang teratur, dapat jadi tidak teratur jika ia menggunakan obat kontrasepsi (Hand, 2010).
Fase sekretori. Fase ini merupakan lanjutan dari fase poliferasi dimana estrogen tetap bertanggung jawab terhadap proses perkembangan endometrium. Pada fase ini progesteron diproduksi untuk mempersiapkan endometrium menerima ovum yang sudah dibuahi (Hand, 2010). Endometrium berkembang terus dan menjadi lebih vaskular(Gibson, 2002). Ganong (2008) menyebut fase sekretorik sebagai fase luteal. Fase luteal daur haid ialah saat sel luteum menyekresikan estrogen dan progesteron. Progesteron dan sedikit estrogen dihasilkan oleh korpus luteum dalam ovarium (Gibson, 2002). Bila ovum tidak dibuahi, korpus luteum akan mengalami regresi dan pasokan hormon untuk endometrium terhenti, endometrium akan terlepas menghasilkan darah haid kemudian memulai daur yang baru (Ganong, 2008). Selain itu, Ganong juga menyebutkan bahwa lama fase sekretorik itu konstan, yaitu sekitar 14 hari dan variasi lama haid lebih dipengaruhi oleh variasi lama fase poliferasi.
Fase menstruasi. Menstruasi terjadi akibat endometrium mengalami degenerasi, sehingga sekresi kelenjar dikeluarkan dan kapiler-kapiler yang tidak mempunyai sokongan pecah dan berdarah dengan lama fase sekitar 4-5 hari (Gibson, 2002).
2.1.3 Kelainan Menstruasi
Proses menstruasi dari sejak menarche hingga menopause pada setiap wanita tidak pernah sama meskipun memiliki proses fisiologis yang serupa. Hal ini terjadi karena dalam proses menstruasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor dan salah satunya ialah hormon. Proses menstruasi dapat berjalan normal atau pun mengalami gangguan. Manuaba (2003) mengelompokkan gangguan menstruasi sebagai berikut.
1. Gangguan dalam jumlah darah
a. Hipermenorea (Menoragia)
Menoragia ialah banyaknya volume darah yang keluar saat menstruasi dapat disertai gumpalan darah dan gangguan psikosomatik. Sehingga jumlah napkin yang dibutuhkan lebih dari 5 buah/hari. Menurut Ganong (2008) menoragia merupakan keluarnya darah secara berlebihan pada daur yang teratur. Gould (2007) dalam Hand (2010) menyebutkan menoragia terjadi jika kehilangan darah > 80 mL saat menstruasi.
Menoragia dapat disebabkan oleh fibroid, gangguan pembekuan darah, atau kanker endometrium (Me Veigh et al, 2008 dalam Hand 2010).
b. Hipomenorea
Hipomenorea ialah sedikitnya volume darah yang keluar dengan siklus normal. Jumlah napkin yang digunakan umumnya kurang dari 3 buah/hari.
2. Kelainan Siklus
a. Polimenorea
Polimenorea ialah menstruasi yang terjadi kurang dari 20
b. Oligomenorea
Oligomenorea ialah siklus menstruasi yang terjadi di atas 35 hari. c. Amenorea
Amenorea ialah terlambat menstruasi selama tiga bulan berturut-turut. Sedangkan menurut Ganong (2008) amenorea didefinisikan dengan tidak adanya periode haid. McVeigh et al (2008) dalam Hand (2008) mendefmisikan amenorrhea dengan tidak adanya periode menstruasi dalam kurun waktu 6 bulan terakhir.
Ganong (2008) membagi amenorea menjadi dua jenis, yaitu amenorea primer dan amenorea skunder. Dikatakan sebagai amenorrhea primer jika periode menstruasi tak kunjung mulai dan