(KODE : 0029-KOMUNIKASI) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA IKLIM KOMUNIKASI DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan mengenai iklim organisasi dan iklim komunikasi berkaitan dengan keadaan atau situasi yang terbentuk dalam organisasi. Pemahaman yang baik terhadap iklim organisasi dan iklim komunikasi dalam suatu organisasi secara tidak langsung memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkah laku, motivasi, dan kinerja kerja anggotanya, oleh karena itu keduanya perlu mendapat perhatian khusus dari ketua atau pimimpin organisasi.
Pendefinisian dan penelitian mengenai iklim organisasi, iklim komunikasi, dan motivasi telah dikaji serta dirumuskan oleh beberapa ahli. Hasil penelitian dari para ahli yang kemudian menjadi landasan dan pembelajaran bagi praktisi-praktisi organisasi khususya perusahaan dalam proses kerja organisasi. Berikut adalah uraian pembahasan mengenai iklim organisasi, iklim komunikasi dan motivasi.
A. Iklim Organisasi
1. Pengertian Iklim Organisasi
Istilah iklim organisasi pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an dengan istilah iklim psikologi (psychological climate). Kemudian berkembang istilah iklim organisasi oleh R. Tagiuri dan G. Litwin. Pendefinisian mengenai iklim organisasi turut dirumuskan oleh beberapa ahli, diantaranya dalam buku berjudul komunikasi organisasi (2009:82) oleh Arni Muhammad :
“Tagiuri (1968) iklim organisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan. Sementara Payne dan Pugh (1976) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu konsep yang mereflesikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu system sosial."
Keduanya memandang iklim komunikasi sebagai keadaan yang terbentuk dari hasil interaksi antara anggota organisasi dengan sub-sub sistem yang ada didalam organisasi, seperti : nilai, norma, keadaan serta sistem yang berlaku dalam organisasi. Interaksi antara anggota organisasi dan sub-sub system tersebut yang kemudian mempengaruhi tingkah laku anggota dalam sebuah organisasi.
2. Dimensi Iklim Organisasi
Seperti halnya organisasi, iklim organisasi juga tersusun oleh dimensi-dimensi, menurut Litwin dan Stringers (1968) dimensi iklim organisasi tersusun oleh : rasa tanggung jawab, standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan, ganjaran atau reward, rasa persaudaraan serta semangat tim.
Sementara menurut Wirawan dalam buku berjudul Budaya dan Iklim Organisasi (2007:128), iklim organisasi tersusun oleh dimensi dan indikator iklim organisasi yang terdiri dari :
a. Keadaan lingkungan fisik yang berkaitan dengan persepsi anggota organisasi mengenai tempat, proses, serta peralatan kerja mereka. Indikator untuk mengukur dimensi lingkungan fisik, terdiri dari : tempat kerja, mebel, alat produksi dan sebagainya.
b. Keadaan lingkungan sosial yakni interaksi antar anggota organisasi dalam hubungan formal maupun informal. Indikator pengukurnya adalah hubungan antar anggota, sistem komunikasi dan kepemimpinan, kepercayaan, kebersamaan dan penghargaan.
c. Pelaksanaan sistem manajemen yang berlaku di dalam sebuah organisasi. Indikatornya terdiri dari : visi, misi,struktur, sistem, standar, prosedur kerja dan strategi organisasi. Serta pengembangan karier dan manajemen konflik.
d. Produk yang dihasilkan organisasi turut mempengaruhi iklim yang terbentuk dalam organisasi. Indikatornya adalah proses produksi, jenis barang, prosedur layanan konsumen, jenis jasa, dan prosedur penyajiannya.
e. Konsumen yang dilayani berkaitan dengan subjek yang menjadi tujuan dari produksi barang organisasi. Indikator pengukurnya adalah jenis, dan perilaku konsumen, sistem layanan serta hubungan antar anggota organisasi dengan konsumen.
f. Kondisi fisik dan kejiwaan anggota organisasi turut mempengaruhi iklim yang terbentuk dalam organisasi. Indikatornya terdiri dari : kesehatan, komitmen, moral, kebersamaan, etos dan semangat bekerja.
g. Budaya organisasi yakni segala hal yang telah menjadi kebiasaan dan bagian dari organisasi. Idikator untuk mengukurnya terdiri dari : pelaksanaan nilai-nilai, norma, kepercayaan dan filsafat, pelaksanaan kode etik, seremoni, serta sejarah organisasi.
3. Penelitian Iklim Organisasi
Wirawan dalam buku berjudul Budaya dan Iklim Organisasi (2007:187) memaparkan hasil penelitian Mark. A. Shadur, Riene Kienzle dan John J. Rodweel (1999) dalam artikel berjudul “ The Relationship between Organizational Climate and Employee Perception of Involvement The importance of Support”. Penelitian mereka bertujuan untuk mengukur hubungan antara iklim organisasi dan persepsi karyawan mengenai keterlibatan kerjanya.
Mark. A. Shadur, Riene Kienzle, dan John J. Rodweel mendefinisikan iklim organisasi sebagai variabel bebas yang terdiri dari birokrasi, inovasi dan dukungan. Sementara keterlibatan kerja didefinisikan sebagai variabel terikat yang tersusun oleh tiga dimensi yakni : komunikasi, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan tim kerja. Berikut adalah hasil temuan dalam penelitian Mark. A. Shadur, Riene Kienzle, dan John J. Rodweel :
“Penelitian ini menunjukkan perlunya para manajer untuk memahami pengaruh iklim organisasi terhadap keterlibatan kerjanya. Walaupun para manajer sering mengakses iklim organisasi dengan mengukur perasaan umum terhadap organisasi, hanyalah iklim organisasi suportif yang merupakan prediktor konstan terhadap tiga variabel yang diteliti : partisipasi dalam pengambilan keputusan, tim kerja, dan komunikasi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jika iklim organisasi dipecah menjadi berbagai subkomponen, maka dapat dipakai untuk menentukan efektivitas dan proses sistem manajemen seperti program keterlibatan karyawan dalam organisasi. Iklim organisasi harus dianggap sebagai indikator kompleks dari persepsi organisasi yang dapat dipergunakan untuk mengelola organisasi dan sistem keterlibatan karyawannya."
Hasil penelitian mengenai iklim organisasi mendukung kesimpulan bahwa iklim organisasi yang positif mampu meningkatkan produktifitas organisasi. Iklim organisasi yang positif tidak hanya memberikan keuntungan bagi organisasi, namun hal tersebut juga mendatangkan manfaat untuk anggota-anggota dalam organisasi.
B. Iklim Komunikasi
1. Pengertian Iklim Komunikasi
Proses komunikasi bersifat lebih terbuka, santai, ramah-tamah dengan anggota lainnya menghasilkan iklim komunikasi yang positif. Iklim komunikasi yang positif berpengaruh terhadap keadaan anggota organisasi dalam berkomunikasi. Sebaliknya, iklim negatif yang terbentuk menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka.
Pace dan Faules dalam buku komunikasi organisasi (2010:147) mendefinisikan iklim komunikasi sebagai gabungan dari persepsi-persepsi, suatu evaluasi makro, mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut.
Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi. Sementara iklim organisasi dapat disimpulkan sebagai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung yang dialami oleh anggota organisasi serta turut mempengaruhi perilaku mereka.
2. Dimensi Iklim Komunikasi
Arni Muhammad dalam buku berjudul komunikasi organisasi (2009:86) Redding (Goldhaber, 1986) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi yang terdiri dari :
1. “supportiveness” atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting.
2. Partisipasi membuat keputusan
3. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia
4. Keterbukaan dan keterusterangan.
5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.
Arni Muhammad dalam buku berjudul komunikasi organisasi (2009:86) menguraikan pokok persoalan utama dari iklim komunikasi adalah sebagai berikut :
1. Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi. Persoalan ini berkaitan dengan kepuasan, keterbukaan, kepercayaan anggota organisasi dengan atasan, teman bekerja dan bawahan sebagai sumber informasi. Serta seberapa penting sumber-sumber tersebut.
2. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi. Hal ini berkaitan dengan manfaat, ketepatan penerimaan, serta jumlah informasi yang diterima cocok atau tepat dengan topic-topik yang penting dari sumber informasi
3. Persepsi mengenai organisasi yang membahas mengenai banyaknya anggota yang terlibat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi anggota organisasi, Apakah tujuan dan objektif dipahami ? Apakah orang diberi sokongan dan dihargai ? Apakah sistem terbuka terhadap input dari anggotanya.
Pokok persoalan mengenai iklim komunikasi yang diuraikan Arni Muhammad menekankan pada persepsi terhadap proses komunikasi yakni sumber komunikasi yang bersifat terbuka, dipercaya dan memberikan kepuasan dalam penyampaian informasi. Persepsi terhadap tersedianya informasi serta persepsi terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam organisasi.