(KODE : 0013-KEPERAWATAN) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Anatomi dan Histologi Payudara
Payudara terletak di fascia superficialis yang meliputi dinding anterior thorak. Pada perempuan setelah pubertas payudara membesar dan dianggap berbentuk seperti setengah bulat. Pada wanita dewasa muda payudara terletak diatas costa II sampai VI dan terbentang dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media. Pinggir lateral atas payudara meluas sampai sekitar pinggir bawah Payudara tersusun atas beberapa bagian yaitu :
Pada bagian luar terdapat papilla mammae (puting susu) berbentuk kerucut dan mungkin warnanya merah muda, coklat muda atau coklat tua. Bagian paling luar papilla ini ditutupi epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang berhubungan langsung dengan kulit di dekatnya (Junqueira, 2007). Daerah berwarna gelap yang mengelilingi puting susu disebut areola. Pada areola terdapat kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar montagomery, menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kesehatan kulit disekitar areola (Roesli, 2000).
Payudara tersusun atas lobulus-lobulus dimana setiap lobulus terdiri dari sekelompok alveoli berbentuk kantong, tersusun atas epitel yang aktif mensekresikan ASI selama menyusui. ASI yang dihasilkan akan dialirkan melalui sistem duktus laktiferus menuju sinus laktiferus. Sinus laktiferus merupakan saluran ASI melebar dan membentuk kantung disekitar areola yang berfungsi untuk menyimpan ASI (Sherwood, 2001).
Jaringan lemak di sekitar alveoli dan duktus laktiferus menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Payudara besar atau kecil memiliki alveoli dan sinus laktiferus yang sama, sehingga dapat menghasilkan ASI sama banyak. Disekeliling alveoli juga terdapat jaringan otot polos yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keberadaan hormon oksitosin menyebabkan otot polos tersebut berkontraksi (Soetjiningsih, 1997).
2. Fisiologi Menyusui
a. Air susu ibu dan hormon prolaktin
Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf sensorik di sekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menghasilkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan menyebabkan sel sekretorik di alveoli menghasilkan ASI (Sherwood, 2001).
Dari gambar di atas setelah hormon prolaktin dihasilkan, hormon tersebut berada di peredaran darah selama 30 menit setelah penghisapan puting. Hormon prolaktin dapat merangsang payudara menghasikan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk minum yang sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada (IDAI, 2008).
Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari sinus laktiferus, makin banyak produksi ASI. Makin sering bayi menyusu makin banyak ASI yang diproduksi. Sebaliknya makin jarang bayi menyusu, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka payudara akan berhenti menghasikan ASI. Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari dapat mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi, sehingga menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan menstruasi. Oleh karena itu menyusui pada malam hari penting untuk menunda kehamilan (Soetjiningsih, 1997)
b. Air susu ibu dan hormon oksitosin
Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian posterior kelenjar hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf sensorik di sekitar payudara dirangsang oleh isapan bayi. Oksitosin akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli dan memeras ASI keluar dari alveoli ke sinus laktiferus yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya (Sherwood, 2001).
Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan untuk menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika reflek oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar (IDAI, 2008). Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan, walapun kadang mengakibatkan nyeri. Nyeri diakibatkan karena adanya kontraksi uterus yang berfungsi membantu involusi uterus (Cunningham, 2002).
Keadaan yang dapat meningkatkan hormon oksitosin yaitu perasaan dan curahan kasih sayang kepada bayi, celotehan atau tangisan bayi, dukungan ayah dalam pengasuhan bayi seperti menggendong bayi ke ibu saat akan disusui atau disendawakan, mengganti popok dan memandikan bayi, suami juga dapat membantu pekerjaan rumah tangga (Roesli, 2000).
Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin yaitu rasa cemas terhadap perubahan bentuk payudara dan bentuk tubuh, meninggalkan bayi karena harus bekerja, ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi, rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung, dan rasa sakit terutama saat menyusui (Depkes RI 2007).
Tanda dan sensasi reflek oksitosin aktif antara lain sensasi diperah di dalam payudara sesaat sebelum menyusui atau pada waktu proses menyusui berlangsung, ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya menangis, ASI menetes dari payudara sebelah bila bayi menyusu pada payudara yang lainnya, ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui, Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah dari vagina selama menyusui di minggu pertama, Hisapan yang lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukan bahwa ASI mengalir ke dalam mulut bayi (Kristiyanasari, 2009).
3. Air Susu Ibu (ASI)
a. Pengertian
ASI manusia adalah suatu suspensi lemak dan protein dalam suatu larutan karbohidrat-mineral. Seorang ibu yang menyusui dapat dengan mudah memproduksi 600 ml ASI perhari (Cunningham, 2002).
b. Komposisi ASI
Air susu ibu (ASI) mengandung makronutrien yaitu karbohidrat, protein dan lemak dan mikronutrien adalah vitamin dan mineral. Air susu ibu hampir 90% terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrient ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi diatas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang, dan ASI pada penyapihan) (IDAI, 2008).
1) Komposisi ASI menurut stadium laktasi adalah :
i. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI khusus berwarna kekuningan, agak kental dan diproduksi dalam beberapa hari setelah persalinan. Sekresi kolostrum berlangsung selama kurang lebih 5 hari, dan mengalami perubahan menjadi ASI matur 4 minggu setelahnya (Cunningham, 2002). Dibandingkan dengan ASI matur, kolostrum mengandung lebih banyak mineral dan protein yang sebagian besar terdiri dari globulin, tetapi lebih sedikit mengandung gula dan lemak. Antibodi yang terdapat pada kolostrum, dan kandungan immunoglobulin A-nya dapat memberikan perlindungan pada bayi baru lahir untuk melawan pathogen enterik, kolostrum juga memudahkan perjalanan kotoran pertama bayi yang disebut mekonium. Kolostrum membantu proses maturasi saluran cerna sehingga dapat mencegah alergi dan intoleransi makanan. Total energi kolostrum 58 Kal/100 ml kolostrum. Volume kolostrum sekitar 150-300 ml/24 jam (Soetjiningsih, 1997).
ii. ASI transisi
ASI transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. ASI transisi ini disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, Kadar protein dalam ASI transisi semakin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin tinggi. Volume ASI transisi akan semakin meningkat (Kristiyanasari, 2009).
iii. ASI matur
ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya dimana komposisinya relatif konstan. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. ASI matur merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya. ASI matur ini tidak akan menggumpal jika dipanaskan dan terdapat beberapa antimikrobial, antara lain: antibodi terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit granulosit, makrofag dan limfosit T), enzim, protein (laktoferin, B12 binding protein), faktor resisten terhadap stafilokokus, komplemen, interferron producting cell, dan hormon-hormon (Soetjiningsih, 1997).
c. Komposisi ASI secara Umum :
i. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi bagi otak. Kadar laktosa dalam ASI dua kali lipat dibandingkan dengan kadar laktosa dalam susu formula. Penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu formula atau susu sapi sehingga angka kejadian diare intoleransi laktosa pada pemberian ASI lebih sedikit (IDAI, 2008).
ii. Protein
Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang banyak terdapat di protein susu sapi dan dapat menyebabkan alergi tidak terdapat dalam ASI. Kualitas protein ASI lebih baik dibanding susu sapi. ASI mempunyai jenis asam amino lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peranan pada perkembangan otak karena protein ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang. Kadar taurin dalam susu formula hanya sedikit dibandingkan susu sapi. Jumlah dan kualitas nukleutida ASI lebih banyak dan lebih bagus dibanding susu sapi. Nukleutida ini memiliki peranan dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh (Soetjiningsih, 1997).
iii. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan dalam perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Disamping itu ASI juga banyak mengadung asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan mata. Susu sapi tidak mengandung DHA dan ARA oleh karena itu hampir semua susu formula ditambahkan DHA dan ARA, tetapi DHA dan ARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tidak sebaik yang terdapat dalam ASI (IDAI, 2008).
iv. Vitamin
Semua vitamin terkandung dalam ASI manusia, tetapi dalam jumlah bervariasi, dan pemberian makanan pada ibu akan meningkatkan sekresinya (Cunningham,
2002).
v. Mineral
Kadar mineral dalam ASI tidak begitu dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu dan tidak pula dipengaruhi status gizi ibu. Mineral di dalam ASI memiliki kualitas lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral dalam susu sapi. Mineral utama yang terdapat dalam ASI adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan tulang, transmisi jaringan saraf dan faktor pembekuan darah. Kandungan zat besi baik dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah serta bervariasi, namun zat besi dalam ASI lebih mudah diserap. Kandungan mineral zink ASI jauh lebih rendah dari susu formula, tetapi tingkat penyerapannya lebih baik. Penyerapan zink dalam ASI, susu sapi, dan susu formula berturut-turut 60%, 43-50%,, dan 27-32%. Mineral dalam ASI yang kadarnya lebih tinggi dibanding susu formula adalah selenium, yang sangat dibutuhkan pada saat pertumbuhan anak cepat (Soetjiningsih, 1997).
4. Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan (Kristiyanasari, 2009).
a. Manfaat ASI Bagi Bayi.
i. Manfaat Kolostrum
Beberapa manfaat kolostrum untuk bayi diantaranya kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare, mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan, jumlah kolostrum yang bervariasi walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi gizi bayi (Soetjiningsih, 1997).
ii. Aspek Psikologik
Saat proses menyusui terjadi kontak langsung antara ibu dan bayi sehingga timbul ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi. Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak masih dalam rahim. Adanya interaksi tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi (Kristiyanasari, 2009).
iii. Aspek Kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI secara eksklusif memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI (IDAI, 2008).
b. Manfaat ASI Bagi Ibu
i. Aspek kontrasepsi
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan. Penghisapan puting payudara akan menghambat sekresi LH dan FSH. Dengan demikian menyusui mencegah ovulasi dan berfungsi sebagai cara mencegah kehamilan walaupun tidak 100% efektif sebagai alat kontrasepsi (Sherwood, 2001).
ii. Aspek Kesehatan Ibu
Isapan bayi pada puting ibu merangsang keluarnya hormon oksitosin yang membantu involusi uterus dan mencegah perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan pencegahan perdarahan pasca persalinan dapat mengurangai kejadian anemia defisiensi besi. Penelitian membuktikan menyusui bayi secara eksklusif dapat menurunkan angka kejadian kanker payudara dan ovarium sebanyak 25 % (Cunningham, 2002).
iii. Aspek Penurunan Berat Badan
Ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif ternyata dapat lebih mudah dan cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil (Roesli, 2000).
c. Manfaat ASI Bagi Keluarga.
Memberikan ASI secara eksklusif dapat menghemat pengeluaran dana keluarga karena keluarga tidak memerlukan dana tambahan untuk membeli susu formula selain itu menyusui sangat praktis. Karena dapat diberikan kapan saja dan dimana saja keluarga tidak perlu menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan terlebih dulu (Kristiyanasari, 2009).
d. Manfaat ASI Bagi Negara.
Adanya faktor protektif dan zat nutrisi yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik dan dapat menghindari bayi dan anak dari penyakit infeksi misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah sehingga akan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi selain itu dapat pula menghemat subsidi rumah sakit dan menghemat devisa Negara karena anak yang mendapatkan ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dari pada bayi yang di beri susu formula. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa Negara yang seharusnya digunakan untuk membeli susu (Kristiyanasari, 2009).
5. ASI Eksklusif
a. Pengertian
Pemberian ASI eksklusif adalah hanya memberikan air susu ibu saja tanpa makanan atau minuman lain sejak lahir hinga bayi berusia enam bulan (MENEGAP, 2007) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) dan UNICEF merekomendasikan menyusui eksklusif sejak lahir selama enam bulan pertama hidup anak, dan tetap disusui bersama pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup sampai berusia dua tahun atau lebih.