(KODE : 0014-KEPERAWATAN) : SKRIPSI HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE DENGAN DEHIDRASI DAN TANPA DEHIDRASI PADA BALITA YANG DATANG DI PUSKESMAS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Diare
a. Pengertian
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 2 minggu (Subagyo B dan Nurtjahjo BS, 2010).
Diare umumnya dibagi menjadi diare akut dan diare kronis, yang keduanya dapat disebabkan karena infeksi dan non infeksi (Subagyo B dan Nurtjahjo BS, 2010).
b. Insidensi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia terdapat 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Dari 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare, sedangkan di Indonesia, dari hasil Riskesdas 2007 didapatkan bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi terbanyak untuk golongan 1 -4 tahun yaitu 25,2% dibanding pneumonia 15,5%. Dari survei kesehatan demografi Indonesia (1991 ) menyatakan bahwa satu dari sepuluh balita menderita diare dalam dua minggu terakhir, selain itu setiap tahun di Indonesia terjadi 150 kejadian luar biasa dengan jumlah kasus sekitar 20.000 orang dan angka kematian sekitar 2 %. Angka kesakitan diare diperkirakan antara 120 - 130 kejadian per 1000 penduduk, 60% kejadian tersebut terjadi pada Balita (Depkes, 1993)
c. Etiologi
Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi non inflammatory dan inflammatory. Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan oleh bakteri, sebaliknya inflammatory diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sitotoksin (Subagyo B dan Nurtjahjo BS, 2010).
Beberapa mikroorganisme penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
d. Faktor-faktor risiko
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal - oral yaitu: (Subagyo B dan Nurtjahjo BS, 2010). melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen,
• kontak langsung tangan dengan penderita atau barang- barang yang telah tercemar tinja penderita
• tidak langsung melalui lalat Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain (Subagyo B dan Nurtjahjo BS, 2010).
• Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4 -6 bulan pertama kehidupan bayi.
• Tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan lingkungan (MCK) dan pribadi yang buruk.
• Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.
1) Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak (Subagyo B & Nurtjahjo BS, 2010).
2) Infeksi asimptomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain ( Tjitra E,1994 )
3) Faktor musim
Di daerah tropik termasuk (Indonesia), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan (Subagyo B & Nurtjahjo BS, 2010)
4) Epidemi dan pandemik
Vibrio cholera 0.1 dan shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemik dan pandemik yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan usia. Sejak tahun 1961, kolera yang disebabkan oleh Vibrio cholera 1.0 biotipe Eltor telah menyebar ke negara - negara di afrika, Amerika latin, Asia, Timur Tengah dan di beberapa daerah di Amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun waktu yang sama Shigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di Amerika Tengah dan terakhir di Afrika Tengah dan Asia Selatan. Pada akhir tahun 1992, dikenal strain baru Vibrio Cholera 0139 yang menyebabkan epidemik di Asia dan lebih dari 11 negara mengalami wabah (Widayana IW, 2003) 5. Patofisiologi
Secara umum diare disebabkan oleh 2 hal, yaitu gangguan pada proses absorbsi atau sekresi. Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme yang saling tumpah tindih . Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi, dan imunologi (Subagyo B & Nurtjahjo BS, 2010).
a. Gangguan absorbsi atau diare osmotik.
Secara umum terjadi penurunan fungsi absorbsi oleh berbagai sebab seperti celiac spure atau karena :
1) Mengkonsumsi magnesium klorida
2) Defisiensi enzim sukrase - isomaltase adanya defisiensi laktase defisien pada anak yang lebih besar.
Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara lumen usus halus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir kearah lumen jejunum, sehingga air akan banyak terkumpul dalam lumen usus. Natrium (Na) akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na yang normal. Sebagian kecil cairan ini akan diabsorbsi kembali, akan tetapi lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak bisa diserap seperti magnesium, glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa disegmen ileum dan melebihi kemampuan absorbsi kolon, sehingga terjadi diare. Bahan - bahan seperti karbohidrat dari jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan, akan memberikan dampak yang sama (Subagyo B & Nurtjahjo BS, 2010).
b. Malabsoprsi
Gambaran karakteristik penyakit yang menyebabkan malabsorbsi usus halus adalah atropi vili. Lebih lanjut mikroorganisme tertentu (bakteri tumbuh lampau, giardiasis, enter oadherent E.coli) menyebabkan malabsorbsi nutrisi dengan mengubah fisiologi membran brush border tanpa merusak susunan anatomi mukosa. Hal ini dapat terjadi pada keadaan: (Subagyo B & Nurtjahjo BS, 2010).
• Maldigesti protein lengkap, karbohidrat dan trigliserida diakibatkan insufisiensi eksokrin pankreas.
• Gangguan atau kegagalan ekskresi pankreas menyebabkan kegagalan pemecahan kompleks protein, karbohidrat, trigliserida,
• Pemberian obat pencahar; laktulosa, pemberian magnesium hydroxide (misalnya susu magnesium).
• Mendapat cairan hipertonis dalam jumlah besar dan cepat,
• Pemberian makan atau minum yang tinggi karbohirat, setelah mengalami diare menyebabkan kekambuhan diare.
c. Gangguan sekresi atau diare sekretorik
1) Hiperplasia cripta
Teoritis adanya hyperplasia kripta akibat penyakit apapun, dapat menyebabkan sekresi intestinal dan diare. Pada umumnya penyakit ini menyebabkan atropi vili (Bambang Subagyo & Nurtjahjo Budi Santoso, 2010)
2) Luminal secretagogeus
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihydroxy, serta asam lemak rantai panjang.
Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP atau Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membrane protein sehingga menyebabkan perubahan saluran ion, yang akan menyebabkan Cl di kripta keluar. Disisi lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk kedalam lumen usus bersama Cl .
Bahan laksatif dapat menyebabkan efek bervariasi pada aktifitas NaK - ATPase. Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP intraseluler, meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa. Beberapa obat menyebabkan sekresi intestinal . Penyakit malabsorpsi seperti reseksi ileum dan penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan sekresi seperti menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak ( Subagyo B & Nurtjahjo BS, 2010)
3) Blood - Borne Secretagogues.
Diare sekretorik pada anak - anak di negara berkembang, umumnya disebabkan enterotoksin E.coli atau cholera. Berbeda dengan negara berkembang, sedangkan di negara maju diare sekretorik jarang ditemukan, apabila ada, kemungkinan disebabkan obat atau tumor seperti ganglioneuroma atau neuroblastoma yang menghasilkan hormon seperti VIP. Pada orang dewasa, diare sekretorik berat disebabkan oleh neoplasma pankreas, sel non- beta yang menghasilkan VIP, polipeptida pankreas, hormon sekretorik lainnya: sindroma watery diarrhea hypokalemia achlorhydria (WDHA). Diare yang disebabkan tumor ini termasuk jarang. Semua kelainan mukosa usus, berakibat sekresi air dan mineral berlebihan pada villus dan kripta, sehingga semua enterosit terlibat dan dapat terjadi pada mukosa usus yang normal ( Subagyo B & Nurtjahjo BS, 2010).
4) Diare akibat gangguan peristatik
Baik peningkatan ataupun penurunan motilitas, keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh banyak yang menyebabkan diare. Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada thyrotoksikosis, malabsorbsi asam empedu dan berbagai penyakit lain ( Subagyo B & Nurtjahjo BS, 2010).
5) Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan lymphatic menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan sering kali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.
Bakteri patogen akan mempengaruhi struktur dan fungsi tight junction, menginduksi sekresi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek infeksi bakterial pada tight junction akan mempengaruhi susunan anatomis dan fungsi absorbsi yaitu cytoskeleton dan perubahan susunan protein. Sebagai contoh, C. difficile akan menginduksi kerusakan cytoskeleton maupun protein, Bacteroides fragilis menyebabkan degradasi proteolitik protein tight junction, V. cholera mempengaruhi distribusi protein tight junction, sedangkan EPEC menyebabkan akumulasi protein cytoskeleton (Subagyo B & Nurtjahjo BS, 2010).