PTK UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI ANAK MELALUI VARIASI MENU SARAPAN PAGI PADA KELOMPOK B

Wednesday, April 13, 2016
PTK (0041) UPAYA MENINGKATKAN KONSENTRASI ANAK MELALUI VARIASI MENU SARAPAN PAGI PADA KELOMPOK B



BAB II 
KAJIAN TEORI 


A. Kajian Teori 
1. Konsentrasi
a. Pengertian Konsentrasi
Pengertian Konsentrasi adalah sebagai suatu proses pemusatan pikiran kepada suatu objek tertentu, Hakim (2002). Dengan adanya pengertian tersebut, timbulah suatu pengertian lain bahwa didalam melakukan konsentrasi, orang harus berusaha keras agar segenap perhatian panca indra dan pikirannya hanya boleh terfokus pada satu objek saja. Panca indra, khususnya mata dan telinga tidak boleh terfokus kepada hal-hal lain, pikiran tidak boleh memikirkan dan teringat masalah-masalah lain.
Pada dasarnya konsentrasi adalah akibat dari perhatian yang ditimbulkan secara sadar oleh seseorang. Gazali (2003), menyatakan perhatian seseorang adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) ataupun sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Selain itu Slameto (2003), mengatakan perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dalam pemilahan rangsangan yang datang dari lingkungannya.
Hal ini ditegaskan lagi bahwa konsentrasi yang efektif adalah suatu proses terfokusnya perhatian seseorang secara maksimal terhadap suatu objek kegiatan yang dilakukannya dan proses tersebut terjadi secara otomatis serta mudah karena orang yang bersangkutan mampu menikmati kegiatan yang sedang dilakukan.
Emerson (2010:7), juga menambahkah bahwa konsentrasi adalah rahasia keberhasilan dalam politik, perang, perdagangan, singkatnya dalam manajemen urusan manusia. Kunci utama yang dibutuhkan adalah pada faktor konsentrasi. Jika kita fokus untuk berkonsentrasi, maka segala sumber daya yang dimiliki juga maksimal untuk tujuan yang dibutuhkan, seperti saat belajar atau melakukan hal apapun dengan lebih berkonsentrasi sehingga menghasilkan hal yang maksimal.
Jadi dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi sangat erat hubungannya dengan keadaan jiwa seseorang dalam melakukan suatu kegiatan yang dilakukannya dan jika seseorang merasa sulit untuk berkonsentrasi maka kemungkinan besar adalah orang tersebut belum mampu menikmati kegiatan yang dilakukannya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi
Kemampuan konsentrasi bukan bakat yang diperoleh sejak lahir tetapi kebiasaan yang dapat dilatih. Dengan melatih diri dan mengembangkan minat, maka setiap orang dapat meningkatkan kemampuan konsentrasinya sehingga menjadi kebiasaan yang mudah dilakukan ketika diperlukan. Konsentrasi juga merupakan suatu aktivitas, semakin kita praktekan dan latih, akan semakin baik pula kemampuan konsentrasi kita. Sama juga halnya dengan kita melatih anak untuk berkonsentrasi terhadap pembelajaran yang akan di ajarkan kepada anak-anak, semakin kita memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak, semakin anak akan selalu antusias dalam mengikuti pembelajarannya. Namun demikian ada beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya konsentrasi dan faktor yang menghambat konsentrasi.
Menurut Hakim (2002), menyebutkan faktor-faktor pendukung konsentrasi tersebut meliputi:
1) Faktor internal (faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang)
Faktor internal merupakan faktor pertama dan utama yang sangat menentuka apakah seseorang dapat melakukan konsentrasi. Secara garis besar, faktor-faktor ini meliputi hal-hal berikut:
a) Faktor Jasmani
Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang yang meliputi kesehatan badan secara menyeluruh seperti: (1) Kondisi badan yang normal menurut standar kesehatan atau bebas dari penyakit yang serius, (2) kondisi badan diatas normal atau fit akan lebih menunjang konsentrasi, (3) cukup tidur dan istirahat, (4) cukup makan dan minum serta makanan yang dikomsumsi memenuhi standar gizi untuk hidup sehat, (5) tidak mengalami gangguan fungsi otak, (6)selurh panca indra berfungsi dengan baik, (7) tidak mengalami gangguan saraf, (8) detak jantung normal, dan (9) irama napas berjalan dengan baik.
b) Faktor Rohani
Untuk dapat melakukan konsentrasi yang efektif, kondisi rohani seseorang setidak-tidaknya harus memenuhi hal-hal seperti: (1) kondisi kehidupan sehari-hari cukup tenang, (2) memiliki sifat baik, terutama sifat sabar dan konsisten (3) taat beribadah, (4) tidak dihinggapi berbgai jenis masalah yang terlalu berat, dan (5) tidak emosional.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal, ada tiga hal yang bisa mempengaruhi, antara lain:
a) Lingkungan
Untuk faktor lingkungan, misalnya, anak diberi tugas menggambar. Pada saat yang bersamaan, ia mendengar suara ramai dan itu lebih menarik perhatiannya sehingga tugasnya pun diabaikan. Berarti lingkungan mempengaruhi konsentrasinya.
b) Pola pengasuhan yang permissive
Pola pengasuhan permissive yaitu pengasuhan yang sifatnya menerima atau membolehkan apa saja yang anak lakukan. Sehingga anak kurang dilatih untuk menyelesaikan suatu tugas sampai selesai dan jika ia mengalami kesulitan orang tua bisa membantunya sehingga ia mampu menyelesaikannya tidak dibiarkan saja anak beralih melakukan sesuatu yang lain.
c) Psikologi
Faktor psikologi anak juga bisa mempengaruhi konsentrasi anak. Anak yang mengalami tekanan, ketika mengerjakan sesuatu ia bisa menjadi tidak konsentrasi sehingga tidak fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya, (Rohani, 2010). Contoh yang berbeda, misalnya "suasana di sekolah yang berbeda dengan suasana di rumah. Anak kaget, karena mempunyai teman yang lebih berani, sehingga ketakutan dan kekhawatiran si anak membuatnya sulit untuk konsentrasi. Akibatnya, konsentrasi di kelas untuk menerima pelajaran menjadi berkurang. Jadi, karena faktor psikologis anak yang disebabkan karena kurangnya kemampuan bersosialisasi bisa membuat anak menjadi kurang berkonsentrasi di sekolah.
Ivanka (2010:8-9), menyebutkan ada beberapa faktor yang menghambat konsentrasi, yaitu: (l)Belum memiliki tujuan terhadap apa yang dikerjakan, (2) kekurangan minat terhadap sesuatu yang dikerjakan, (3) urusan-urusan kecil atau pikiran-pikiran yang melintas dalam otak sehingga sering memecah perhatian yang dipusatkan, (4) gangguan kesehatan atau keletihan, (5) tidak percaya pada kemampuan diri sendiri, (6) rasa bosan, (7) kondisi fisik yang menurunatau rasa lelah, dan (8) lingkungan yang tidak mendukung (berisik, lingkungan berantakan, atau gangguan-gangguan yang tidak perlu)
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konsentrasi bukanlah bakat seseorang, namun kebiasaan yang dapat dilatih. Semakin kita latih akan menjadi kebiasaan yang mudah dilalukukan seseorang. Konsentrasi juga dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam dan luar seseorang. Faktor itulah yang akan mempengaruhi terjadinya konsentrasi seseorang.

c. Konsentrasi Untuk Anak Usia Dini
Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi berbeda-beda sesuai dengan usianya. Rentang perhatian anak dalam menerima informasi melalui aktivitas apapun juga berbeda. Rentang perhatian dan lama konsentrasi memiliki batas rata-rata dalam setiap tahap usia. Anak usia (1,0-2,0 tahun) memiliki rentang perhatian 5 menit, usia (3,0-4,0 tahun) memiliki rentang perhatian 10 menit, dan usia diatas 5 tahun sekitar 20 menit. Pendeknya rentan waktu konsentrasi anak bisa juga disebabkan karena kurangnya latihan atau stimulasi melakukan suatu tugas, Anderson (2008). Konsentrasi berperan penting karena dapat membantu perkembangan kognitif anak agar menjadi cerdas.
Rentang perhatian pada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya kurang menariknya materi, faktor lingkungan yang ramai, kesulitan anak untuk mengerjakan tugas atau kegiatan. Untuk anak-anak memang sangat dibutuhkan kemampuan yang aktif untuk menyampaikan materi dan disesuaikan dengan perkembangan motoriknya. Terkadang juga anak mengalami kesulitan berkonsentrasi, jika anak yang sulit berkonsentrasi anak tidak fokus dalam memperhatikan suatu hal atau perhatiannya terpecah dan mudah beralih untuk suatu pekerjaan, dia tidak bisa menuntaskannya sedikit-sedikit perhatiannya sudah berubah dan itu terjadi pada semua hal. Akan tetapi kesimpulan bahwa seorang anak sulit konsentrasi, baru bisa didapat setelah dibandingkan dengan anak normal umumnya.
Kekurang perhatian dapat menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam menerima pembelajaran. Sutardi (2007:46) mengemukakan gangguan pemusatan perhatian memberikan dampak sebagai berikut:
1) Kurang Perhatian, paling sedikit mencakup tiga dampak yaitu: sering gagal menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulai, sering tampak seperti tidak mendengarkan atau tidak memperhatikan, mudah bingung atau mudah terkecoh, dan kesulitan untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugas lainnya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »