PTK- PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Tuesday, February 23, 2016
PTK-(0016) PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN


Pada bab ini akan dibahas tentang kajian teori, peneliti yang relevan, kerangka berpikir, dan perumusan hipotesis. Kajian teori yang dipaparkan adalah teori-teori yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian yang akan dibahas beserta indikator-indikatornya. Peneliti yang relevan merupakan sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Kerangka berfikir akan membahas tentang landasan teori dan hipotesis akan berhubungan antar semua variabel dalam penelitian. Hipotesis tindakan akan mengulas tentang jawaban sementara melalui tindakan-tindakan yang dilakukan dengan hasil yang diharapkan.
A. Kajian Teori
1. Hakikat Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia
Manusia adalah mahkluk sosial dan tindakan pertama dan paling penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan tepat saling menukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan dan saling mengekpresikan, serta menyetujui suatu pendirian atau keyakinan. Oleh karena itu maka didalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-elemen umum yang disetujui bersama dan dipahami oleh sejumlah orang merupakan suatu masyarakat, untuk menghubungkan sesama anggota masyarakat maka diperlukanlah komunikasi.
Menurut pendapat Hubbard (1997: 51-72) dalam jurnal international yang berjudul Effective Communication Independent Study menjelaskan bahwa
komunikasi adalah aspek kehidupan yang menjelajahi dengan sangat mendalam, akhirnya menulis ratusan ribu kata tentang subjek vital ini. Keterampilan komunikasi sangat penting dalam setiap lingkup interaksi manusia. Bahkan, ketika semuanya telah dikatakan dan dilakukan, pada tingkat apa pun, komunikasi adalah satu-satunya aktivitas semua orang berbagi.
Komunikasi adalah aktivitas proses yang kompleks, dan menggunakan model akan membantu mengirim dan menerima komunikasi seseorang dan akan membantu memastikan bahwa orang lain menanggapi seperti yang diperlukan dalam keadaan darurat. Segera sebelum, selama, dan segera setelah keadaan darurat, personil tanggap darurat dan harus merespon dengan cepat. Waktu untuk berkomunikasi adalah terbatas, dan sering pesan tertentu yang harus menghasilkan tindakan praktis harus diteruskan kepada kelompok besar. Sebuah model yang sangat sederhana mengirim pesan secara efisien dan memunculkan respon yang diinginkan akan sangat berguna.
Dari pendapat Hubbard dapat disimpulkan bahwa manusia memerlukan komunikasi dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, komunikasi dikatakan berhasil jika pesan yang disampaikan komunikator mendapat tanggapan atau respon dari komunikan dan dalam komunikasi yang sifatnya darurat komunikator harus memperhatikan waktu sehingga pesan yang disampaikan akan mendapat umpan balik yang sesuai.
Dalam pendapatnya Bloomfield (1933: 21) mengemukakan bahwa "tulisan bukanlah bahasa, melainkan hanya sarana untuk mencatat bahasa, semua bahasa diucapkan atau dilisankan (all language were spoken) ". Bahasa merupakan alat komunikasi yang umum dalam masyarakat. Setiap masyarakat memiliki bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebenarnya ucapan.
Dalam berinteraksi masyarakat menggunakan bahasa lisan dan tulis. Bahasa lisan adalah alat komunikasi bema simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, selanjutnya saluran untuk memindahkannya adalah udara (St. Y. Slamet, 2009: 32). Untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa lisan secara efektif diperlukan keterampilan berbicara dan menyimak. Kesimpulan dari pendapat-pendapat di atas dalam berkomunikasi seseorang memerlukan bahasa yang telah menjadi consensus atau kesepakatan antara penyampai pesan maupun penerima pesan.
Berbicara merupakan kegiatan pembicara merencanakan dan melaksanakan tuturan atau ujaran secara lisan dengan memanfaatkan lambang-lambang fonetis untuk mencapai tujuan atau keperluan tertentu, misalnya mengungkapkan suatu gagasan, mengemukakan suatu pikiran, dan mengekspresikan perasaan. Adapun berdasarkan produknya, berbicara adalah pengiriman pesan tertentu dari seorang pembicara kepada kepada pendengar. Jadi, berbicara pada hakikatnya adalah produksi bahasa lisan yang yang dilakukan oleh seseorang pembicara kepada pendengar untuk mencapai tujuan tertentu (Taryono, tanpa tahun; Tarigan, 2008:15). Berdasarkan batasan berbicara tersebut dapat diketahui bahwa berbicara sangat erat kaitannya dengan menyimak. Berbicara merupakan salah satu bentuk kegiatan berbahasa yang bersifat produktif lisan. Dikatakan produktif karena pembicara mengungkapkan gagasan menggunakan lambang-lambang bunyi, baik yang berupa lafal, intonasi, kosakata/ungkapan, kalimat, dan wacana yang disebut bahasa. Di samping itu, pembicara juga menggunakan lambang nonkebahasaan, baik yang berupa ekspresi wajah (mimik), gerak anggota tubuh (gesture), kontak mata (eye contact), sikap tubuh, maupun posisi pembicara. Hal itu dilakukan karena kegiatan berbicara merupakan kegiatan berkomunikasi langsung antara pembicara dan penyimak. Dengan demikian, ada hubungan timbal balik antara pembicara dan penyimak. Keterampilan berbicara sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian juga dalam proses pembelajaran, keterampilan berbicara sangat diperlukan. Dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk mampu mengungkapkan gagasan dan informasi yang diperolehnya baik kepada guru maupun kepada siswa lain. Apalagi bagi seorang dosen atau guru, keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk menyampaikan informasi atau pertanyaan dan jawaban kepada pembelajar.
Bertolak dari kenyataan tersebut, siswa perlu dibekali keterampilan berbicara secara memadai. Sesuai dengan hakikat berbicara sebagai bentuk keterampilan menyampaikan gagasan atau pesan secara lisan kepada orang lain, yang disebut juga sebagai keterampilan berbahasa produktif, maka
pengembangan keterampilan berbicara hams dilakukan dengan memberikan pengalaman langsung kepada pebelajar untuk mengembangkan keterampilan berbicaranya. Oleh sebab itu, diperlukan strategi pembelajaran yang dapat secara langsung memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk mengekspresikan kemampuan berbicaranya dalam menanggapi suatu masalah.
Pada saat berbicara, seseorang tidak dapat secara langsung mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya. Dalam kegiatan berbicara, kelebihan dan kelemahan pembicara dapat diketahui secara langsung oleh lawan bicara (penyimak). Melalui pengetahuan tentang kelebihan dan kelemahan tersebut, pembicara dapat mengetahui apa yang harus diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya.
Sesuai dengan kecenderungan tersebut, hal ini juga sesuai dengan prinsip pembelajaran bahasa Indonesia, yakni harus disesuaikan dengan hakikat bahasa sebagai alat komunikasi, maksudnya bahwa pelaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia, termasuk keterampilan berbicara harus dilaksanakan dengan memperhatikan konteks pemakaian bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran keterampilan berbicara harus selalu dilaksanakan secara terpadu dengan keterampilan menyimak (pendekatan terpadu). Hal itu sesuai dengan kenyataan pemakaian bahasa dalam komunikasi.
Dalam kegiatan komunikasi lisan, kegiatan berbicara selalu dilakukan jika ada yang menyimak. Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran berbicara berlangsung secara serempak dengan pelaksanaan pembelajaran menyimak. Hal itu sesuai dengan hakikat pembelajaran terpadu bahasa dan sastra Indonesia, yakni konsepsi dan gambaran kegiatan belajar mengajar bahasa dan sastra Indonesia yang dapat membuahkan pengalaman belajar secara terpadu dan bermakna bagi aktivitas kehidupan pembelajar secara konkret.
Keterpaduan dalam pembelajaran itu antara lain ditandai oleh keterpaduan proses dan isi pembelajaran, mated dan proses pembelajaran secara lintas kurikulum, isi pembelajaran dengan fakta yang dipelajari, kesesuaian pengalaman dan pengetahuan awal dengan sesuatu yang dipelajari, pemahaman, keterampilan, keterpaduan aktivitas berpikir secara kritis maupun kreatif, maupun keterpaduan peran pengajar, pebelajar, dan masyarakat (Saryono, diktat tanpa tahun).
Kegiatan pembelajaran berbicara dipadukan dengan pembelajaran menyimak dengan didasarkan pada hakikat menyimak sebagai proses memahami dengan sungguh-sungguh informasi, gagasan, dan pesan yang disampaikan pembicara serta menelaah mated simakan melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi.
Berbahasa merupakan proses keterkaitan antara keterampilan-keterampilan yang ada di dalamnya. Dalam pendapatnya, Tompkis dan Hoskisson (1995: 57) menyebutnya sebagai proses berbahasa yang sangat misterius. Pemaduan kegiatan berbicara dan menyimak dalam pembelajaran berbicara antara lain dapat dilaksanakan dengan menugasi pebelajar untuk

Artikel Terkait

Previous
Next Post »