(KODE : 0001-PENDMIPA) SKRIPSI PENDIDIKAN MATEMATIKA EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION) DAN KREATIFITAS PEMECAHAN MASALAH (CREATIVE PROBLEM SOLVING) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KUBUS DAN BALOK BAGI PESERTA DIDIK KELAS VIII
1. Landasan teori
A. Pengertian belajar
Belajar adalah modifikasi atau pengaruh kelakuan melalui pengalaman (Hamalik, 2005: 27). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hal tersebut bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Selain itu pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Oleh karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi proses suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. (Hudoyo, 1990 : 1). Menurut Gagne (dalam Suherman. 2003:33-34) belajar dapat dikelompokkan menjadi delapan tipe belajar, yakni belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, belajar membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah. Belajar pemecahan masalah merupakan Di dalam belajar terdapat tugas masalah pokok, yaitu:
1. Masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar.
2. Masalah mengenai bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip mana dan prinsip mana yang dilaksanakan.
3. Masalah mengenai hasil belajar.
B. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik lain (Suyitno, 2006 : 1). Menurut Anton Moeliono (dalam Suyitno, 2006 : 1) matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Matematika pada dasarnya bercorak humanistik karena merupakan bagian dari pengetahuan dari uraian tersebut, pembelajaran matematika adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan untuk menyelesaikan masalah tentang ilmu bilangan-bilangan.
Adapun tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1. melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
2. mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imaginasi, intuisi dan penemuan, melambangkan kemampuan pemecahan masalah, dan
4. mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan.
C. Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME)
Realistic Mathematics Education (RME)merupakan model pembelajaran matematika di sekolah yang bertitik tolak pada hal-hal yang real bagi kehidupan siswa (Suyitno, 2006:36). Siswa harus diberi kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas pada semua topik dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian, RME menekankan pada peserta didik dalam berdiskusi, process of doing mathematics, berkolaborasi, berargumentasi, dan mencari simpulan dengan teman sekelas dengan cara ini diharapkan siswa dapat menemukan sendiri bentuk penyelesaian suatu soal atau masalah yang diberikan kepada mereka. Jadi model pembelajaran RME dapat dipandang sebagai model pembelajaran yang dilaksanakan agar kompetensi dasar dapat dicapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan informal khususnya dalam pemecahan masalah. Karakteristik RME:
1. penggunaan konteks real sebagai titik tolak belajar matematika,
2. penggunaan model yang menekankan penyelesaian secara informal sebelum menggunakan cara formal atau menggunakan rumus,
3. adanya upaya pengaitan sesama topik dalam pelajaran matematika,
4. penggunaan metode interaktif dalam belajar matematika, dan
5. adanya upaya untuk menghargai keberagaman jawaban siswa dan kontribusi siswa.
1. Guru menyiapkan satu atau dua soal realistik (ada kaitanya dengan kehidupan sehari-hari)yang akan dikerjakan para siswa secara informal atau coba-coba(karena langkah penyelesaian formal untuk menyelesaikan soal tersebut belum diberikan).
2. Guru menyimpulkan hasil pekerjaan siswa. Menurut Suyitno(2006:37), implementasi RME di sekolah meliputi hal-hal berikut.
3. Guru mengkoreksi hasil pekerjaan siswa dengan berprinsip pada penghargaan terhadap keberagaman jawaban siswa dan kontribusi siswa.
4. Guru dapat menyuruh beberapa siswa untuk menjelaskan temuannya di depan kelas.
5. Dengan tanya jawab, guru dapat mungkin mengulang jawaban siswa (tidak harus temtama jika ada pembiasaan konsep).
6. Setelah itu guru bam menunjukkan langkah formal yang diperlukan untuk
menyelesaikan soal tersebut. Bisa didahului dengan penjelasan tentang
mated pendukungnya.
Menurut Suharta (2003) implementasi RME di kelas meliputi tiga fase sebagai berikut :
1. Fase Pengenalan
Pada fase ini guru memperkenalkan masalah realistik dalam matematika dan mengkaitkan masalah yang dikaji ke dalam pengalaman siswa sebelumnya untuk memberi pemahaman masalah.
2. Fase Eksplorasi
Dalam fase eksplorasi ini, siswa bekerja secara kelompok, selanjutnya membuat model situasi masalah kemudian membuat dugaan yang selanjutnya muncul adanya strategi-strategi pemecahan masalah.
3. Fase Meringkas
Siswa mengadakan dugaan, pertanyaan, bernegosiasi, memberikan alternatif pemecahan masalah, memberikan alasan, memperbaiki strategi dan dugaan, dan membuat keputusan pengajaran yang memungkinkan siswa mengaplikasikan konsep atau pengetahuan matematika formal.
Implementasi pembelajaran matematika dengan pendekatan RME dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pendahuluan
a. Peserta didik diberitahu tujuan pembelajaran dan model pembelajaran yang akan dipakai.
b. Peserta didik diberi motivasi dan apersepsi berupa cerita realistik.
2. Kegiatan inti
a. Fase Pengenalan
Siswa diberi masalah atau soal realistik.
b. Fase Eksplorasi
1) Peserta didik dibentuk kelompok-kelompok belajar.
2) Tiap kelompok diberi LKS tentang materi yang dipelajari sebagai tuntunan untuk mengerjakan masalah atau soal secara informal.
3) Peserta didik menyelesaikan masalah yang diberikan guru.
c. Fase Meringkas
Setelah diskusi kelompok, guru meminta salah satu kelompok menulis hasil strategi-strategi informal mereka yang selanjutnya digunakan untuk mengkonstruksikan pengetahuan formal.
2) Siswa yang lain memperhatikan dan diberi kesempatan untuk bertanya, menyanggah hasil pekerjaan kelompok yang sedang menuliskan pekerjaannya.