SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI

Friday, January 15, 2016
(0002-PGPAUD) SKRIPSI IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI

BAB II
METODE PEMBIASAAN PADA PENGEMBANGAN MORAL KEAGAMAAN ANAK USIA DINI
A. METODE PEMBIASAAN
1.  Pengertian Metode Pembiasaan
Metode merupakan cara yang telah teratur dan telah terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.40 Menurut pendapat Mahmud Yunus yang dikutip Armai Arief, metode adalah "Jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya seseorang sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan, perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya".
Secara etimologi, pembiasaan berasal dari kata "biasa". Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, "biasa" berarti 1) Lazim atau umum, 2) Seperti sedia kala, 3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefiks "pe" dan sufiks "an" menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa. Dalam kaitannya dengan metode pengajaran pendidikan agama Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap, bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.42 Metode Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk melatih anak agar memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang umumnya berhubungan dengan pengembangan kepribadian anak seperti emosi, disiplin, budi
40 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hlm 232. pekerti, kemandirian, penyesuaian diri, hidup bermasyarakat, dan lain sebagainya.
Pembiasaan menurut Zainal Aqib merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan perilaku anak, yang meliputi perilaku keagamaan, sosial, emosional dan kemandirian. Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Kebiasaan adalah pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukan secara berulang-ulang untuk hal yang sama.
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Metode pembiasaan juga tergambar dalam Al-Qur'an dalam penjabaran materi pendidikan melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang negatif. Kebiasaan ditempatkan oleh manusia sebagai sesuatu yang istimewa. Ia banyak sekali menghemat kekuatan manusia, karena sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang pekerjaan, berproduksi dan aktivitas lainnya. Demikian halnya dengan cara mendidik anak. Untuk dapat membina agar anak mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan menggunakan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan hal-hal yang baik yang diharapkan nanti dia akan memiliki sifat itu, serta menjauhi sifat tercela. Kebiasaan dan latihan itulah yang membuat dia cenderung untuk melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk. Maka, semakin kecil umur anak, hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan agama dilakukan pada anak. Dan semakin bertambah umur anak, maka hendaknya semakin bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang agama itu diberikan sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembiasaan berarti cara untuk melakukan suatu tindakan dengan teratur dan telah terpikir secara baik-baik dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan.

2.  Dasar dan Tujuan Pembiasaan
Pendidikan agama Islam sebagai pendidikan nilai maka perlu adanya pembiasaan-pembiasaan dalam menjalankan ajaran Islam, sehingga nilai-nilai ajaran Islam dapat terinternalisasi dalam diri peserta didik, yang akhirnya akan dapat membentuk karakter yang Islami. Nilai-nilai ajaran Islam yang menjadi karakter merupakan perpaduan yang bagus (sinergis) dalam membentuk peserta didik yang berkualitas, di mana individu bukan hanya mengetahui kebajikan, tetapi juga merasakan kebajikan dan mengerjakannya dengan didukung oleh rasa cinta untuk melakukannya. Pembentukan karakter seseorang (terutama peserta didik) bersifat tidak alamiah, sehingga dapat berubah dan dibentuk sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin. Sebagaimana perintah Rasulullah SAW kepada orang tua, dalam hal ini para pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan sholat, tatkala mereka berumur tujuh tahun. Hal tersebut berdasarkan hadits di bawah ini: Artinya: "Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan sholat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka". ( HR. Abu Dawud )
Membiasakan anak shalat, lebih-lebih dilakukan secara berjamaah itu penting. Sebab dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang sangat penting, karena banyak dijumpai orang berbuat dan bertingkah laku hanya karena kebiasaan semata-mata. Tanpa itu hidup seseorang akan berjalan lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu seseorang harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan. 50
Mendidik anak dengan metode pembiasaan juga didasarkan pada hadis nabi Muhammad saw, yang berbunyi :
" Dari Aisyah ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : " Amalan-amalan yang disukai Allah adalah amalan-amalan yang dikerjakan secara langgeng (menjadi suatu kebiasaan), walau amalan itu sedikit " (HR. Muslim)
Merujuk pada hadits tersebut, maka jelas bahwa dalam mendidik anak usia dini, metode pembiasaan positif sangat tepat digunakan.
Zakiah Darajat berpendapat: " Orang tua adalah Pembina pribadi yang utama dalam hidup anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak berlangsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. 52 ketika mencermati pendapat tersebut, maka pendidikan anak usia dini dengan metode pembiasaan positif sangatlah tepat karena pada masa ini anak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat baik perkembangan fisik maupun psikisnya. Pada saat ini anak masih mudah dipengaruhi dan diajak untuk membiasakan diri pada hal-hal yang baik. Sehingga kebiasaan-kebiasaan yang telah ditanamkan sejak dini sangat melekat pada dirinya dan dibawa sepanjang hidupnya.
Hal ini juga senada dengan pendapat para tokoh pendidikan seperti John Locke yang terkenal dengan teori "Tabularasa"nya yang menyampaikan bahwa manusia lahir itu seperti kertas putih yang masih bersih sehingga tergantung dari orang tuanya akan menulisi apa. Menurutnya segala sesuatu yang ada dalam pikirannya berasal dari pengalaman inderawi. Artinya dengan pengamatan panca indera akan mengisi jiwa dengan kesan-kesan yang dengan jalan sintesis, analisis, dan perbandingan diolah menjadi pengetahuan.
Adapun ciri dari didaktis John Locke adalah : a) belajar seperti bermain, 2) mengajarkan mata pelajaran berturut-turut, tidak sama, 3) mengutamakan pengalaman dan pengamatan, 4) mengutamakan budi pekerti. Beliau mementingkan kepatuhan si anak. Dari permulaan atau sejak dini anak harus dibiasakan pada hal-hal yang baik. Pendidikan menurut John Locke bersifat utilities, yang didasarkan atas dasar kegunaan. Beliau beranggapan bahwa proses pendidikanlah yang memberi banyak hal kepada anak. 53 Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Sina yang dikutip oleh Abudin Nata tentang metode pengajaran terdapat metode pembiasaan dan teladan bagi anak. Beliau menyampaikan bahwa pembiasaan adalah salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam mengajarkan akhlak. Cara tersebut secara umum dilakukan dengan pembiasaan dan teladan yang disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak.54
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pembiasaan positif yang ditanamkan sejak dini sangat memberikan pengaruh positif pula pada masa yang akan datang. Sebagaimana pepatah arab disebutkan :
" yang artinya adalah " Barang siapa membiasakan sesuatu di waktu mudanya maka di waktu tuanya akan menjadi kebiasaannya pula ". Yang dimaksud pembiasaan disini adalah pembentukan keterampilan berucap, berbuat sesuai dengan yang diajarkan agama. Pembiasaan ini mempunyai arti yang penting karena merupakan sarana paling efektif guna pembentukan pribadi yang shaleh. Lagi pula pada masa usia dini anak cenderung bersifat imitatif atau suka meniru apa yang dilihat dan diketahui. Sehingga ketika yang dilihat dan diketahui oleh anak itu adalah hal-hal yang baik dan dibiasakan sejak dini maka akan sangat efektif bagi pembentukan pribadi yang baik.
Al-Ghazali mengatakan: "Anak adalah amanah orang tuanya. Hatinya yang bersih adalah permata berharga nan murni, yang kosong dari setiap tulisan dan gambar. Hati itu siap menerima setiap tulisan dan cenderung pada setiap yang ia inginkan. Oleh karena itu, jika dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu tumbuh di atas kebaikan itu maka bahagialah ia di dunia dan akhirat, orang tuanya pun mendapat pahala bersama.
Kutipan di atas memperjelas kedudukan metode pembiasaan bagi perbaikan dan pembentukan akhlak melalui pembiasaan. Dengan demikian pembiasaan yang dilakukan sejak dini akan berdampak besar terhadap kepribadian /akhlak anak ketika mereka telah dewasa. Sebab pembiasan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dengan demikian metode pembiasaan sangat baik dalam rangka mendidik moral dan akhlak anak. 3.  Bentuk-bentuk Pembiasaan
Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini meliputi aspek perkembangan moral

Artikel Terkait

Previous
Next Post »