SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG TEKNIK PERAWATAN LUKA POST OPERASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL

Monday, January 18, 2016
(0006-KEPERAWATAN) SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG TEKNIK PERAWATAN LUKA POST OPERASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL 

BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Infeksi
Infeksi adalah invasi tubuh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Perry & Potter, 2005). Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam tubuh penjamu (Linda Tietjen, 2004).
Infeksi merupakan interaksi antara mikroorganisme dengan penjamu rentan yang terjadi melalui kode transmisi kuman yang tertentu. Cara transmisi mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, dan dengan kontak langsung. Di Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya, infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas, dari petugas ke petugas, dari petugas ke pasien dan antar petugas. (RS Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso,2007 )
Infeksi adalah masuknya oraganisme kedalam jaringan tubuh dan berkembang biak. Mikroorganisme seperti itu disebut agen yang menular. Jika mikroorganisme tidak memproduksi bukti-bukti klinis infeksinya disebut asymptomatic atau subclinical. (Aptej asumana,2009)
Dari beberapa pengertian tentang infeksi diatas peneliti menyimpulkan bahwa infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme pada penjamu rentan yang terjadi melalui kode transmisi kuman yang tertentu, cara transmisi mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, dan dengan kontak langsung.

B. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan. Rumah sakit merupakan satu tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik. (Perry & Potter, 2005).
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi setelah pasien dirawat minimal 3 x 24 jam di rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi melalui rantai atau siklus infeksi dimana siklus tersebut menggambarkan komponen-komponen yang berperan dalam penyebaran infeksi nosokomial. (Ahmad Fauzi,2007)
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat seseorang dalam waktu 3 x 24 jam sejak dirawat di Rumah Sakit. Infeksi dapat terjadi setiap saat dan di setiap tempat di Rumah Sakit, diantara beberapa tempat di Rumah Sakit yang sering terjadi penyebab infeksi nosokomial adalah tempat perawatan pasien. (Farida, 1999)
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan setelah dirawat 2 x 24 jam. Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan tidak dalam inkubasi. Itu pun bukan dampak dari infeksi penyakit yang telah dideritanya. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung, dan penunggu pasien merupakan kelompok yang paling berisiko mendapat infeksi nosokomial karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien ke pengunjung atau keluarga, ataupun dari petugas ke pasien. (Marlina Siahaan,2008)

C. Penyebab Infeksi Nosokomial
Penularan kuman penyebab infeksi nosokomial dapat terjadi melalui :
1. Infeksi sendiri (self infection): yaitu infeksi nosokomial berasal dari penderita sendiri (flora endogen) yang berpindah tempat dari satu jaringan kejaringan lain.
2. Infeksi silang (cross infecsion): yaitu infeksi nosokomial terjadi akibat penularan dari penderita / orang lain di rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Infeksi lingkungan (enviromental infection): yaitu infeksi yang disebabkan kuman yang didapat dari bahan / benda di lingkungan rumah sakit

D. Epidemiologi Infeksi Nosokomial
Epidemiologi ialah penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyebaran penyakit pada sekelompok orang. Penyebab infeksi pada umumnya mempunyai mata rantai, begitu juga infeksi nosokomial. Mula-mula kuman keluar dari sumber infeksi melalui tempat keluar (Port of exit) dengan media tertentu. Setelah itu berpindah atau menular secara langsung atau tidak langsung kepada inang perantara melalui tempat masuk (Port of entry) mencapai hospes baru yang rentan.
Jadi ada tiga faktor determinan yang menyebabkan suatu infeksi (termasuk infeksi yang diperoleh di rumah sakit) yaitu: sumber infeksi, rute penyebaran mikroorganisme, dan host yang rentan terhadap infeksi.

E. Sumber Infeksi
Sumber penyebab infeksi nosokomial yaitu manusia, benda, aliran udara, makanan, dan hewan. Yang terbanyak menjadi sumber mikroorganisme yang patogen adalah manusia. (Paker, 1978) menyatakan kuman penyebab infeksi nosokomial secara umum dibedakan menjadi tiga tipe umum yaitu:
1. Mikroorganisme yang konvensional, kuman penyebab penyakit pada orang sehat yang tidak memiliki kekebalan khusus seperti: virus influenza.
2. Mikroorganisme kondisional, kuman ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi secara klinis pada bagian tubuh tertentu apabila terdapat faktor- faktor predisposisi seperti: pseudomonas sp, proteus sp.
3. Mikroorganisme oppurtunistik, kuman yang menyebabkan penyakit menyeluruh pada orang yang sakit seperti: mycobacterium sp, nocardia.

F. Rute Penularan
Kuman patogen keluar dari sumbernya mempunyai cara bagi pemindah sebarannya dan mempunyai pintu masuk ke dalam host yang rentan. Jalur infeksi yang dilalui kuman menuju host memerlukan beberapa mata rantai:
1. Reservoir Agen
Reservoir adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak dapat berkembang biak; pseudomonas bertahan hidup dan berkembang biak dalam reservoar nebuliser yang digunakan dalam perawatan klien dengan gangguan pernafasan. Resevoar yang paling umum adalah tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan rongga tubuh, cairan dan keluaran. Adanya mikroorganisme tidak selalu menyebabkan seseorang menjadi sakit. Carrier (penular) adalah manusia atau binatang yang tidak menunjukan gejala penyakit tetapi ada patogen dalam tubuh mereka yang dapat ditularkan ke orang lain. Misalnya, seseorang dapat menjadi carrier virus hepatitis B tanpa ada tanda dan gejala infeksi. Binatang, makanan, air, insekta, dan benda mati dapat juga menjadi reservoar bagi mikroorganisme infeksius. Untuk berkembang dengan cepat, organisme memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH, dan cahaya.
2. Portal keluar (Port of exit)
Setelah mikrooganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak, mereka harus menemukan jalan ke luar jika mereka masuk ke penjamu lain dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai tempat, seperti kulit dan membran mukosa, traktus respiratorius, traktus urinarius, traktus gastrointestinal, traktus reproduktif dan darah.
3. Cara penularan (mode of transmision)
Cara penularan bisa langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya: darah / cairan tubuh, dan hubungan kelamin, dan secara tidak langsung melalui manusia, binatang, benda-benda mati, dan udara.
4. Portal masuk (Port of entry)
Sebelum infeksi, kuman harus memasuki tubuh. Kulit adalah bagian rentang terhadap infeksi, namun adanya luka pada kulit merupakan tempat masuk kuman. Kuman dapat masuk melalui rute yang sama untuk keluarnya kuman.
5. Kepekaan dari host (host susceptibility)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agens infeksius. Kerentanan tergantung pada derajat ketahanan individu terhadap patogen. Makin virulen suatu mikroorganisme makin besar kemungkinan kerentanan seseorang. Makin virulen suatu organisme, maka makin besar kemungkinan kerentanan seseorang. Resistensi seseorang terhadap agens infeksius ditingkatkan dengan vaksin.

G. Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Nosokomial
Ada 2 (dua) faktor yang memegang peranan penting terjadinya infeksi nosokomial yaitu: faktor endogen, yaitu faktor yang ada pada penderita sendiri seperti umur, jenis kelamin, day a tahan tubuh dan penyakit penyerta. Faktor , yaitu faktor yang dari luar penderita seperti lingkungan, dan tindakan medis (Joko, 1991). Namun terdapat karakteristik yang melekat pada perawat itu sendiri yang tentunya dapat mempengaruhi tingkat pencegahan infeksi nosokomial.
Berikut adalah karakteristik perawat yang dikutip dari berbagai sumber:
1. Tingkat pendidikan
Menurut (Green, 1980) tingkat pendidikan merupakan faktor predisposisi seseorang untuk berperilaku, sehingga latar belakang pendidikan merupakan faktor yang mendasar dan memotivasi terhadap perilaku atau memberikan referensi pribadi dalam pengalaman belajar

Artikel Terkait

Previous
Next Post »