SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP

Wednesday, January 27, 2016
(0022-FKM) SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP

BAB II 
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kinerja
2.1.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau hasil yang dipacai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Performansi kerja adalah sesuatu hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan atau dengan kata lain sesuatu yang berhubungan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjaanya. Orang yang tingkat kinerjanya tinggi disebut orang yang produktif, sebaliknya orang yang tingkat kinerjanya rendah atau tidak mencapai standar dikatakan tidak produktif atau perfomansinya rendah (Moh. As'ad, 2004:48).
2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Beberapa ahli telah mengemukakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja. Ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Variabel individu mencakup sub variabel kemampuan dan ketrampilan (fisik dan mental), latar belakang (keluarga, tingkat sosial, pengalaman) serta demografis (umur, asal usul, jenis kelamin). variabel organisasi meliputi subvariabel sumberdaya, kepemimpinan, imbalan dan desain pekerjaan. Variabel
psikologis terdiri dari subvariabel motivasi, persepsi, sikap, kepribadian dan belajar ( Muchlas M., 1999:24) . berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja: 2.1.1.2.1 Faktor Individu
1. Umur
Hubungan kinerja dengan umur sangat erat kaitannya, alasanya adalah adanya keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya usia. Pada karyawan yang berumur tua juga dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru. Namun di lain pihak ada sejumlah kualitas positif yang ada pada karyawan yang lebih tua, meliputi pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat, dan komitmen terhadap mutu (Stephen P. Robbins, 2001:46).
2. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, sosiabilitas, atau kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang, dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinaanya dari pada wanita dalam memiliki pengharapan untuk sukses (Stephen P. Robbins, 2001:46).
Masih terdapat debat soal perbedaan pria dan wanita mengenai prestasi dalam pekerjaan, absensi, dan tingkat pergantian. Tidak ada data pendukung yang menyatakan bahawa pria atau wanita adalah pekerja yang lebih baik. Hanya dalam bidang absensi perbedaan sering ditemukan. Wanita mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi (Gibson, 1996:130).
3. Masa kerja
Masa kerja ternyata berhubungan secara negatif dengan keluar masuknya karyawan dan kemangkiran, manun memiliki hubungan yang positif terhadap produktifitas kerja (Stephen P Robbin, 2001:49). Masa kerja yang lama akan cenderung membuat seorang karyawan merasa betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradapatasi dengan lingkungannya yang cukup lama sehingga seseorang karyawan akan merasa nyaman dengan pekerjaanya (Robert Kreitner dan Agelo Kinicki, 2003: 275).
4. Tingkat Pendidikan
Dengan bertambahnya tingkat pendidikan atau jenjang pendidikan maka akan meningkat pula kemampuan dan ketrampilan seseorang. Banyak penelitian menemukan hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan dengan kinerja. Hal tersebut lebih disebabkan karena perbedaan harapan pekerja yang berpendidikan tinggi cenderung berpengharapan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi (Gitosudarmo,2000:18).
5. Status Perkawinan
Seorang tenaga kerja yang menikah lebih sedikit absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah dan lebih puas dengan pekerjaan mereka dari pada rekan sekerjanya yang masih bujangan. Perkawinan memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan penting (Stephen P. Robbins, 2001:5).
6. Ras atau Suku Bangsa Perawat
Pada studi flaugher, campbell dan pike menunjukkan bahwa supervisor yang mengadakan penilaian kinerja bagi orang kulit hitam dan kulit putih ternyata, orang yang berkulit hitam memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan kerja yang berkulit putih (Gomes, F.C, 2003:45).
2.1.1.2.2 Faktor Psikologis 1. Motivasi
Motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang untuk bangkit menjalankan tugas pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan motivasi kerja adalah kondisi yang mempengaruhi, membangkitkan, menggerakkan dan memelihara perilaku seseorang untuk melaksanakan pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Suyanto, 2008:56). Motivasi kerja seseorang sangat berpengaruh terhadap kinerja yang dapat dicapai dalam pekerjaanya karena dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang akan membuat orang tersebut terdorong untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Suyanto, 2008:66).
Menurut teori expectancy oleh Vroom dalam Moh As'ad (2004:60) menyatakan bahwa jika seseorang karyawan mempunyai harapan yang besar dapat berprestasi tinggi dan jika ia menduga bahwa dengan tercapainya prestasi yang tinggi ia akan merasakan akibat-akibat yang ia harapkan, maka ia akan mempunyai motivasi yang tinggi untuk bekerja. Sebaliknya jika karyawan merasa yakin bahwa ia tidak akan dapat mencapai prestasi kerja sesuai yang diharapkan, maka ia akan kurang motivasinya untuk bekerja.
2.1.1.2.3 Faktor Organisasi
1. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi kerja organisasi karena kepemimpinan merupakan aktivitas yang utama agar tujuan organisasi tercapai. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan (Wursanto, 2005:196). Menurut sulvian dan decker (1989) dalam Suyanto (2008:96) bahwa kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan seorang dalam mempengaruhi orang lain, untuk melaksanakan seseuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan. Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan ketrampilan seorang pimpinan perawat dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasanya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.
2. Kompensasi
Faktor yang penting untuk meningkatkan prestasi kerja adalah pemberian kompensasi. Kompensasi adalah apa yang dapat diberikan oleh organisasi atau perusahaan bagi individu. Tujuan organisasi tidak akan tercapai jika msing-masing individu tidak memberikan kinerjanya yang terbaik bagi perusahaan. Begitu juga individu tidak akan memberikan kinerja terbaiknya jika perusahaan tidak memberikan kompensasi yang layak dan adil (Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, 2006:217)
Pemberian kompensasi ada dua macam, yaitu kompensasi langsung adalah gaji, bonus, insentif. Kompensasi tidak langsung adalah pembayaran upah untuk waktu tidak bekerja misalnya, hari-hari sakit, cuti, izin, atau alasan lain; perlindungan ekonomi terhadap bahaya; misalnya asuransi, tunjangan hari tua, tunjangan koperasi (Hani T. Handoko, 1995:25).
3. Rekan Kerja
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja adalah faktor sosial, yang merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama tenaga kerja ataupun dengan atasanya, maupun sesama pegawai yang berbeda jenis pekerjaanya (Moh. As'ad,2004:47). 2.1.1.3 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen atau penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja dengan uraian atau diskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja masing-masing tenaga kerja dalam mengembangkan kualitas kerja, pembinaan selanjutnya, tindakan perbaikan atas pekerjaan yang kurang sesuai dengan deskripsi pekerjaan, serta untuk keperluan yang berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan. Penilaian kinerja terhadap tenaga kerja biasanya dilakukan manajemen atau penyelia penilai yang hierarki nya langsung diatas tenaga kerja

Artikel Terkait

Previous
Next Post »