Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Hakim Matondang dengan judul penelitian "Analisis Faktor - Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil" pada tahun 2006, diperoleh kesimpulan bahwa faktor yang paling umum dijumpai dari para wirausahawan untuk memulai usaha kecilnya adalah tension modalities (alasan faktor pemaksa).
Penelitian yang dilakukan oleh Rike Setiawati dan Sophia Amin dengan judul penelitian "Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Wanita pada Industri Kecil di Kota Jambi" pada tahun 2001, diperoleh 2 kesimpulan. Kesimpulan pertama adalah tenaga kerja yang terserap dalam industri kecil komoditas kerajinan dan makanan di Kota Jambi yaitu 2556 orang yang terdiri dari 54% dan tenaga kerja wanita mencapai sekitar 46%. Tenaga kerja wanita sebagian besar berpendidikan SMU (54 %) dengan rata-rata umur 15-24 tahun dan yang berpendidikan tingkat SD sebanyak 20% dengan tingkat umur yang sama. Sebagian besar motivasi kerja bagi tenaga kerja wanita tersebut adalah untuk menambah penghasilan keluarga (64%) dengan membutuhkan waktu kerja lebih dari 6 jam dan 36 persennya bukan bermotivasi untuk menambah penghasilan. Kesimpulan kedua adalah variabel pendidikan dan kondisi kerja serta sarana kerja tidak berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja wanita pada industri kecil di Kota Jambi.
Sedangkan menurut penelitian dari Proyek Peningkatan Peran Usaha Swasta {Private Enterprise Participation Project) tentang wanita pengusaha di Indonesia pada tahun 2003 menyebutkan, fakta bahwa 35 % wanita mengalami kesulitan administrasi dalam memperoleh pinjaman. (www, eksekutif. com)
B. Pengertian Wirausaha
Istilah wirausaha ini berasal dari bahasa Perancis yaitu entrepreneur yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between.
Sebagai contoh dari pengertian go-between atau perantara yang dimaksudkan dalam istilah bahasa Perancis, entrepreneur adalah pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran dagang ke timur jauh. Dia setuju menandatangani kontrak untuk menjual barang dari seorang pengusaha. Kontrak ini memberikan pinjaman dagang kepada Marcopolo dengan bagian keuntungan sebesar 22,5% termasuk asuransi. Pemilik modal tidak menanggung resiko apa-apa sedangkan si pedagang yang berlayar menanggung resiko besar. Pada saat pelayaran tiba di tujuan dan barang dagangan dijual maka si pemilik modal menerima kentungan lebih dari 75% sedangkan si pedagang menerima keuntungan yang lebih kecil. Perkembangan teori dan istilah entrepreneur adalah sebagai berikut:
1. Abad Pertengahan diartikan sebagai aktor atau orang yang bertanggung jawab dalam proyek produksi berskala besar.
2. Abad 17 diartikan sebagai orang yang menanggung resiko untung rugi dalam mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan fixed price (harga tetap).
3. Tahun 1725, Richard Cantillon menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko yang berbeda dengan orang yang memberi modal.
4. Tahun 1797, Bedeau menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko, yang merencanakan, supervisi, mengorganisasi dan memiliki.
5. Tahun 1803, Jean Baptist Say menyatakan adanya pemisahan antara keuntungan untuk wirausaha dan keuntungan untuk pemilik modal.
6. Tahun 1876, Francis Walker membedakan antara orang yang menyediakan modal dan menerima bunga , dengan orang yang menerima keuntungan karena keberhasilannya memimpin usaha.
7. Tahun 1934, Joseph Schumpeter menyatakan bahwa wirausaha adalah seorang
inovator dan mengembangkan teknologi.
8. Tahun 1961, David McLelland menyatakan bahwa wirausaha adalah seorang yang
energik dan membatasi resiko.
9. Tahun 1964, Peter Drucker menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang
yang mampu memanfaatkan peluang.
10. Tahun 1975, Albert Shapero menyatakan bahwa wirausaha adalah seorang yang
memiliki inisiatif, mengorganisir mekanis sosial dan ekonomi, dan menerima resiko
kegagalan.
11. Tahun 1983, Gifford Pinchot menyatakan seorang intrapreneur adalah seorang
entrepreneur dari dalam organisasi yang sudah ada / organisasi yang sedang
berjalan.
12. Tahun 1985, Robert Hisrich menyatakan : Enterpreneur is the process of creating
something different with value by devoting the necessary time and effort, assuming
the accompanying financial, psychological, and social risk and receiving the
resulting rewards of monetary and personal satisfaction.
(Wirausaha adalah merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya) .
Sumber : Robert D. Hisrich dan Michael P. Peters dalam Alma( 2005:20) Menurut Zimmerer (2005:3), seorang wirausaha adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya. Para peneliti telah menghabiskan banyak waktu dan usaha dalam dasawarsa terakhir ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kepribadian kewirausahaan. Walaupun penelitian ini berhasil mengidentifikasi beberapa karakteristik yang cenderung terlihat pada wirausahawan, tidak ada satupun dari kajian in yang berhasil memisahkan ciri-ciri yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan. Kita sekarang sampai pada rangkuman ringkas mengenai profil kewirausahaan :
a. Menyukai tanggung jawab
Wirausahawan merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat. Mereka lebih menyukai dapat mengendalikan sumber-sumber daya mereka sendiri dan menggunakan sumber-sumber daya tersebut untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan sendiri.:
b. Lebih menyukai resiko menengah
Wirausahawan bukanlah seorang pengambil resiko liar, melainkan selain seorang yang mengambil resiko yang diperhitungkan. Tidak seperti penjudi, wirausahawan jarang berjudi. Wirausahawan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka biasanya melihat peluang di daerah yang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang dan pengalamannya yang akan meningkatkan kemungkinan keberhasilannya.
c. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil
Wirausahawan pada umumnya memilki banyak keyakinan atas kemampuan untuk berhasil. Mereka cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme mereka biasanya berdasarkan kenyataan. Salah satu penelitian dari National Federation of Independent Business (NFIB) menyatakan bahwa sepertiga dari wirausahawan menilai peluang berhasil mereka mencapai 100 persen. Tingkat optimisme yang tinggi kiranya dapat menjelaskan mengapa kebanyakan wirausahawan yang berhasil juga pernah gagal dalam bisnis sebelum akhirnya berhasil.