(KODE : 0007-PAI) : SKRIPSI IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DI SEKOLAH
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sejarah Singkat Perkembangan Total Quality Management (TQM)
Evolusi gerakan total quality dimulai dari masa studi waktu dan gerak bapak manajeman ilmiah, Frederick Winston Taylor, pada dekade 1920-an tabel dibawah ini menunjukkan beberapa peristiwa dalam evolusi gerakan total quality di amerika serikat yang telah dirangkum Beberapa kejadian penting dalam gerakan kualitas di USA.
1911 Frederick W. Taylor. Mempublikasikan bukunya The Principles of Scentific Management, yang melahirkan berbagai teknik, seperti Studi Waktu dan Gerak.
1931 Walter A. Shewhart dari Bell Laboratories memperkenalkan Statistical Quality Control dalam bukunya Economic Control Of Quality Of Manufactured Products
1940 W. Edwards Deming membantu U.S. Bureau Of Census dalam menerapkan teknik-teknik sampling statistik.
1941 W. Edwars Deming mengajarkan teknik-teknik pengendalian kualitas di U.S. War Departemant.
1950 W. Edwars Deming mengajarkan mata kuliah mengenai kualitas kepada para Ilmuwan, Insinyur, dan Eksekutif perusahaan Jepang.
1951 Joseph M. Juran mempublikasikan bukunya yang berjudul Quality Control Handbook.
1961 Mertin Company (kemudian bernama Martin-Marietta) membangun rudal pershing yang memiliki tingkat kerusakan nol
1970 Philip Crosby memperkenalkan konsep Zero Defects
1979 Philip Crosby mempublikasikan bukunya yang berjudul Quality Free
1980 Siaran dokumentasi TV If Japan Can, Why Can't We! Memberikan pengakuan kepada Edwars Deming di USA.
1981 Ford Motor Company mengundang W. Edwars Deming untuk berbicara di hadapan Eksekutif puncaknya, memelopori hubungan produktif antara produsen mobil dan pakar kualitas
1982 W. Edwars Deming Menerbitkan Bukunya Berjudul Quality, Productivity, and Competitive Position.
1984 Philip Bing Crosby Menerbitkan Buku Berjudul Quality Without Tears, The Art of Hassle Free Management.
1987 Kongres Amerika menetapkan Malcom Beldrige National Quality Award.
1988 Secretary Of Defense Frank Carlucci memerintahkan U.S. Department of Defense untuk mengadopsi Total Quality.
1989 Florida power and light berhasil menjadi perusahaan non-Jepang pertama yang berhasil memenangkan Deming Prize.
1993 Total Quality Approach diajarkan di universitas-universitas di Amerika Serikat.
Aspek yang paling fundamental dari manajeman ilmiah adalah adanya pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan. Meskipun pembagian tugas telah menimbulkan peningkatan besar dalam hal produktivitas, sebenarnya konsep pembagian tugas tersebut telah menyisihkan konsep lama mengenai keahlian/keterampilan, dimana individu yang sangat terampil melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Manajeman ilmiah Frederick W. Taylor mengatasi hal ini dengan membuat perencanaan tugas menajeman dan tugas tenaga kerja. Untuk mempertahankan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan, maka dibentuklah departeman kualitas yang terpisah.
Seiring dengan meningkatnya volume dan kompleksitas manufakturing, kualitas juga menjadi hal yang makin sulit. Volume dan kompleksitas mendorong timbulnya quality engineering pada tahun 1920-an dan realibility engineering pada tahun 1950-an. Quality engineering sendiri mendorong timbulnya penggunaan metode-metode statistik dalam pengendalian kualitas, yang akhirnya mengarah pada konsep control charts dan statistical proses control. Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek fundamental dari Total Quality Management (TQM).
Sekalipun konsep TQM banyak dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan di jepang, tetapi tidak dapat dinyatakan bahwa TQM "Made In Japan" hal ini dikarenakan banyak aspek TQM yang bersumber dari Amerika Serikat (Scmidt dan Finnigan , 1992 dalam Bounds, et,al, 1994:61, diantaranya sebagai berikut:
1. Manajeman ilmiah yaitu berupaya menemukan satu cara terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan
2. Dinamika kelompok yaitu mengupayakan dan mengorganisasikan pengalaman kelompok.
3. Pelatihan dan pengembangan yang merupakan investasi dalam sumber daya manusia
4. Motivasi prestasi
5. Keterlibatan karyawan
6. Sistem sosioteknikal, dimana organisasi beroperasi sebagai sistem yang terbuka.
7. Pengembangan organisasi
8. Budaya organisasi, yakni menyangkut keyakinan, mitos dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku setiap orang dalam organisasi.
9. Teori kepemimpinan baru, yakni menginspirasikan dan memberdayakan orang lain untuk bertindak.
10. Konsep linking-pin dalam organisasi, yakni membentuk tim fungsional silang.
11. Perencanaan strategik
B. Penerapan TQM di Indonesia
Berdasarkan data yang ada telah dibuktikan penerapan manajemen mutu terpadu telah berhasil dengan baik di Jepang kalau dilaksanakan secara konsekuen, sehingga membuktikan produk Jepang telah membanjiri pasar, terutama di Amerika Serikat untuk produk mobil dan elektronik, walaupun cikal bakal manajemen mutu berasal dari negara Paman Sam tersebut. Sukses ekonomi luar biasa ini merupakan menyadarkan Amerika Serikat untuk menerapkan manajemen mutu terpadu. Hal ini kemudian diikuti oleh negara-negara di Eropa dan Timur Tengah dalam tingkat perintisan.
Mungkinkah TQM dapat diterapkan di Indonesia? Jawabnya mungkin saja kalau dipenuhi syarat-syarat berikut:
Setiap perusahaan/organisasi harus secara terus menerus melakukan perbaikan mutu produk dan pelayanan, sehingga dapat memuaskan para pelanggan. Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan dan para pemegang saham.
Memiliki wawasan jauh kedepan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan. Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul hasil. menciptakan kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan mutu.
1. Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi karyawan bukan dengan cara otoriter, sehingga di peroleh suasana kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.
2. Rela memberikan penghargaan, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
3. Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/pendapat.
4. Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas, sehingga pengawasan lebih mudah.
5. Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan mutu
C. Sejarah tentang mutu
Pada mulanya mutu produk ditentukan oleh produsen. Pada perkembangan selanjutnya, mutu produk ditentukan oleh pembeli, dan produsen mengetahuinya bahwa produk itu bermutu bagus yang memang dapat dijual, karena produk tersebut dibutuhkan oleh pembeli dan bukan menjual produk yang dapat diproduksi.
Perkembangan mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu sistem, perkembangan mutu di Amerika Serikat merupakan buah pikiran di negara tersebut dan pada mulanya kurang diperhatikan oleh masyarakat, khususnya masyarakat bisnis. Namun beberapa dari mereka merupakan pemegang kunci dalam pengenalan dan pengembangan konsep mutu. Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam manajemen terpadu telah dihargai di seluruh dunia. Adapun konsep-konsep mereka tentang mutu terpadu secara garis besar dapat dikemukakan berikut ini.
1. Frederick .W. Taylor (1856-1915)
Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan dasar dari pembagian kerja (devision of work). Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu (time and motion study) untuk pekerjaan manual, memperoleh gelar "Bapak Manajemen Ilmiah" (The Farther of Scientific Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori manajemen, yaitu: Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu hari. Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya. Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal. Penalti merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah ditentukan (personal loss). Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja dan dengan demikian memisahkan pekerjaan dari tanggungjawab untuk memperbaiki kerja.
2. Shewhart (1891-1967)
Adalah seorang ahli statistik yang bekerja pada "Bell Labs" selama periode 1920-1930. Dalam bukunya "The Economic Control of Quality Manufactured Products", merupakan suatu kontribusi yang menonjol dalam usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil pengolahan. Dia mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi dapat dimengerti melalui penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling dan probabilitas digunakan untuk membuat control chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu, untuk memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak. Penemuan Shewhart sangat menarik bagi Deming dan Juran, dimana kedua sarjana ini ahli dalam bidang statistik.
3. Edward Deming
Lahir tahun 1900 dan mendapat Ph.D pada 1972 sangat menyadari bahwa ia telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik kepada para insinyur bukan kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Katanya : "Quality is not determined on the shop floor but in the executive suite". Pada 1950, beliau diundang oleh, "The Union to Japanese Scientists and Engineers (JUSE)" untuk memberikan ceramah tentang mutu. Pendekatan Deming dapat disimpulkan sebagai berikut
Quality is primarily the result of senior management actions and not the results of actions taken by workers. The system of work that determines how work is performed and only managers can create system. Only manager can allocate resources, provide training to workers, select the equipment and tools that worekers use, and provide the plant and environment necessary to achieve quality. Only senior managers determine the market in which the firm will participate and what product or service will be solved.