(KODE : 0005-PAI) : SKRIPSI IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Berbasis Sekolah
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
Pada abad 21 ini masalah yang dihadapi dunia pendidikan semakin kompleks dan bersifat mendasar. Lajunya arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diikuti oleh industrialisasi yang tak terkendali telah menyebabkan transformasi sosial dan lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi justru lebih banyak meresahkan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan adalah merupakan jawaban atas semua permasalahan tersebut. Madrasah sebagai suatu lembaga pendidikan mempunyai kewajiban dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan waktu yang panjang, serangkaian proses yang teratur dan sistematis, karena terkait dengan berbagai aspek kehidupan bangsa. Kualitas pendidikan tersebut perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman, misalnya tuntutan otonomi pendidikan, kebutuhan masyarakat dan perlu sesuai dengan jiwa otonomi daerah dalam mengelola sumber daya manusia di masa depan.
Maka dari itulah lembaga-lembaga pendidikan dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan di lembaganya masing-masing. Penerapan manajemen dalam pendidikan sangat penting karena pendidikan itu merupakan salah satu dinamisator pembangunan itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan manajemen pendidikan merupakan subsistem dari sistem manajemen pembangunan nasional. Melihat prospek manajemen pendidikan yang semakin urgen dewasa ini, maka perlu dibahas tentang pengertian manajemen pendidikan.
Secara etimologis, kata manajemen merupakan terjemahan dari management (bahasa inggris). Kata management sendiri berasal dari kata manage atau managiare yang berarti melatih kuda dalam melangkahkan kakinya. Dalam pengertian manajemen, terkandung dua kegiatan yaitu kegiatan pikir (mind) dan kegiatan tingkah laku (action)
Sedangkan menurut Made Pidarta dalam bukunya Manajemen Pendidikan Indonesia, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Pandangan yang lebih umum tentang pengertian manajemen menurut Jhonson adalah proses mengintegrasikan yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan. Maksud daripada sumber-sumber diatas adalah semua yang mencakup orang, alat, media, bahan, uang dan sarana yang akan diarahkan dan dikoordinasikan agar terpusat dalam rangka penyelesaian tujuan.
Menurut pendapat lain manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Singkatnya manajemen berarti proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan atau pengendalian.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang manajemen diatas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu cara pencapaian tujuan dengan jalan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien, agar tujuan itu dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan dan manajemen berbasis sekolah sebenarnya merupakan trend internasional, dan untuk Indonesia merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang belakangan ini dirisaukan karena dari hasil survey yang dilakukan UNDP, Indonesia berada diperingkat ke-77, cukup jauh di bawah Filipina (66) dan lebih jauh lagi di bawah Malaysia (56). Untuk mencapai tujuan itu, masih banyak yang dilakukan bangsa Indonesia agar desentralisasi pengelolaan pendidikan tidak diartikan sebagai otonomi pendidikan di daerah yang belakangan ini disinyalir mulai muncul dan menjadi gelagat bam sentraliasi di daerah.
Secara leksikal, Manajemen Berbasis Sekolah berasal dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau asas. Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberikan pelajaran. Berdasarkan makna leksikal tersebut maka MBS dapat diartikan sebagai penggunaan sumber daya yang berasaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses pengajaran atau pembelajaran.
Condoli memandang Manajemen Berbasis Sekolah sebagai alat untuk "menekan" sekolah mengambil tanggung jawab apa yang terjadi terhadap anak didiknya. Dengan kata lain, sekolah mempunyai kewenangan untuk mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak didik di sekolah tersebut.
Sedangkan pengertian Manajemen Berbasis Sekolah menurut E. Mulyasa adalah pemberian otonomi luas pada tingkat sekolah agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap dengan kebutuhan setempat.
Dalam konteks manajemen menurut MBS, berbeda dari manajemen pendidikan sebelumnya yang semua serba diatur dari pemerintah pusat. Sebaliknya, manajemen pendidikan model MBS ini berpusat pada sumber daya yang ada di sekolah itu sendiri. Dengan demikian, akan terjadi perubahan paradigma manajemen sekolah, yaitu yang semula diatur oleh birokrasi di luar sekolah menuju pengelolaan yang berbasis pada potensi internal sekolah itu sendiri. Manajemen Berbasis Sekolah memberikan kekuasaan yang luas hingga tingkat sekolah secara langsung. Dengan adanya kekuasaan pada tingkat lokal sekolah maka keputusan manajemen terletak pada stakeholders lokal, dengan demikian mereka diberdayakan untuk melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kinerja sekolah. Dengan Manajemen Berbasis Sekolah terjadi proses pengambilan keputusan kolektif ini dapat meningkatkan efektifitas pengajaran dan meningkatkan kepuasan guru.
Walaupun Manajemen Berbasis Sekolah memberikan kekuasaan penuh kepada sekolah secara individual, dalam proses pengambilan keputusan sekolah tidak boleh berada di satu tangan saja. Ketika Manajemen Berbasis Sekolah belum ditetapkan, proses pengambilan keputusan sekolah seringkali dilakukan sendiri oleh pihak sekolah secara internal yang dipimpin langsung oleh kepala sekolah. Namun, dalam kerangka Manajemen Berbasis Sekolah proses pengambilan keputusan mengikutkan partisipasi dari berbagai pihak baik internal, eksternal, maupun jajaran birokrasi sebagai pendukung. Dalam pengambilan keputusan harus dilakukan secara kolektif diantara stakeholders sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan. Manajemen Berbasis Sekolah pada prinsipnya bertumpu pada sekolah dan masyarakat sertajauh dari birokrasi yang sentralistik. Manajemen Berbasis Sekolah berpotensi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemen yang bertumpu pada tingkat sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah dimaksudkan otonomi sekolah, menentukan sendiri apa yang perlu diajarkan, dan mengelola sumber daya yang ada untuk berinovasi. MBS juga memiliki potensi yang besar untuk menciptakan kepala sekolah, guru, administrator yang profesional. Dengan demikian, sekolah akan bersifat responsif terhadap kebutuhan masing-masing siswa dan masyarakat sekolah. Prestasi belajar siswa dapat dioptimalkan melalui partisipasi langsung orang tua dan masyarakat.
2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
Menurut Tim Pokja MBS Jawa Barat, implementasi MBS memiliki tujuan sebagai berikut:
Pertama, meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
Kedua, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
Ketiga, meningkatkan tanggung jawab kepala sekolah kepada sekolahnya.
Keempat, meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. Selain itu, MBS memiliki potensi untuk meningkatkan prestasi siswa dikarenakan adanya peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya dan personil, peningkatan profesionalisme guru, penerapan reformasi kurikulum serta meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pendidikan.
Sedangkan E. Mulyasa menyebutkan tujuan utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain yang dapat menumbuhkembangkan suasana yang kondusif Pemerataan pendidikan nampak pada tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu akan menjadi tanggung jawab pemerintah.