KODE : (0020-AKUNTANSI) SKRIPSI PEMERIKSAAN OPERASIONAL ATAS SIKLUS PENGGAJIAN YANG DILAKUKAN OLEH INTERNAL AUDITOR DAPAT MENINGKATKAN PENGENDALIAN INTERN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pemeriksaan Intern
a. Pengertian Pemeriksaan Intern
Pemeriksaan intern adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan.
Pemeriksaan intern merupakan sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen didalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan operasional perusahaan. Pemeriksaan tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas proses pengelolaan resiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.
Faktor utama dalam timbulnya pemeriksaan intern adalah meluasnya rentang kendali yang dihadapi oleh pimpinan perusahaan yang mempekerjakan ribuan karyawan dan mengelola kegiatan di berbagai tempat yang terpencar. Berbagai penyimpangan dan ketidakwajaran dalam menyelenggarakan buku perusahaan merupakan masalah yang nyata dalam keadaan demikian itu, bertambahnya volume transaksi mengakibatkan tagihan pembayaran untuk jasa akuntan publik menjadi besar bagi perusahaan yang berusaha menyelesaikan masalah ini dengan jalan meneruskan kontrak pemeriksaan secara tradisional dengan akuntan publik.
b. Jenis-Jenis Pemeriksaan Intern
a) Pemeriksaan Keuangan (Financial Audit)
Pemeriksaan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai kriteria-kriteria tertentu.
b) Pemeriksaan Operasional (Operational Audit)
Penelaahan atas fungsi yang bervariasi dalam perusahaan untuk menilai efisiensi dan efektifitas fungsi-fungsi tersebut dalam mencapai tujuannya. Pemeriksaan operasional pada akhirnya akan mengajukan saran kepada manajemen untuk memperbaiki aktivitas perusahaan.
c) Pemeriksaan Kepatuhan {Compliance Audit)
Pemeriksaan kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah klien telah mengikuti prosedur, peraturan, standar, dan regulasi yang berlaku.
2. Pemeriksaan Operasional
a. Pengertian Pemeriksaan Operasional
Menurut Arens and Loebbecke (2000:12) mengemukakan defenisi pemeriksaan operasional sebagai berikut:
"An operational audit is a review of any part of an organization's operating procedures and method for the purpose of evaluating efficiency and effectiveness."
Pemeriksaan operasional adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan secara teratur dan sistematis atas keefektifan suatu unit atau fungsi dengan membandingkannya dengan standar-standar industri. Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan meyakinkan manajemen bahwa apa yang ingin dicapai oleh manajemen benar-benar telah dilaksanakan dan mengidentifikasikan kondisi-kondisi yang dapat atau perlu disempurnakan.
b. Kriteria Pemeriksaan Operasional
Kesulitan utama yang dihadapi dalam pemeriksaan operasional adalah menentukan kriteria untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektifitas telah tercapai. Pendekatan dalam menyusun kriteria bagi pemeriksaan operasional adalah dengan menetapkan tujuannya untuk menentukan apakah beberapa aspek unit usaha itu dapat dibuat lebih efektif dan efisien, dan untuk merekomendasikan perbaikan. Pendekatan ini mungkin memadai bagi auditor yang berpengalaman dan terlatih baik, tetapi akan sulit bagi kebanyakan auditor untuk mengikuti pendekatan yang tidak ditentukan dengan jelas semacam itu.
a) Kinerja Historis (Historical Performance)
Kriteria yang sederhana dapat didasarkan pada hasil aktual atau hasil pemeriksaan dari periode sebelumnya. Manfaat kinerj a ini adalah mudah dibuat, tapi seringkali tidak memberikan gambaran yang tepat mengenai keadaan organisasi sesungguhnya, karena kemungkinan adanya perubahan keadaan dari dua periode yang yang berbeda.
b) Kinerja yang dapat diperbandingkan {Comparable Performance)
Sebagian besar kesatuan yang menjalani pemeriksaan operasional tidak bersifat unik, terdapat banyak kesatuan yang sama di dalam keseluruhan organisasi atau di luarnya. Data kinerj a dari kesatuan yang dapat diperbandingkan merupakan sumber yang sangat baik untuk untuk mengembangkan kriteria.
c) Standar rekayasa {Engineered Standard)
Kriteria ini seringkali memakan waktu dan biaya yang besar dalam pengembangannya, karena memerlukan banyak keahlian, akan tetapi hal ini mungkin sangat efektif dalam memecahkan masalah operasional yang utama dan harga yang dikeluarkan juga mahal.
d) Diskusi dan kesepakatan {Discussion and Agreement)
Kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan bersama antara manajemen dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam pemeriksaan operasional. Kriteria ini umumnya digunakan karena pembuatan kriteria yang lain seringkali sulit dan membutuhkan biaya tinggi.
c. Tahapan Pemeriksaan Operasional
Menurut Arens dan Loebbecke (2000 : 760-762), tahap-tahap pemeriksaan operasional adalah sebagai berikut:
a. Planning;
b. Evidence accumulation and evaluation;
c. Reporting and follow-up.
Adapun tahapan pemeriksaan operasional adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Auditor operasional harus menentukan ruang lingkup penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit organisasional, menentukan staf yang tepat dalam penugasan, mendapatkan informasi mengenai latar belakang unit organisasional, memahami struktur pengendalian intern, dan memutuskan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan. Tahap ini akan menghasilkan informasi umum mengenai semua aspek yang berhubungan dengan organisasi, aktivitas, program, atau sistem dari objek yang diperiksanya.
b. Pengumpulan dan Evaluasi Bahan Bukti
Pengendalian intern dan prosedur operasi merupakan bagian yang kritis dalam pemeriksaan operasional, maka dokumentasi, tanya jawab dengan klien dan pengamatan, sering kali digunakan secara ekstensif . Auditor operasional harus mengumpulkan cukup bahan bukti kompeten agar dapat menjadi dasar yang layak guna menarik suatu kesimpulan mengenai tujuan yang sedang diuji.
c. Pelaporan dan Tindak Lanjut
Auditor bertanggungjawab untuk melaporkan hasil pemeriksaannya kepada manajemen atau pihak lain yang memberikan penugasan melalui suatu laporan hasil pemeriksaan, sehingga pihak perusahaan dapat mempertanggungjawabkan dan mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. Isi laporan pemeriksaan operasional berbeda antara yang satu dengan lainnya, tergantung pada sifat perusahaan yang diperiksa dan tipe masalah yang ditelaah.
3. Siklus Penggajian
a. Pengertian Gaji
Menurut Hasibuan (2007 : 118): "Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Maksudnya, gaji akan tetap dibayarkan walaupun pekerja tersebut tidak masuk kerja".
Menurut Mulyadi (2001 : 373): "Gaji pada umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan manajer, umumnya gaji dibayarkan secara tetap perbulan".
b. Siklus Gaji
Siklus gaji memerlukan dukungan mekanisme akuntansi yang layak untuk mencegah terjadinya penyimpangan. Siklus penggajian dimulai pada saat seorang karyawan baru dipekerjakan dan berakhir pada saat karyawan tersebut berhenti dari perusahaan, untuk itu ia dapat diminta untuk menandatangani berbagai dokumen yang diperlukan.
Bagian personalia dapat mengirimkan semacam pemberitahuan kepada bagian yang menangani masalah gaji dan berbagai masalah kompensasi dan potongan yang dikenakan kepada karyawan. Pemberitahuan ini memegang peranan penting sebagai alat untuk menghindarkan timbulnya karyawan fiktif pada daftar gaji , dan bagian gaji tidak boleh menambahkan nama seseorang tanpa dukungan pemberitahuan dari bagian personalia ini. Adanya perubahan tarif gaji juga dapat dilaksanakan setelah ada persetujuan kenaikan pada bagian gaji.
4. Peranan Pemeriksaan Operasional dalam Menunjang Efektifitas Gaji
Efektifitas operasional merupakan kegiatan pokok yang penting di dalam suatu perusahaan, karena dari kegiatan itu sasarannya adalah penghematan (waktu, tenaga dan biaya) dan pencapaian tujuan perusahaan.
Tujuan pemeriksaan operasional siklus penggajian antara lain adalah:
a. Memperoleh keyakinan bahwa prosedur dan pelaksanaan penggajian telah berjalan dengan adil.
b. Menilai prosedur penggajian dan memperoleh keyakinan bahwa terdapat keseimbangan antara prestasi dan kompensasi bagi karyawan
c. Memberikan saran perbaikan atas berbagai kelemahan yang ditemukan.