SKRIPSI MENGUKUR KINERJA KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD

Tuesday, May 03, 2016

KODE : (0019-AKUNTANSI) SKRIPSI MENGUKUR KINERJA KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
1. Landasan Teori
a. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. (Bastian, 2006: 274).
Stout (1993) dalam Bastian (2001: 329) disebutkan juga dalam Performance Measurement Guide menyatakan bahwa:
"Pengukuran/penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mision accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses ".
Maksudnya, setiap kegiatan organisasi harus dapat diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah organisasi di masa yang akan datang yang dinyatakan dalam visi dan misi organisasi. Produk jasa yang dihasilkan diukur berdasar kontribusinya terhadap pencapaian visi dan misi organisasi (Bastian,2006: 275).

b. Pengukuran Kinerja
Menurut Bastian (2001: 331), pengukuran kinerja biasanya dilakukan untuk aspek-aspek berikut ini:
1) Aspek finansial
Aspek finansial meliputi anggaran atau cash flow. Aspek finansial ini sangat penting diperhatikan dalam pengukuran kinerja sehingga dianalogikan sebagai aliran darah dalam tubuh manusia.
2) Kepuasan pelanggan
Dalam globalisasi perdagangan, peran dan posisi pelanggan sangat krusial dalam penentuan strategi perusahaan. Untuk itu, manajemen perlu memperoleh informasi yang relevan tentang tingkat kepuasan pelanggan.
3) Operasi dan pasar internal
Informasi operasi dan mekanisme pasar internal diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan organisasi dirancang untuk pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Disamping itu, informasi operasi dan pasar internal menetukan tingkat efisiensi dan efektivitas operasi organisasi.
4) Kepuasan Pegawai
Dalam organisasi yang banyak melakukan inovasi, peran strategis pegawai amat menetukan kelangsungan organisasi.
5) Kepuasan Komunitas dan Shareholders/Stakeholders
Pengukuran kinerja perlu dirancang untuk mengakomodasi kepuasan para stakeholders.
6) Waktu
Informasi untuk pengukuran harus informasi terbaru, sehingga manfaat hasil pengukuran kinerja dapat dimaksimalkan.

c. Perspektif Balanced Scorecard
Ada beberapa perspektif balanced scorecard, yaitu:
1) Perspektif keuangan (Financial)
Menurut Bastian (2001: 334), perspektif keuangan (Financial) yaitu memerikan penilaian terhadap target keuangan yang dicapai oleh organisasi dalam mewujudkan visinya. Tujuan finansial mungkin sangat berbeda untuk setiap tahap siklus hidup bisnis. Teori strategi bisnismenawarkan beberapa strategi yang berbeda yang dapat diikuti oleh unit bisnis, dari pertumbuhan mangsa pasar yang agresif sampai kepada konsolidasi bisnis, keluar dan likuidasi. Untuk menyederhanakan, kami hanya mengidentifikasi tiga tahap:
a) Bertumbuh. Tujuan keseluruhan perusahaan dalam tahap pertumbuhan adalah persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan tingkat pertumbuhan penjualan di berbagai pasar sasaran, kelompok pelanggan, dan wilayah.
b) Bertahan. Tujuan finansial dalam tahap bertahan akan menekankan pada pertumbuhan penjualan-di pasar baru, kepada pelanggan baru dan dihasilkan dari produk dan jasa baru- mempertahankan tingkat pengeluaran yang memadai untuk pengembangan produk dan proses, sistem, kapabilitas pekerja, dan penetapan saluran pemasaran, penjualan dan distribusi baru. Tujuan finansial dalam tahap bertahan akan bertumpu pada ukuran finansial tradisoinal, seperti ROCE, laba operasi, dan marjin kotor.
c) Menuai. Tujuan finansial keseluruhan untuk bisnis pada tahap menuai adalah arus kas operasi (sebelum depresiasi) dan penghematan berbagai kebutuhan modal kerja (Ulum, 2009:58).
Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja dalam perspektif finansial, yaitu: 
a. Rasio likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Rasio likuiditas meliputi:
• Rasio Lancar (current ratio), yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas (Darsono, 2004: 74). Umumnya rasio yang cukup memuaskan adalah 100%. Rasio yang kurang dari 100% menunjukkan bahwa koperasi terlalu tergantung pada aset lancar untuk menutup utang-utang jangka pendeknya. Rasio yang menunjukkan lebih besar dari 100% menunjukkan kondisi keuangan koperasi yang sangat aman (Hendar, 2010:199). 
b. Rasio Profitabilitas
Analisis penggunaan aset terkait erat dengan analisis profitabilitas. Rasio pemanfaatan aset yang mengaitkan penjualan dengan berbagai kategori aset merupakan penentuan penting ROI yang mengindikasikan kinerja suatu perusahaan yang di atas rata-rata. Rasio profitabilitas terdiri dari: (Darsono,2004:57)
• Return on Asset (ROA), rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya, yang kadang-kadang disebut sebagai tingkat pengembalian atas investasi (return on investment = ROI). Nilai persentase ROA yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik.
• Return on Equity (ROE), merupakan rasio keuntungan bersih sesudah pajak terhadap modal sendiri, yang mengukur tingkat hasil pengembalian dari modal pemegang saham (modal sendiri) yang diinvestasikan ke dalam perusahaan. Semakin tinggi nilai persentase ROE menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik, karena berarti bisnis itu memberikan pengembalian hasil yang menguntungkan bagi pemilik modal yang menginvestasikan modal mereka ke dalam perusahaan (Kasmir, 2008).
c. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio solvabilitas meliputi:
• Debt to Aset Ratio (DAR), yaitu rasio total kewajiban terhadap aset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan pendukung oleh hutang. (Darsono, 2004:54).
Rasio utang atas harta yang tinggi berarti pemberi pinjaman menyediakan prosentase besar dalam mendanai perusahaan. Pengelola koperasi umumnyamenyukai persentase utang atas harta yang tinggi, yang bila tidak, dana untuk keperluan bisnis harus disediakan oleh anggota sebagai pemilik koperasi, yang berarti melepaskan lebih banyak kendali terhadap perusahaan. Meskipun demikian, kreditor lebih menyukai rasio utang atas harta yang menengah, karena rasio yang rendah menunjukkan peluang kerugian yang lebih kecil bagi kreditor apabila terjadi likuidasi perusahaan koperasi. Sedangkan rasio tinggi, bagi kreditor, menunjukkan tingginya resiko bila terjadi masalah (Hendar, 2010:199).

Artikel Terkait

Previous
Next Post »