Partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan/ atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir. (Oxorn & Forte, 2010).
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. (Saifuddin, 2002)
Persalinan prematur adalah dimulainya onset persalinan/inpartu sebelum usia kehamilan genap 37 minggu. Persalinandidefinisikan sebagai pembukaan serviks >2cm dan terdapat kontraksi-kontraksi yang teratur dan nyeri/his. (datta et al, 2010)
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan
y 37 minggu atau kurang dari 259 hari sejak onset kehamilan.(Ojo dan Bassey, 1985)
Persalinanprematur adalah persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 37 minggu yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir.
2.2 Kelainan Lama Kehamilan
Berakhirnya kehamilan menurut lamanya kehamilan dapat dibagi menjadi:
1. Abortus: Lamanya kehamilan <20 anak="" berat="" dengan="" gram="" minggu="" p="">2. Persalinan kurang bulan (persalinan prematur) dibangi menjadi 2 yaitu:
lamanya kehamilan 20-28 minggu dengan berat anak 1000-2500 gram disebut
partus imaturus, dan lamanya kehamilan 28-37 minggu dengan berat anak
1000-2500 gram disebut partus prematur.
Persalinan cukup bulan (aterm): lamanya kehamilan 37-42 minggu dengan
berat anak >2500 gram.
4. Persalin lewat waktu (postterm): lamanya kehamilan >42 minggu
(Krisnadi, 2004)
2.3 Diagnosis
Insidensi persalinan palsu yang tinggi menyulitkan diagnosis tepat partus prematurus yang sejati. Pada sepertiga kasus, apa yang disebut persalinan berhenti tanpa tindakan atau setelah pemberian suatu plasebo.
Kriteria partus prematurus yang lazim mencakup:
1. Serviks sedikitnya sudah terbuka 2cm atau sudah mendatar 75%
2. Ada perubahan yang progresif padaserviks selama peri ode observasi
3. Terjadinya kontraksi yang terasa nyeri, teratur dan intervalnya kurang dari 10 menit menunjukkan bahwa pasien tersebut tengah berada dalam proses persalinan
(Oxorn &Forte, 2.4 Etiologi
Belum jelas, tetapi ada beberapa pendapat mengenai etilogi kelahiran prematur yaitu: menurut Eastman sebesar 61,9% kausa ignota, menurut Greenhill 60% kausa ignota, dan menurut Holmer sebagian besar tidak diketahui. Faktor etiologi yang dikemukakan adalah:
-kausa ignota -toksemia gravidarum -multiparitas
-perdarahan antepartum -kelainan serviks
-komplikasi dari penyakit sifilis, dekompensasi kordis, rematik, penyakit-penyakit ginjal, mioma uteri
-kelainan kongenital. (Mochtar, 1998) 2.5 Profilaksis
Menurut Mochtar (1998), pada pencegahan ada hal-hal yang dapat dicegah dan hal-hal yang tidak dapat dicegah. Hal-hal yang dapat dicegah seperti, menurunkan atau mengobati toksemia gravidarum, solusio plasenta, penyakit ibu, kelainan serviks, umur ibu, merokok, bakteriuria, dan jarak anak yang terlalu rapat
(dengan kontrasepsi) serta pekerjaan sewaktu hamil dikurangi atau jangan terlalu berat. Bila dijumpai partus prematurus habitualis diperiksa WR dan VDRL bila hamil banyak istirahat atau dirawat. Sedangkan hal-hal yang tidak dapat dicegah antara lain kausa ignota, faktor ovum, tempat insersi plasenta, insersi tali pusat, plasenta previa, kongenital anomaly,hamil ganda, dan suku bangsa serta hidrorea (hydrorrhoea). Langkah-langkah yang dapat diambil adalah:
-jangan kawin terlalu muda, dan jangan kawin terlalu tua (idealnya 20-30 tahun)
-perbaiki keadaan sosial ekonomi
-cegah infeksi saluran kencing
-berikan makanan ibu yang baik, cukup lemak, dan protein
-cuti hamil
-prenatal care yang baik dan teratur
-pakailah kontrasepsi untuk menjarangkan waktu kehamilan
2.6 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan Prematur 2.6.1 Maternal Faktor 2.6.1.1 Status Perkawinan
Pada penelitian di London menunjukkan bahwa persalinan prematur banyak terjadi pada wanita single dibandingkan wanita menikah ataupun wanita yang bercerai. Pada wanita single persalinan prematur sebesar 11,2%, pada wanita menikah sebesar 6,2%, sedangkan pada wanita yang bercerai sebesar 4,4%. (Peacock, Bland, Anderson, 1995)
2.6.1.2 Hubungan seksual
Pengaruh hubungan seksual terhadap kehamilan harus dilihat berdasarkan perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi pada alat kelamin perempuan selama mengalami siklus reaksi seksual. Selarna ®rfadi reaksi seksual, perempuan mengalami perubahan pada alat kelamin luar dan dalam. Perubahan pada rahim bahkan telah tampak sejak awal fase rangsangan. Berarti kalau perempuan mengalami rangsangan seksual yang cukup kuat, rahimnya juga mengalami reaksi berupa gerakan-gerakan yang cepat dan tidak teratur. Bahkan, bagian akhir fase rangsangan, rahim akan tertarik keatas. Kontraksi ini makin hebat pada fase datar dan mencapai puncaknya bila perempuan mencapai orgasme.(Martaadisoebrata, 2005).
2.6.1.3 Serviks Inkompeten
Salah satu penyebab terjadinya persalinan ialah distensi rahim yaitu rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter dan menyebabkan persalinan. (Mochtar, 1998). Pada serviks inkompeten, serviks tidak dapat menahan buah kehamilan karena semakin besar kehamilan maka rahim semakin besar dan meregang. Serviks inkompeten merupakan salah satu penyebab persalinan prematur. (Saifuddin, 2005).
2.6.1.4 IUD in situ
Bila terjadi kehamilan saat spiral masih terpasang, maka spiral bisa dicabut,
terutama bila usia kehamilan di 3 bulan pertama atau diperkirakan kehamilan belum
terlalu besar. Perlunya pencabutan spiral yang tertanam di mulut rahim tersebut,
karena spiral tersebut mengandung bahan aktif dari tembaga. Ion-ion yang
dikeluarkan tembaga itu dapat mengganggu pertumbuhan janin, sehingga dapat
mengakibatkan keguguran atau kegagalan kehamilan, kelahiran secara prematur, atau
ketuban pecah karena terjadi infeksi di rahim.Namun kalau spiral tersebut sudah tak
aktif lagi atau tua, sehingga tak berfungsi lagi, maka tak mempengaruhi kehamilan.
(info sehat, 2011). <4 p="">Prevalensi kejadian persalinan prematur pada populasi wanita yang
menggunakan metode IUD in situ yang dibandingkan dengan wanita tanpa metode
kontrasepsi. Kelompok studi adalah wanitayang menggunakan metode IUD copper in situ sejumlah 16 orang, dan kelompok kontrol terdiri dari 48 orang yang di
matching berdasarkan umur, jumlah kehamilan, dan jumlah persalinan. Prevalensi persalinan prematur secara signifikan meningkat pada kelompok studi di bandingkan dengan kelompok kontrol (18,7%(3/16) vs 2% (1/48) dengan nilai p=0,045 (fisher exact test).(Chaim &Mazor, 1992)
2.6.1.5 Anemia
Kategori anemia yaitu jika HB <11 2010="" 4.38="" anemia="" berisiko="" dengan="" dibandingkan="" dl.="" gr="" hamil="" ibu="" kali="" kehamilannya="" melahirkan="" menderita="" nilai="" p="" prematur="" saat="" sebesar="" tidak="" untuk="" yang="">2.6.1.6 Riwayat Persalinan Prematur
Ibu yang mempunyai riwayat satu kali prematur akan meningkatkan risiko terjadinya persalinan premature bagi kehamilan berikutnya sebesar 2,2 kali. Sedangkan ibun yang pernah mengalami tiga kali persalinan prematur akan meningkatkan risiko 4.9 kali untuk persalinan prematur berikutnya. Makin muda usia kehamilan terdahulu, maka makin cepat terjadinya persalinan premature pada kehamilan berikutnya. (Greer et al, 2005).
2.6.1.7 Ketuban Pecah Dini
Pecahnya selaput janin dan terjadi pengeluaran air ketuban sebelum persalinan dimulai dapat memberikan kesempatan terjadinya infeksi langsung pada janin. Sebab terjadinya selaput janin pecah diantaranya karena trauma langsung pada perut ibu, kelainan letak janin dalam rahim, atau pada kehamilan grandemultigravida (hamil lebih dari lima kali). (Manuaba, 1998).
2.6.1.8 Riwayat Abortus
Sebuah studi di Prancis menunjukkan bahwa aborsi dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur pada kehamilan berikutnya sebanyak 70 persen. Itu karena aborsi dapat merusak dinding rahim, dimana anak-anak yang belum lahir tumbuh dan berkembang.(lifenews.com, 2005). Dinding rahim merupakan tempat melekatnya plasenta, salah satu fungsiplasenta ialah tempat pembuatan hormon-hormon (khusunya korionik gonadotropin, korionik somato-mammotropin (placental lactogen),estrogen dan progesteron) dan jika plasenta tidak dapat bekerja dengan baik maka pembuatan hormon terganggu.(Saifuddin, 2005). Jika kadar progesteron turun akan timbul kontraksi pada rahim.(Mochtar, 1998).
2.6.1.9 Jarak Kehamilan
Ibu yang jarak kehamilannya saat ini dengan sebelumnya antara 18-24 bulan berisiko 3,07 kali untuk melahirkan prematur dibandingkan ibu yang jarak kehamilannya >24 bulan. Pada ibu yang jarak kehamilan saat ini dengan sebelumnya <18 2="" berisiko="" bulan="" dengan="" dibandingkan="" ibu="" jarak="" kali="" kehamilannya="" melahirkan="" prematur="" untuk="" yang="">24 bulan.(Irmawati, 2010).18>
11>4>20>