SKRIPSI FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU LANSIA DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN KE POSYANDU LANSIA

Monday, January 18, 2016
(0009-KEPERAWATAN) SKRIPSI FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU LANSIA DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN KE POSYANDU LANSIA

BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan menjelaskan tentang teori dan konsep terkait, yaitu tentang konsep lansia, konsep perilaku dan konsep Posyandu Lansia. Pada akhir bab ini akan disampaikan penelitian terkait yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.
A. Konsep lansia
1. Definisi lansia.
Menurut Contantinides (1994) menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua () merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui empat tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Menurut Keliat (1999) usia lanjut dikatakan sebagai tahapan akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan UU no 4 tahun 1965 menyebutkan bahwa yang termasuk lansia tersebut adalah orang yang sudah 55 tahun ke atas dan usia 55 tahun di jadikan batas pensiun bagi seorang pekerja, akan tetapi menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 (di dalam Maryam, 2008) tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Menurut Miller (2003) menua adalah suatu proses yang mengubah manusia dewasa dari keadaan sehat menjadi rapuh dengan berkurangnya cadangan kemampuan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan diikuti kematiaan.
Sedangkan menurut Mickey (2006) proses menjadi tua disebabkan faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih kearah kemunduran yang dimulai dalam sel, komposisi terlecil tubuh manusia. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem.
2. Klasifikasi lansia.
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia, menurut Depkes RI 2003 (di dalam Maryam, 2008).
a. Pralansia (prasenilis), yaitu seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun.
b. Lansia, yaitu orang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi, yaitu orang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan perkerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa.
e. Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Batasan - batasan lansia menurut WHO (di dalam Nugroho 2000), mengelompokkan lansia menjadi empat kelompok yaitu meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 - 59 tahun.
b. Usia lanjut (erderly), ialah kelompok antara usia 60 - 70 tahun.
c. Usia lanjut tua (old), ialah kelompok antara usia 70 - 75 tahun.
d. Usia sangat tua (very old), ialah kelompok usia diatas 90 tahun.
Menurut Masdani (di dalam Nugroho, 2000) lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa yang dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
a. Fase iuventus, antara usia 25 - 40 tahun.
b. Fase verilitas, antara usia 40 - 50 tahun.
c. Faseprasenium, antara usia 55 - 56 tahun.
d. Fase senium, usia lebih dari 65 tahun.
Menurut Setyonegoro pengelompokan lanjut usia yaitu :
a. Dewasa muda ( ), usia antara 18 atau 20 - 25 tahun.
b. Dewasa penuh (middle years) atau maturasi, usia antara 25 - 60 atau 65 tahun.
c. Lanjut usia (geriatric age), usia lebih dari 65 tahun atau 70 tahun. Terbagi untuk
usia 70 - 75 tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very old).
3. Tipe lansia
Menurut Nugroho (2000) beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Tipe arif bijaksana, yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman, dalam menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
mempunyai kesibukan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri, yaitu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas, yaitu konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi orang yang tidak sabar, gampang marah, mudah tersinggung, banyak
menuntut, suka mengeritik dan tidak mau untuk dilayani.
d. Tipe pasrah, yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama
dan melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung, yaitu kaget, kehilangan kepribadian, minder, menjauh dan
mengasingkan diri, menyesal dan acuh tak acuh.
Dari macam-macam tipe diatas masih ada tipe optimis, konstruktif, dependen (bergantungan), defisit (bertahan), militan dan serius, pemarah dan frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), putus asa (benci pada diri sendiri).
4. Pelayanan Keperawatan Pada Lansia
Pelayanan keperawatan terhadap lansia menggunakan metode pendekatan, yaitu : a. Pendekatan Fisik.
Pendekatan fisik dilakukan dengan cara memperhatikan kesehatan objektif,
kebutuhan, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresifnya. Pendekatan fisik pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu lanjut
usia yang masih aktif
dan lanjut usia yang pasif. Dimana lansia mengalami keterbatasan fisik, kemunduran fisik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau infeksi dari luar. Tindakan tidak selalu menunggu adanya keluhan dari lansia, karena tidak jarang lansia menghindari kontak yang terlalu sering dengan tenaga kesehatan. Hal itu dapat diantisipasi dengan pengamatan yang cermat terhadap kondisi lansia dan pendekatan fisik ini lebih ditekankan untuk pemenuhan dasar lansia.
b. Pendekatan Psikis
Pada pendekatan psikis ini perawat memiliki peran penting untuk mengadakan pendekatan edukatif, perawat dapat juga berperan sebagai pendukung (supporte), dapat juga sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab karena lansia sangat membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan.
c. Pendekatan sosial
Dalam melakukan pendekatan sosial perawat bisa mengajak lansia berdiskusi, tukar pikiran dan bercerita yang merupakan upaya untuk melakukan pendekatan sosial. Selain itu perawat juga bisa memberi kesempatan untuk berkumpul bersama sesama lansia yang berarti menciptakan sosialisasi mereka. Lansia juga harus diberi kesempatan mengadakan komunikasi dan sosialisasi dengan dunia luar seperti mendengar berita dan rekreasi.
d. Pendekatan spiritual
Tujuan pendekatan spiritual ini adalah untuk memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam berhubungan dengan Tuhan. pada pendekatan spiritual ini setiap lansia akan menunjukkan reaksi yang berbeda-beda dalam menghadapi peristiwa kematian dan perawat bisa memberikan support pada lansia dalam menghadapi kematian.
5. Teori Proses Menua.
Beberapa teori pada proses menua : a. Teori biologis
Menurut Potter (2005) menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi, struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.
1) Teori generik (genetik theory / Genetic Lock).
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA. Teori genetik terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi, somatik dan glikogen. Teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi bersilangan (crosslink) dengan unsur yang lain sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh.
2) Teori imunologis.
Teori imunitas menggambarkan penurunan atau kemunduran dalam keefektifan sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Mekanisme seluler tidak teratur diperkirakan menyebabkan serangan pada jaringan tubuh melalui penurunan imun. Dengan bertambahnya usia, kemampuan pertahanan / imun untuk menghancurkan bakteri, virus dan jamur melemah sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring berkurangnya imun terjadilah suatu peningkatan respon auto imun pada tubuh lansia.
3) Teori Neuroendokrin
Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk dapat menerima

Artikel Terkait

Previous
Next Post »