SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN EDUCATION GAMES TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MAPEL FIQIH

Friday, May 20, 2016

(KODE : 0016-PAI) : SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN EDUCATION GAMES TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MAPEL FIQIH 


BAB II 
KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Education Games (Permainan Edukatif) 
1. Pengertian Education Games (Permainan Edukatif)
Education menurut John M Echols dan Hasan Shadily dalam kamus inggris Indonesia berarti pendidikan, yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan menurut Petter Salim education adalah yang bersifat mendidik dan memberikan contoh suri tauladan yang baik dan berhubungan langsung dengan pengajaran atau pendidikan.
Education yaitu sesuatu yang bersifat mendidik, memiliki unsur pendidikan. Games menurut John M Echols dan Hasan Shadily dalam kamus Inggris Indonesia berarti permainan. Permainan, bermain atau padanan kata dalam bahasa inggris disebut "games" (kata benda), "to play (kata kerja)", "toys" (kata benda) ini berasal dari kata main berarti melakukan perbuatan untuk tujuan bersenang-senang (dengan alat-alat tertentu atau tidak); perbuatan sesuatu denagan sesuka hati, berbuat asal saja. Permainan adalah suatu perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak diri sendiri, bebas tanpa paksaan dengan bertujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu melakukan kegiatan tersebut.
Menurut Abu Ahmadi dalam bukunya Psikologi Perkembangan permainan adalah suatu perbuatan yang mengandung keasyikan atas kehendak sendiri, bebas tanpa paksaan, dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut.6 Permainan merupakan kesibukan yang dipilih sendiri tanpa ada unsur paksaan, tanpa di desak oleh rasa tanggung jawab.
Secara umum permaianan adalah sesuatu yang menyenangkan dan menghibur, yang tidak memiliki tujuan ekstrinsik dan tujuan praktis. Permainan tersebut bersifat sukarela.
Education games (permainan edukatif) menurut Andang Ismail dalam bukunya Education Games, yaitu suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa education games (permainan edukatif) adalah sebuah permainan yang digunakan dalam proses pembelajaran dan dalam permainan tersebut mengandung unsur mendidik atau nilai-nilai pendidikan.
Selain itu, untuk pemilihan permainan, diusahakan agar seluruh aspek yang dimiliki anak dapat berkembang dengan baik, baik dari segi kognitif, afektif dan juga psikomotorik. Oleh karena itu perlu ditunjang alat bantu yang tepat saat bermain. Adapun kriteria-kriteria pemilihan alat bantu tersebut agar permainan dapat membantu belajar secara optimal dan tidak terjadi kekeliruan dalam menyelesaikan dan menentukan alat dan bahan yang diperlukan secara tepat guna.

 2. Jenis-jenis Education Games (Permainan Edukatif)
Oleh karena banyaknya permainan pada anak, maka para ahli berusaha membedakan jenis permainan itu adalah sebagai berikut. 
a. Permainan Gerak atau Fungsi.
Yang dimaksud ialah permainan yang mengutamakan gerak dan berisi kegembiraan di dalam bergerak.
Berbagai macam ktivitas motorik, vocal, dan penginderaan ini digunakan untuk melatih fungsi-fungsi gerak perbuatan. Pada anak-anak mereka merangkak-rangkak, berlari-lari, berkejar-kejaran dan sebagainya.
b. Permainan Deduktif
Yang dimaksud ialah bahwa anak bermain dengan merusakkan alat-alat permainannya itu. Seakan-akan ada rahasia di dalam alat permainannya itu dan ia mencari rahasia itu.
Di dalam permainan memberikan kepada mereka kebebasan untuk menggunakan permainannya itu dengan caranya sendiri misalnya akan dibongkar, dipecah, diinjak, dibuang, dan sebagainya. Hal itu merupakan salah satu kiat untuk kreatif karena salah satu hal yang dapat menumpukan daya kreatif anak adalah larangan orang tua yang tidak mendasar sehingga anak tidak berani lebih maju atau mengembangkan potensinya.
c. Permainan Konstruktif
Dalam permainan ini yang diutamakan adalah hasilnya. Mereka sibuk membuat mobil-mobilan, rumah-rumahan, boneka dari kain perca, disusun balok-balok, batu-batu dan sebagainya menjadi sesuatu yang baru dan dengan itu si anak menemukan kebahagiaan.
d. Permainan Peranan atau Ilusi
Anak itu sendiri yang memegang peranan sebagai apa yang sedang dimainkannya. Pada jenis permainan ini unsur fantasi memegang peranan yang paling menonjol, misalnya: sebuah sapu menjadi kuda tunggangan, kursi menjadi sebuah mobil atau kereta api. Permainan meniru dimasukkan dalam kategori permainan ini misalnya anak main ibu-ibuan, dokter-dokteran, sekolah-sekolahan. Dalam permainan tersebut anak dengan semangat memasuki ilusi yang dijadikan dunia sungguhan oleh fantasi anak-anak.
e. Permainan Reseptif
Sambil mendengarkan cerita atau melihat-lihat buku bergambar anak berfantasi dan menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif. Cerpen yang mengandung benih-benih budi pekerti, rasa sosial, rasa keadilan sangat baik untuk memangkitkan fantasinya.
f. Permainan Sukses atau Prestasi.
Dalam permainan ini yang diutamakan adalah prestasi. Untuk kegiatan permainan ini sangat di butuhkan keberanian, ketangkasan, kekuatan dan bahkan persaingan. Contoh meloncat parit, meneliti jembatan, memanjat pohon dan sebagainya.

3. Teori-Teori Permainan
Ada beberapa teori yang menjelaskan arti serta nilai permainan yaitu sebagai berikut: 
a. Teori Rekreasi
Teori ini berasal dari Scaller dan Lazzarus, keduanya ilmuan bangsa Jerman, yang berpendapat bahwa permainan merupakan kesibukan untuk menenangkan pikiran atau beristirahat. Orang melakukan kesibukan bila ia tidak bekerja. Maksudnya untuk mengganti kesibukan bekerja dengan kegiatan lain yang dapat memulihkan tenaga kembali. Misalnya karena payah belajar, maka anak-anak harus beristirahat untuk bermain-main. Tetapi tidak sedikit permainan yang menguras tenaga misalkan berlari-larian, maen bola dan lain-lain.
b. Teori Pelepasan.
Teori ini berasal dari Herbert Spencer ahli piker bangsa Inggris, yang mengatakan bahwa dalam diri anak terdapat kelebihan tenaga. Sewajarnya ia harus mempergunakan tenaga itu melalui kegiatan bermain. Anak mengosongkan tenaga yang berleih di dalam dirinya, yaitu tenaga yang sudah tidak dipergunakannya lagi. Anak-anak kelebihan tenaga karena mereka tidak mempergunakan tenaganya itu seperti halnya orang dewasa membutuhkan banyak tenaga melakukan tugas-tugasnya, kelebihan tenaga itu harus dipergunakan, paling tidak harus dilepaskan dalam kegiatan bermain-main. Dengan demikian dapat tercapai keseimbangan di dalam dirinya.
c. Teori Atavitis
Teori ini berasal dari Stanley Hall, ahli psikologi bangsa Amerika yang berpendapat bahwa anan-anak itu bermain oleh karena ia harus mengulang perkembangan hidup manusia yang berabad-abad ini secara singkat.
Karena didalam perkembangan hidupnya, manusia itu melalui beberapa tingkat berburu, tingkat bertani, tingkat berdagang dan lain-lain. Keberatan teori ini:
1) Anak-anak di zaman modern, disamping main mobil-mobilan, juga masih bermain panahan.
2) Anak-anak perempuan bermain berdagang, tetapi juga senang bermain kejar-kejaran.
d. Teori Biologis
Teori ini berasal dari Karl Gross, seorang bangsa Jerman. Teori ini dinamakan teori biologis. Anak-anak bermain oleh karena anak-anak harus mempersiapkan diri dengan tenaga dan pikiran untuk masa depannya. Seperti halnya dengan anak-anak binatang yang bermain latihan untuk mencari nafkah, maka anak manusiapun bermain untuk melatih organ-organ jasmani dan rohaninya untuk menghadapi masa depannya. Misalnya: Si Ani, bermain boneka, oleh karena ia nanti akan memelihara anaknya. Si Amin sebagai petani bermain mencangkul, membajak agar ia sesudah besar ia cakap menggunakan alat-alat pertanian itu.
e. Teori Psikologi Dalam
Teori ini berasal dari Sigmun Freud dan Adler, kedua tokoh itu membahas permainan dari sudut pandang psikologi dalam. Menurut teori ini, permainan merupakan penampilan dorongan-dorongan yang tidak disadari pada anak-anak dan orang dewasa.
Ada dua dorongan yang paling penting pada diri manusia.
Menurut Adler ialah dorongan berkuasa dan menurut Frued ialah dorongan seksual atau libido seksualis.
- Adler berpendapat bahwa permainan memberikan pemuasan kompensasi terhadap perasaan-perasaan diri yang lebih yang fiktif. Dalam permainan tadi juga bisa disalurkan perasaan yang lemah dan perasaanperasaan rendah hati.
- Menurut Freut, perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan seksual infantile, yang disebabkan ke dalam ketidak sadaran atau diodorong di alam bawah sadar itu menemukan pemuasan simbolis dalam bentuk maca-macam permainan. 
f. Teori Fenomonologi.
Teori ini berasal dari Kohnstamm ahli psikologi bangsa Belanda. Menyatakan permainan merupakan suatu fenomena atau gejala yang nyata, yang mengandung unsur suasana permainan. Dorongan bermain merupakan dorongan untuk menghayati suasana bermain itu. Yakni tidak khusus bertujuan untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu, 

Artikel Terkait

Previous
Next Post »