SKRIPSI PENGARUH ORANG TUA SEBAGAI MOTIVATOR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

Friday, May 20, 2016

(KODE : 0015-PAI) : SKRIPSI PENGARUH ORANG TUA SEBAGAI MOTIVATOR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Orang Tua sebagai Motivator
1. Pengertian Orang Tua
Secara umum yang dimaksud dengan orang tua adalah orang-orang tua (dewasa). Yang turut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup anak, termasuk dalam pengertian ini adalah ibu dan ayah, kakek dan nenek, paman dan bibi, kakak atau wali, sedangkan menurut pengertian khusus (istilah), bahwa yang disebut sebagai orang tua hanyalah ibu dan ayah. Dalam kajian orang tua di sini adalah orang tua yang bertanggung jawab atas keluarganya, sebagaimana yang di gambarkan oleh Dr. al-Husaini Majid Hasyim, menyatakan mendidik anaknya menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap tuhan, terhadap negara dan masyarakatnya, dalam usaha supaya anak-anak itu mentaati norma-norma dan peraturan-peraturan yang menuju ke tujuan keluarga itu, kadang-kadang perlu juga anak itu dihukum : hukuman tersebut dapat merupakan peringatan.

2. Pengertian Motivator
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa motivator adalah berasal yang berarti pendorong Sedangkan motivasi adalah suatu tenaga (dorongan, alasan kemauan) dari dalam yang menyebabkan kita berbuat/bertindak yang mana tindakan itu diarahkan kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Motivasi merupakan dorongan yang ada dalam jiwa manusia yang mempunyai sifat-sifat abstrak, akan tetapi keberadaannya dapat diketahui melalui gejala-gejala yang tampak dalam perbuatannya maupun tingkah lakunya. Motivasi yang ada pada jiwa manusia pada dasarnya menuntun, membimbing manusia untuk bergerak, berkembang, memajukan dan meningkatkan potensi atau fitrah yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Insyiqaq ayat 19 sebagai berikut:
Artinya: "Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)".
Untuk lebih mengetahui tentang pengertian motivasi, terlebih dahulu dikemukakan asal kata dari istilah motivasi adalah "motif". Antara motivasi dengan motif adalah dua istilah yang sangat erat hubungannya, seakan-akan tidak ada motivasi jika tidak ada motif.
Dalam memperoleh gambaran yang jelas tentang motif, maka para ahli pendidikan banyak berpendapat: menurut Woodworth, motif adalah suatu set yang dapat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan Sumadi Suryabrata mengemukakan pendapat tentang motif diartikan sebagai keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Menurut Moh. Uzer Usman, motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisasi yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motif merupakan alasan untuk bertindak dalam mencapai tujuan tertentu. Seseorang tidak berminat melakukan sesuatu berarti motif yang mendorong tidak kuat, sehingga prestasi kecakapan nyata tidak sesuai dengan kecakapan jadi dalam segala perbuatan terdapat di satu pihak daya yang mendorong.
Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi adalah "Suatu proses untuk menggiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu".
Menurut Hilgard bahwa motivasi adalah suatu keadaan dalam individu yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Woodworth berpendapat: "Motivasi adalah suatu pemberian yang menumbuhkan motif
Dari semua uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi dapat timbul dari orang lain untuk dapat ditujukan pada orang lain (guru ke murid) dan motivasi pun dapat timbul dalam diri sendiri untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian antara motivasi dan motif merupakan dua unsur yang ada dalam kejiwaan dan keberadaannya tidak dapat dipisahkan, karena suatu motif akan bisa mencapai jenjang motivasi dan motivasi merupakan penjelmaan akan berhasilnya motif. Bila motif sebagai tenaga yang datang dari dalam dan di dalam subyek berfungsi sebagai penggerak yang merangsang atau menggerakkan organ Fisiolgis untuk berbuat sesuatu, atau bertingkah laku tertentu untuk mencapai tujuan yang rasional, dan sangat dibutuhkan kehadirannya.
Dari jalan pikiran ini jelaslah sumber pokok ajaran Islam mengakui keberadaan jiwa dan dengan demikian dapat dihubungkan dengan pribadi motivasi. Disebutkan dalam firman Allah dalam surat al-Zalzalah ayat 7 dan 8 sebagai berikut:
Artinya: "Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula".
Dengan demikian nampak lebih jelas bahwa motivasi adalah suatu kekuatan atau dorongan batin yang mampu memproses dan menggiatkan segala bidang motif. Sehingga terjadi aktivitas dan tingkah laku untuk memuaskan diri seseorang dengan adanya kebutuhan yang terpenuhi untuk mencapai segala tujuan yang hendak dicapai. 

3. Jenis-jenis Motivasi
Motivasi yang berasal dari kata motif, atau bahkan motivasi dengan motif pada dasarnya sama, yang berbeda hanya dalam istilahnya saja.
Motivasi dapat timbul dari dalam individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut:
a. Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat sebagai akibat dari dalam individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
Menurut Sumadi Suryabrata, mengemukakan bahwa motivasi Instrinsik adalah suatu rangsangan untuk bergerak atau bertingkah laku yang timbul dari dalam diri manusia. Adapun yang dimaksud dengan motif-motif Instrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar.
Dari pengertian di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi Instrinsik merupakan dorongan atau gerak yang datang dari anak itu sendiri, tanpa adanya pengaruh dari luar yang dimungkinkan karena adanya minat yang sangat tinggi untuk memperoleh suatu keinginan yang hendak di capai. Dengan motivasi Instrinsik yang dimiliki, anak akan sanggup mengatasi kesulitan hidup, seperti kesulitan dalam belajar, dengan memiliki motivasi yang kuat, anak akan benar memiliki keinginan yang kuat pula untuk membangkitkan semangat dalam bertindak, sehingga anak lebih mudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Adapun sebab-sebab timbulnya motivasi Instrinsik yang terjadi pada anak-anak adalah sebagai berikut:
1) Adanya kebutuhan
Dengan adanya kebutuhan, maka siswa akan terdorong untuk berbuat sesuatu, dan berusaha sekuat mungkin untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2) Adanya pengetahuan kemajuan yang dicapainya
Dengan mengetahui apakah ada kemajuan atau sebaliknya, maka hal ini dapat disebut sebagai pendorong pandangan atau pendorong bagi anak untuk belajar giat lagi. Sebagai contoh anak yang dapat menghitung sampai sepuluh, maka ia akan terdorong untuk menghitung lebih dari sepuluh.
3) Adanya cita-cita
Anak yang masih kecil mungkin belum mempunyai cita-cita atau mungkin sudah punya akan tetapi masih kabur, namun dengan bertambahnya usia anak, maka akan lebih tinggi dan jelas gambaran cita-cita yang diinginkan.
Dalam konsep ajaran Islam, manusia dianjurkan untuk mempunyai cita-cita dalam mencapai kehidupan yang lebih baik, sehingga ada usaha untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Bahkan kita dilarang untuk berputus asa dalam mencapai suatu kebaikan. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surat Yusuf ayat 87 sebagai berikut:
Artinya: "Hai anak-anak ku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
Di samping itu, cita-cita anak dipengaruhi tingkah laku atau ke-mampuannya. Anak yang mempunyai tingkat kemampuan yang tinggi, umumnya mempunyai cita-cita yang lebih realistis jika dibandingkan dengan anak yang mempunyai tingkat kemampuan yang lebih rendah.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »