TESIS PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN DAN SMAN

Tuesday, February 16, 2016
T-(0013) TESIS PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN DAN SMAN

BAB 2 
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Reproduksi
2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja
Defmisi kesehatan reproduksi seperti yang disepakati dalam International Coference on Population Development (ICPD) Kairo 1994 dan World Health Organization (WHO) yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya (Depkes RI, 2005)
Merujuk dari pengertian diatas, kesehatan reproduksi dapat diartikan pula sebagai kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksinya dan mengatur kesuburanya dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko apapun atau Well Mother dan Well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Manuaba, 2001)
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem reproduksi (fungsi, komponem dan proses) yang di miliki oleh remaja yaitu laki-laki dan wanita usia 10-24 tahun baik secara fisik, mental, emosional dan spiritual (BkkbN, 2011). Adapun tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari tentang pentingnya kesehatan reproduksi remaja, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat terhadap kesehatan reproduksi yang dilakukan melalui upaya advokasi, promosi, konseling, informasi dan edukasi kesehatan reproduksi serta pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus serta pemberian dukungan kepada kegiatan remaja yang bersifat positif (Widyastuti, 2009).
Dari definisi kesehatan reproduksi tersebut, Notoatmodjo (2007) menyatakan terdapat 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, Yakni :
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi, yang berhubungan dengan kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses reproduksinya, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil
2. Faktor budaya dan lingkungan yaitu praktik tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan informasi yang membinggungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses reproduksi
3. Faktor psikologis, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga memberikan beban dalam kehidupan remaja, depresi akibat ketidak seimbangan hormonal, wanita dianggap tidak berharga di mata pria.
4. Faktor biologis, seperti cacat bawaan sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi.
5. Akses informasi yang tidak ada merupakan faktor tersendiri yang memengaruhi kesehatan reproduksi.
1. Remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya di sebut "adolescence" berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja menurut Mappiare (1982) dalam Ali dan Asrori (2011) berlangsung antara umur 12 sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria.
Perkembangan lebih lanjut, istilah adolecence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional dan fisik sosial (Hurlock, 1991). World Health Organization (WHO, 1974) dalam Maryanti (2009) mendifmisikan remaja adalah individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sampai mengalami kematangan seksualnya, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa serta terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. WHO (2004), membuat batasan usia remaja kedalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Sedangkan di Indonesia sendiri batasan usia remaja adalah 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan usia 11 tahun mulai tampak tanda-tanda seksual sekunder, dianggap sudah aqil baligh, sempurnanya tanda-tanda perkembangan jiwa seperti identitas diri, perkembangan psikoseksual, tercapainya perkembanagan kognitif serta moral (Sarwono,2011).
2. Tahapan Tumbuh Kembang Remaja berdasarkan Kematangan Psikososial dan Seksual
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, sangatlah perlu mengenal perkembangan remaja berdasarkan sifat dan tahap perkembangannya. Menurut Widyastuti (2009) masa remaja di bagi dalam tiga tahap yaitu :
1. Masa Remaj a Awal (10-12 tahun)
a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
b. Tampak dan merasa ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak)
2. Masa Remaj a Tengah (13-15 tahun)
a. Mencari identitas diri
b. Tertarik pada lawan j enis
c. Timbul perasaan cinta yang mendalam
d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang
e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
3. Masa Remaj a Akhir (16-19 tahun)
a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
d. Dapat mewujudkan perasaan cinta
e. Memiliki kemampuan berpikir khayal
3. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan perilaku secara dewasa. Havighust (1961) dalam Kusmiran (2011), menyatakan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dalam kehidupan individu dan apabila berhasil akan membawa kebahagiaan pada fase-fase berikutnya.
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) yang di kutip Ali dan Asrori, 2011 adalah :
1. Mampu menerima keadaan fisiknya
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
4. Mencapai kemandirian emosional
5. Mencapai kemandirian ekonomi
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7. Memahami dan menginternalisasi kan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga Menurut Pratiwi (2005) dalam Widyastuti (2009), tugas yang harus dipenuhi remaja sehubungan dengan perkembangan seksual remaja adalah :
a. Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat.
b. Mengembangkan sikap yang benar tentang seks.
c. Mengenali pola-pola perilaku heteroseksual yang dapat diterima masyarakat.
d. Menetapkan nilai-nilai yang hams diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup.
2.1.2 Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja
Untuk menanggulangi masalah pada remaja maka pemerintah membuat kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja. Adapun Kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam kesehatan reproduksi remaja seperti di kutip Widyastuti dan Rahmawati (2009) adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja meliputi remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir
2. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan terpadu antara lintas program dan lintas sektoral
3. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan melalui jaringan pelayanan upaya kesehatan dasar dan rujukan
4. Pembinaan kesehatan reproduksi dapat dilakukan pada 4 daerah tangkapan , yaitu rumah, sekolah, masyarakat dan pelayanan kesehatan. Peningkatan peran serta orang tua, unsur potensial di keluarga serta remaja sendiri.
Menurut BkkbN (2000) dalam Widyastuti dan Rahmawati (2009) untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi, maka kebijakan teknis operasional yang dilakukan di Indonesia adalah : 1. Promosi hak-hak reproduksi
Dilaksanakan dengan menganalisa undang-undang peraturan dan kebijakan yang
saat ini berlaku apakah sudah sering dan mendukung hak-hak reproduksi dengan
tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya masyarakat.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »