1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Beberapa pengertian mengenai belajar:
Menurut kamus Oxford Learner's Pocket : Learning is knowledge gained by study, (belajar adalah pengetahuan yang didapat dari belajar).23
Belajar merupakan perubahan kelakuan (a change in behavior), seperti pendapat Ernes R. Hilgrad:
"Learning is the process by which an activity originates or is Changde through Training procedures (whether in the laboratory or in the natural Environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training",
(seseorang belajar apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dap seb kelakuannya berubah, sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi dari sebelum itu).24
Muhibin Syah dalam bukunya Psykologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mendefinisikan belajar sebagai berikut:
Any relatively permanent change in an organism's behavioral repertoire that accurs as result of experience.
(belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman).25
Sedangkan menurut Slameto, belajar yaitu suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperopleh suatu perubahan tingkah laku yang bam secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.26
Batasan-batasan diatas secara umum bisa disimpulkan, belajar adalah perubahan tingkah laku yang secara relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. Sebagimana sabda Rosulullah SAW:
Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SA W bersabda: Barang Siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu maka, maka Allah akan memudahkan baginya menuju surga. (HR. Muslim) "27
b. Prinsip - prinsip Belajar
Diantara prinsip belajar universal yang dirumuskan UNESCO melalui 4 pilar pendidikan (1996) yaitu:
1) Learning to know adalah prinsip belajar tidak hanya berorientasi kepada produk/hasil belajar, akan tetapi harus berorientasi kepada
proses belajar.
2) Learning to do adalah prinsip belajar tidak hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan,
akan tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi.
3) Learning to live together adalah belajar untuk kerjasama.
4) Learning to be, mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang "menjadi dirinya sendiri" dengan kata
lain belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggungj awab sebagai manusia.2S
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata latin "movere" yang berarti "menggerakkan". Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi berkembang.
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar menerangkan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Sedangkan Martinis Yamin dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi menjelaskan motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah ketrampilan dan pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapainya suatu tujuan.30 Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri peserta didik manakala peserta didik merasa membutuhkan (need). Peserta didik yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya.31
b. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Setidak - tidaknya terdapat enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak subtansial terhadap motivasi belajar peserta didik. Keenam faktor yang dimaksud yaitu (1) Sikap, (2) Kebutuhan, (3) Rangsangan, (4) Afeksi, (5) Kompetensi, (6) Penguatan.
Berikut disajikan secara ringkas untuk memperhatikan bagaimana masing-masing faktor motivasi memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik dan juga bagaimana faktor-faktor tersebut dapat dikombinasikan ketika guru merancang strategi motivasi dalam pembelajaran.
1) Sikap
Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik karena sikap itu membantu peserta didik dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran (guru-murid, orang tua-anak, dan sebagainya). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodifikasi atau diubah. Seorang guru harus meyakini sikapnya akan memiliki pengaruh aktif terhadap motivasi belajar anak pada saat awal pembelajaran.
2) Kebutuhan
Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami individu sebagai sesuatu kekuatan internal yang memandu peserta didik untuk mencapai tujuan. Semakin kuat seseorang merasakan kebutuhan, semakin besar perasaan yang menekan dalam memenuhi kebutuhannya. Keinginan biasanya mengarahkan pada kepuasan atau kenikmatan. Apabila peserta didik membutuhkan atau menginginkan sesuatu untuk dipelajari, mereka cenderung sangat termotivasi. Gum menumbuhkan motivasi belajar berdasarkan pada kebutuhan yang dirasakan oleh peserta didik.
3) Rangsangan
Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif. Rangsangan secara langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik apabila peserta didik tidak memperhatikan pembelajaran, maka sedikit sekali belajar akan terjadi pada peserta didik tersebut. Proses pembelajaran dan materi yang terkait dapat membuat sekumpulan kegiatan belajar. Setiap peserta didik memiliki keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran. Namun apabila mereka tidak menemukan proses yang merangsang, maka perhatiannya akan menurun. Pembelajaran yang tidak merangsang mengakibatkan peserta didik yang pada mulanya termotivasi untuk belajar pada akhirnya menjadi bosan terlibat dalam pembelajaran.
4) Afeksi
Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional (kecemasan, kepedulian dan kepemilikan) dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Peserta didik merasakan sesuatu saat belajar, dan emosi peserta didik tersebut dapat memotivasi perilakunya kepada tujuan. Guru hendaknya memahami bahwa emosi peserta didik bukan saja mempengaruhi perilaku melainkan juga mempengaruhi cara berfikirnya. Afeksi dapat menjadi motivator intrinsik. Apabila emosi bersifat positif pada waktu kegiatan belajar berlangsung, maka emosi mampu mendorong peserta didik bekerja keras. Integritas emosi dan berfikir peserta didik itu dapat mempengaruhi motivasi belajar dan menjadi kekuatan terpadu yang positif, sehingga akan menimbulkan kegiatan belajar yang efektif.
5) Kompetensi
Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah bekerja keras untuk berinteraksi dengan lingkungannya secara afektif. Di dalam pembelajaran, rasa kompetensi pada peserta didik itu akan timbul apabila menyadari bahwa pengetahuan atau yang diperoleh telah memenuhi standar yang telah ditentukan. Apabila peserta didik mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang telah dipelajari, dia akan merasa percaya diri. Hal ini datang dari kesadaran peserta didik bahwa dia secara intensional telah menguasai apa yang telah dipelajari berdasarkan pada kemampuan dan usahanya sendiri.
Hubungan antara kompetensi dan kepercayaan diri adalah saling melengkapi. Kompetensi memberikan peluang pada kepercayaan diri untuk berkembang, dan memberikan dukungan emosional terhadap usaha tertentu dalam menguasai ketrampilan dan pengetahuan baru. Perolehan kompeten dari belajar baru itu selanjutnya menunjang kepercayaan diri, yang selanjutnya dapat menjadi faktor pendukung dan motivasi belajar yang lebih luas.
6) Penguatan
Salah satu hukum psikologi paling fundamental adalah prinsip penguatan (reinforcement). Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Para pakar psikologi telah menemukan bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penerapan penguatan positif atau negatif. Penggunaan penguatan yang efektif, seperti penghargaan terhadap hasil karya peserta didik, pujian,