SKRIPSI MEMBANGUN PEMAHAMAN KARAKTER KE JUJURAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL JAWA PADA ANAK USIA DINI

Friday, January 15, 2016
(0006-PGPAUD) SKRIPSI MEMBANGUN PEMAHAMAN KARAKTER KE JUJURAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL JAWA PADA ANAK USIA DINI

BAB 2 
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Paud
2.1.1 Pengertian Paud
Pendidikan anak usia dini (Paud) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

2.1.2 Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam melaksanakan pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
2.1.2.1 Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosial emosional.
2.1.2.2 Belajar melalui bermain
Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
2.1.2.3 Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikan rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain
2.1.2.4 Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran yang terpadu yang dilakukan melalui tema.
2.1.2.5 Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup yang dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri
2.1.2.6 Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/guru.
2.1.2.7 Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berulang. 2.2 Konsep Bermain dan Permainan
2.2.1 Pengertian Bermain
Bermain (play) adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1978: 320). Menurut piaget dalam Hurlock (1978: 320) bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional. Menurut Battelheim dalam Hurlock (1978: 320) kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.
Sully dalam bukunya Essay on Laughter (dalam Millar, 1972) dalam Tedjasaputra (2011: 15) mengemukakan bahwa tertawa adalah tanda dari kegiatan bermain dan tertawa ada di dalam aktivitas sosial yang dilakukan bersama sekelompok teman. Menurut Sully , bermain memang mempunyai manfaat tertentu. Hal yang penting dan perlu ada di dalam kegiatan bermain adalah rasa senang yang ditandai oleh tertawa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang apabila dilakukan akan menimbulkan perasaan senang.
2.2.2 Pengertian Permainan
Kata "permainan" berasal dari kata dasar "main" yang antara lain berarti melakukan perbuatan untuk bersenang-senang (Purwaningsih, 2006). Menurut Battelheim dalam Hurlock (1978: 322), Permainan dan olah raga merupakan permainan bagi anak kecil karena menang atau bersaing tidak diperhitungkan, tujuannya hanya untuk kesenangan. Beberapa contoh permainan pada masa kanak-kanak adalah :
1) Permainan pada bayi, terdiri dari permainan yang sederhana dan bisa dilakukan dalam keluarga. Misalnya permainan cilukba, petak umpet dan berpantun.
2) Permainan individual (dilakukan sendiri) pada usia sekitar 4-5 tahun, anak memainkan permainan-permainan untuk menguji kemampuan dirinya. Misalnya saja melompati parit, melompat dengan satu kaki, memantulkan bola ke lantai, meniti tanggul parit dan seterusnya.
3) Permainan bersama teman-teman. Saat anak mempunyai minat melakukan permainan individual, mereka juga mulai berminat dengan kegiatan bersama teman-teman yang biasanya diarahkan oleh anak yang lebih besar. Permainan yang pada umumnya dilakukan adalah petak umpet, pencuri dan polisi, lompat tali,
main kejar-kejaran dan sejenisnya.
4) Permainan beregu, permainan ini mempunyai aturan-aturan yang tinggi. Contoh dari permainan beregu adalah bola basket, sepak bola.
5) Permainan di dalam ruang (indoor play), permainan di dalam ruang pada umumnya dimainkan saat anak harus berdiam di dalam rumah karena sakit, lelah atau cuaca buruk.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa permainan adalah kegiatan yang dilakukan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Permainan dapat dilaksanakan secara individu maupun kelompok. Permainan juga dapat dilakukan di dalam atau luar ruangan, tergantung dari jenis permainan yang dimainkan.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Permainan Anak
Menurut Hurlock (1978: 323) faktor yang mempengaruhi permainan anak adalah sebagai berikut :
1) Kesehatan
Kesehatan sangat mempengaruhi aktivitas anak, termasuk bermain. Anak yang lebih sehat akan cenderung melakukan dan menyenangi kegiatan bermain aktif daripada pasif. Banyaknya energi yang dikeluarkan, membuatnya lebih aktif dan ingin menyalurkan energinya tersebut. Sementara anak yang kurang bergairah, kurang sehat dan mudah lelah akan lebih menyukai kegiatan bermain pasif, yang memang tidak membutuhkan energi yang banyak.
2) Perkembangan Motorik
Kegiatan bermain sedikit banyak bergantung pada perkembangan motorik anak, baik motorik halus maupun motorik kasar. Kegiatan bermain aktif akan lebih banyak menggunakan keterampilan motorik terutama motorik kasar. Sedangkan bermain pasif kurang begitu banyak melibatkan koordinasi motorik.
3) Intelegensi
Biasanya anak yang lebih pandai lebih aktif dari pada anak yang kurang pandai. Dan ini berlaku bagi anak pada setiap jenjang usia. Anak yang pandai juga lebih kreatif dan penuh rasa ingin tahu. Sehingga kegiatan bermain aktif dan pasif sama-sama diminati oleh anak yang pandai. Kegiatan bermain yang menggunakan aktivitas fisik dan intelektual sangat digemari anak yang pandai.
4) Jenis kelamin
Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap perbedaan yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan dalam memilih kegiatan bermain. Anak laki-laki cenderung lebih menyukai aktivitas bermain aktif, seperti olahraga dan permainan seperti perang-perangan juga lebih sering dilakukan oleh anak laki-laki. Sedangkan anak perempuan lebih menyenangi kegiatan bermain konstruktif dan permainan seperti monopoli, ular tangga dan permainan yang lebih "tenang" sifatnya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »