SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII

Monday, January 11, 2016
(0002-PEND BHS INDO) SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII

BAB II 
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Sastra
1. Hakikat Pembelajaran Sastra
Pembelajaran adalah suatu upaya yang disengaja dan direncanakan sedemikian rupa oleh pihak guru sehingga memungkinkan terciptanya suasana dan aktivitas belajar yang kondusif bagi para siswanya (Jamaluddin, 2003:9). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses belajar yang kondusif bagi para siswa yang melibatkan pengalaman. Pembelajaran bahasa Indonesia meliputi pembelajaran bahasa dan sastra. Keterampilan yang dikembangkan berupa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
2. Tujuan Pembelajaran Sastra
Rahmanto (1993:16) bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak.
a) Membantu Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa memiliki empat keterampilan yaitu: menyimak, wicara, membaca, dan menulis. Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu siswa berlatih keterampilan membaca, dan keterampilan menyimak, wicara, dan menulis yang masing-masing erat hubungannya. Dalam pengajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan menyimak dengan suatu karya yang dibacakan oleh guru, teman atau lewat pita rekaman. Siswa dapat juga melatih keterampilan wicara dengan ikut berperan dalam suatu drama. Siswa dapat juga meningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa cerita. Dan karena sastra itu menarik, siswa dapat mendiskusikannya dan kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan keterampilan menulis.
b) Meningkatkan Pengetahuan Budaya
Karya sastra selalu menghasilkan 'sesuatu' dan kerap menyajikan banyak hal yang apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang yang menghayatinya. Suatu bentuk pengetahuan khusus yang harus selalu dipupuk dalam masyarakat adalah pengetahuan tentang budaya yang dimilikinya. Istilah 'budaya' sekarang ini dipakai secara luas dan mengandung berbagai arti serta pengertian yang satu sama lain kadang berbeda. Setiap sistem pendidikan kiranya perlu disertai usaha untuk menanamkan wawasan pemahaman budaya bagi setiap anak didik.
c) Mengembangkan Cipta dan Rasa
Melaksanakan pengajaran tidak boleh berhenti pada penguraian pengertian keterampilan ataupun pengetahuan. Setiap guru hendaknya selalu menyadari bahwa setiap siswa adalah seorang individu dengan kepribadiannya yang khas, kemampuan, masalah dan kadar perkembangannya masing-masing yang khusus. Oleh karena itu, penting sekali memandang pengajaran sebagai proses pengembangan individu secara keseluruhan. Dalam hal pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra,yang bersifat penalaran, yang bersifat afektif, dan yang bersifat sosial, serta dapat ditambahkan lagi yang bersifat religius. Karya sastra sebenarnya dapat memberikan peluang-peluang untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan semacam itu. Oleh karena itu dapat ditegaskan bahwa pengajaran sastra yang dilakukan dengan benar akan dapat menyediakan kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan tersebut lebih dari apa yang disediakan oleh mata pelajaran yang lain, sehingga mata pelajaran satra tersebut dapat lebih mendekati arah dan tujuan pengajaran dalam arti yang sesungguhnya.
d) Menunjang Pembentukan Watak
Perilaku seseorang lebih ditentukan oleh faktor-faktor pribadinya yang
paling dalam. Tidak ada satu pun jenis pendidikan yang mampu menentukan watak manusia kecuali mungkin pendidikan "cuci otak". Pendidikan hanya dapat berusaha membina dan membentuk, tetapi tidak dapat menjamin secara mutlak bagaimana watak manusia yang dididik nya. Meski demikian, dalam nilai
pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan watak ini. Pertama, pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Kedua, pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha pengembangan berbagai kualitas kepribadian siswa. 3. Komponen-komponen belajar-mengajar Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, media dan sumber belajar, serta evaluasi (Djamarah dan Aswan, 2006:41).
a. Tujuan
Adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.tidak ada suatu kegiatan yang tidak diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.
Tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya meliputi bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Semua komponen itu harus bersesuaian dan didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Bila salah satu komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Bahan Pelajaran
Adalah subtansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan.
Bahan pokok pelajaran adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya(disiplin keilmuan). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran
yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Dengan demikian, bahan
pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran. sebab bahan adalah inti dalam proses belajar mengajar yang akan disampaikan anak didik.
c. Kegiatan belajar mengajar
Adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar guru dan siswa ikut terlibat aktif dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai medium nya.
Kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual. Anak didik sebagai individual memiliki perbedaan dalam hal sebagaimana disebutkan di atas. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan anak didik sehingga, memudahkan melakukan pendekatan mastery learning dalam mengajar.
d. Metode
Adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode sangat diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, bisa menggunakan metode yang bervariasi agar kegiatan pembelajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Akan tetapi penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukung dan dengan psikologis anak didik. Oleh karena itu, di sinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat.
e. Media
Adalah segala sesuatu yang membawa pesan (informasi) dari suatu sumber
untuk disampaikan kepada penerima. Media dapat berupa manusia, benda, ataupun peristiwa yang membuat siswa mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan. Media memiliki arti yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Ketidak jelasan mated yang disampaikan bisa dibantu dengan menghadirkan sebuah media sebagai perantara.
Jadi, media sangat penting dalam proses belajar mengajar yaitu selain bisa memperjelas mated yang tidak jelas juga bisa untuk menstimulasi siswa selama proses belajar mengajar.
f. Sumber pelajaran,
Adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat asal untuk belajar seseorang.
g. Evaluasi
Suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai yang bersangkutan dengan dunia pendidikan guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.

B. Menulis Puisi
1. Hakikat Menulis Puisi
Menulis puisi merupakan sebuah penggambaran penggunaan bahasa yang indah, ditandai oleh bahasa yang ekspresif, pilihan kata yang padat, ringkas, namun memancarkan sejuta makna, persajakan yang ditata secara estetik, penataan bunyi yang indah, serta penggunaan gaya bahasa yang energik agar menghasilkan karya puisi dengan ciri-ciri puisi yang benar (Suparno, 2009:105).
Suryanto dan Anita (2004:44) tujuan seseorang menulis puisi terutama adalah untuk mengekspresikan isi hati dan pikiran. Mereka ingin membuat suatu karya seni yang memiliki nilai estetika. Ingin menjadikan puisi yang ditulis memenuhi standar keindahan sehingga akhirnya dapat memberikan penghiburan, kesenangan, dan kepuasan bagi pembacanya, maka dad itu dalam menulis puisi harus memperhatikan nilai-nilai estetika. Hal itu dapat dilakukan dengan menampilkan pilihan kata yang tepat serta rima yang menarik.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »