(KODE : 0017-KEPERAWATAN ) : SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III TERHADAP TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil "tahu", dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodj o,2003: 127).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003: 128).
Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003: 128), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang yang berurutan, yaitu Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek). Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan tempat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisa yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek.
B. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2003: 130).
1. Komponen Pokok Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), komponen pokok sikap meliputi hal-hal berikut:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
2. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkatan sikap meliputi:
a. Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
b. Merespon (Responding)
Merespon yaitu memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan mempakan indikasi sikap.
c. Menghargai (Valuing)
Menghargai yaitu pada tingkat ini individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggungjawab (Responsible)
Bertanggung jawab yaitu mempakan sikap yang paling tinggi, dengan segala resiko bertanggungjawab terhadap sesuatu yang telah dipilih.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Maulana (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu :
a. Faktor Internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima atau menolak pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang terdapat dari luar diri manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya interaksi antara manusia dalam bentuk kebudayaaan yang sampai kepada individu melalui surat kabar, televisi, majalah, dan sebagainya.
C. Teknik Menyusui yang Benar
1. Pengertian Teknik Menyusui yang Benar
Perinasia (2003), menyatakan teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
Menurut Roesli (2008), agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif
2. Manfaat menyusui
Menurut Roesli (2008), bagi ibu dan bayi ASI menyebabkan kuatnya ikatan batin antara ibu dan bayi. Hal ini merupakan manfaat awal dari menyusui.
a. Manfaat bagi bayi
Menurut Saleha (2009), banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan yaitu: komposisi sesuai kebutuhan, kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan, ASI mengandung zat pelindung, perkembangan psikomotorik lebih cepat, menunjang perkembangan kognitif, menunjang perkembangan penglihatan, memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak, dasar untuk perkembangan emosi yang hangat dan dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri.
b. Manfaat bagi ibu
Menurut Saleha (2009), manfaat menyusui bagi ibu adalah mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula, mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil, menunda kesuburan, menimbulkan perasaan dibutuhkan dan mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium.
c. Manfaat bagi keluarga
Adapun manfaat menyusui bagi keluarga menurut Saleha (2009) adalah mudah dalam proses pemberiannya, mengurangi biaya rumah tangga dan bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.
d. Manfaat bagi Negara
Manfaat menyusui bagi negara menurut Saleha (2009) adalah penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan, penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui dan mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
3. Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
Menurut Maryunami, A. (2009), terdapat berbagai macam posisi menyusui sebagai berikut:
a. Posisi ibu
1) Posisi menyusui ibu yang bersalin normal (persalinan spontan)
Ibu yang melahirkan secara spontan bisa lebih leluasa memilih posisi menyusui, sambil duduk atau berbaring menyamping. Jika posisi duduk yang dipilih: gunakan kursi yang nyaman, upayakan telapak kaki menginjak lantai dan gunakan bangku kecil sebagai pengganjal bila posisi kaki agak menggantung.
2) Posisi menyusui ibu yang melahirkan seksio caesaria
Football position adalah posisi yang disarankan untuk ibu yang melahirkan melalui persalinan seksio caesaria. Pada posisi ini: tubuh bayi digendong dengan salah satu tangan ibu, upayakan letak kepala bayi berada tepat dibawah payudara dan membentuk garis lurus dengan badan bayi dan posisi ini aman karena bagian bawah perut ibu yang masih nyeri akibat operasi dapat terlindungi. Posisi ini merupakan posisi yang paling nyaman bagi ibu maupun bayinya. (Varney's.2008).
3) Posisi menyusui ibu dengan bayi kembar
Sama dengan ibu yang melahirkan melalui persalinan seksio caesaria, football position (dengan cara seperti memegang bola) juga tepat untuk bayi kembar dimana kedua bayi disusui bersaman kiri dan kanan, dengan cara : kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti memegang bola, letakkan tepat dibawah payudara ibu, posisi kaki bayi boleh dibiarkan menjuntai keluar, untuk memudahkan, kedua bayi dapat diletakkan pada satu bidang datar yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu dengan demikian, ibu cukup menopang kepala bayi kembarnya saja. Cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas pangkuan ibu.