(KODE: 0008-PAI) : SKRIPSI KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT RATNA MEGAWANGI DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK PRASEKOLAH
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan proses belajar bagi setiap manusia dalam usaha pengembangan potensi diri. Sekolah merupakan lembaga kedua setelah di dalam lingkungan keluarga (rumah). Lingkungan keluarga merupakan yang paling pertama yang menentukan bagaimana seorang anak tumbuh dan berkembang dalam perilaku nantinya. Pendidikan di sekolah merupakan pendukung utama dalam perkembangan anak tersebut.
Dengan adanya pendidikan diharapkan seorang anak tidak hanya cerdas secara kognitif saja, akan tetapi juga secara emosionalnya, sehingga seorang anak akan tumbuh dengan kecerdasan yang cukup dan juga memiliki rasa simpati dan empati (respek) dalam kehidupan sehari-hari di sekitar lingkungannya. Terkait dengan keadaan bangsa Indonesia sekarang, maka seharusnya pendidikan tidak hanya menekankan pada nilai (peringkat/prestasi di kelas) dan tidak hanya mementingkan kecerdasan sepihak (kognitif) saja. Sudah saatnya bangsa ini memikirkan tentang pendidikan yang berorientasi pada pembentukan akhlak dan moral, sehingga hasil dari pada pendidikan itu adalah manusia-manusia yang berkarakter.
Menurut Syaikh Mustafa al-Ghulayani, bahwa pendidikan adalah :
Pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan, serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air.
Dari penjelasan al-Ghulayani tersebut, jelas bahwa pendidikan selain mengajarkan tentang ilmu pengetahuan juga harus memberikan pembelajaran yang baik, yang dapat membentuk pribadi baik, memiliki keutamaan dalam akhlak. Dan hal tersebut dilakukan dengan pembinaan dan pembiasaan. Karena sesungguhnya manusia sejak awal memiliki potensi baik (fitrah).
Manusia selaku makhluk Tuhan dibekali berbagai potensi yang dibawa sejak lahir dan salah satunya adalah fitrah. Menurut M. Arifin, bahwa fitrah manusia diberi kemampuan untuk memilih j alan yang benar dan yang salah, kemampuan ini diperoleh dari proses pendidikan yang telah mempengaruhinya.
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Untuk mendapatkan pengertian tentang pendidikan karakter secara keseluruhan, maka dalam sub bab ini akan diuraikan masing-masing unsur dari pendidikan dan karakter secara terpisah.
a. Pengertian Pendidikan
Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa.
Dalam bukunya M. 'Athiyah Al-Abrasyi, menurut Sully, salah seorang tokoh filosof pendidikan, pendidikan diartikan :
Pendidikan adalah pengajaran watak bagi anak-anak agar dia mampu untuk mandiri.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada term al-tarbiyah, al-ta 'dib dan al-ta 'lim. Dari ketiga istilah tersebut yang paling populer digunakan dalam praktik pendidikan Islam adalah al-tarbiyah, sedangkan al-ta'dib dan al-ta 'lim jarang sekali.
Mortiner J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses di mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan yang baik melalui sarana yang artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkannya, yaitu kebiasaan yang baik.
Dari pengertian pendidikan yang telah diuraikan, maka dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terkonsep serta terencana untuk memberikan pembinaan dan pembimbingan pada peserta didik (anak-anak). Yang mana bimbingan dan pembinaan tersebut tidak hanya berorientasi pada day a pikir (intelektual) saja, akan Langsung, mengutip pendapatnya Al-Attas, bahwa kata ta'lim hanya berarti pengajaran, sedangkan kata tarbiyah kaitannya lebih luas, sebab itu berlaku bagi seluruh makhluk dengan pengertian memelihara atau membela dan lain-lain lagi. Padahal kata pendidikan yang diambil dari education itu hanya untuk manusia saja, sedangkan kata ta 'dib lebih tepat sebab tidak terlalu sempit (tidak sekedar mengajar) dan tidak meliputi makhluk-makhluk lain selain manusia. Jadi, kata ta dib sudah meliputi kata ta 'lim dan tarbiyah. Selain ta 'dib lebih erat hubungannya dengan kondisi ilmu dalam Islam yang termasuk dalam isi pendidikan. Baca lebih lengkap Hasan tetapi juga pada segi emosional yang dengan pembinaan dan bimbingan akan dapat membawa perubahan pada arah yang lebih positif.
Proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan (positif) di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai yang melahirkan akhlaq al-karimah atau menanamkannya, sehingga dengan pendidikan dapat terbentuk manusia yang berbudi pekerti dan berpribadi luhur.
Dalam pandangan Andragogie, seorang anak dianggap memiliki potensi dan kemampuan serta pengalaman dan tugas pendidikan adalah untuk mengaktualkannya.
b. Pengertian Karakter
Karakter dalam kamus pendidikan berarti watak, sifat-sifat kejiwaan. Dan ilmu yang mempelajari tentang watak seseorang seseorang berdasarkan tingkah laku disebut dengan karakterologi.10 Karakter atau watak dapat dikembangkan oleh faktor-faktor pembawaan dan faktor-faktor eksogen seperti alam sekitar, pendidikan dan pengaruh dari luar pada umumnya.
Andragogie berasal dari bahasa Yunanu Kuno, yaitu "andr", yang berarti laki-laki atau orang dewasa (bukan anak laki-laki), dan "agogos", yang berarti membimbing atau membina.secara harfiah (etimologi), andragogie adalah ilmu atau seni mengajar orang dewasa.
Pada intinya teori ini mengungkapkan bagaimana proses pendidikan harus dilaksanakan dengan melibatkan Dalam bukunya Netty Haratati, karakter (character) adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas, satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi. Ia disebabkan oleh bakat pembawaan dan sifat-sifat hereditas sejaklahir dan sebagian disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Ia berkemungkinan untuk dapat dididik. Elemen karakter terdiri atas dorongan-dorongan, insting, refleksi-refleksi, kebiasaan-kebiasaan, kecenderungan-kecenderungan, organ perasaan, sentimen, minat, kebajikan dan dosa, serta kemauan. Menurut Wynne (1991) :
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia.
Menurut Ratna Megawangi, karakter berasal dari bahasa Yunani, yaitu charassein, yang artinya adalah mengukir hingga terbentuk sebuah pola. Jadi, untuk mendidik anak agar memiliki karakter diperlukan proses "mengukir", yakni pengasuhan dan pendidikan yang tepat. Karakter adalah sikap yang dapat dilihat atau ditandai dari perilaku, tutur kata, dan tindakan lainnya. Dalam padanannya dengan istilah bahasa Arab, karakter mirip artinya 12 Insting, istilah ini kebanyakan untuk binatang dan jarang sekali digunakan untuk manusia. digunakan untuk benda-benda dan tumbuh-tumbuhan. Insting adalah suatu kemampuan berbuat dan bertingkah laku dengan tanpa melalui proses belajar. Kemampuan insting ini pun merupakan pembawaan sejak lahir. Dalam. Dunia psikologi pendidikan, kemampuan ini disebut dengan akhlak mulia yaitu tabiat atau kebiasaan melakukan hal-hal yang baik.
Karakter merupakan suatu keadaan jiwa. Keadaan ini menyebabkan jiwa bertindak tanpa pikir atau dipertimbangkan secara mendalam. Keadaan ini ada dua jenis. Yang pertama, alamiah dan bertolak dari watak. Misalnya pada orang yang gampang sekali marah karena hal-hal yang paling kecil. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan dan latihan. Pada mulanya keadaan ini terjadi karena dipertimbangkan dan difikirkan. Namun, kemudian melalui pratek terus menerus menjadi karakter. Pengertian ini sama dengan beberapa pengertian akhlak dalam beberapa literatur, ini karena dari beberapa versi hampir sama dinyatakan bahwa akhlak dan karakter adalah sama-sama yang melekat dalam jiwa dan dilakukan tanpa pertimbangan.
Dari beberapa pengertian karakter di atas ada dua versi yang agak berbeda. Satu pandangan menyatakan bahwa karakter adalah watak atau perangai (sifat), dan yang lain mengungkapkan bahwa karakter adalah sama dengan akhlak, yaitut sesuatu yang melekat pada jiwa yang diwujudkan dengan perilaku yang dilakukan tanpa pertimbangan. Tapi sebenarnya bila dikerucutkan dari kedua pendapat tersebut adalah bermakna pada sesuatu yang ada pada diri manusia yang dapat menjadikan ciri kekhasan pada diri seseorang.