PTK PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PENERAPAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

Tuesday, April 12, 2016
PTK (0035) PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PENERAPAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION



BAB II 
KAJIAN TEORI


A. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah cara di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan metode pembelajaran adalah cara guru. Pengertian itu diperkuat lagi oleh Winarno Surakhmad (1982:96) bahwa metode pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pengajaran.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat oleh guru akan mempengaruhi hasil belajar siswa, karena dengan metode pembelajaran yang tepat akan menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan menciptakan umpan balik dari siswa kepada guru. Tentunya guru harus dapat memilih metode mana yang paling tepat untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan banyaknya metode pembelajaran dan tidak semua metode sama efektifnya untuk suatu bidang/pokok bahasan, maka guru sebagai pengelola pengajaran perlu mempertimbangkan kesesuaian metode yang akan digunakan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Guru harus mengadakan pemilihan metode yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan agar penggunaan metode dalam pembelajaran memberikan hasil yang baik.
Kriteria yang digunakan dalam memilih metode pembelajaran menurut I.L Pasaribu & B. Simanjuntak (1980:41) antara lain :
1. Sesuai dengan tujuan pelajaran
2. Sesuai dengan waktu, tempat dan alat-alat yang tersedia dengan tugas guru
3. Sesuai dengan jenis kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam pelajaran
4. Menarik bagi siswa
5. Maksudnya dipahami oleh siswa
6. Sesuai dengan kecakapan guru

B. Metode Pembelajaran Kooperatif
Metode pembelajaran kooperatif sering juga disebut sebagai pembelajaran kerjasama merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur (Anita Lie, 2004:12).
Alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa, tapi siswa dapat juga saling mengajar sesama siswa yang lain. Bahkan banyak penelitian menunjukan pembelajaran oleh rekan sebaya ternyata lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru (Anita Lie, 2004:31). Hal tersebut membuktikan bahwa siswa dapat saling bertukar pikiran dalam hal proses belajar sehingga mereka bisa saling memahami apa yang mereka pelaj ari.
Menurut Anita Lie (2004:31-37), untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima prinsip yang harus diterapkan dalam metode pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya.
2. Tanggungjawab perseorangan
Masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan.
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggotanya. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran satu kepala saja.
4. Komunikasi antar anggota
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Metode Cooperative learning merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi murid. Menurut Slavin (2008), cooperative learning mempunyai tiga karateristik:
1. murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang
anggota); komposisi ini tetap selama beberapa minggu.
2. murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan
yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok.
3. murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.
Cooperative learning mampu mendorong sosialisasi, kompetisi sehat di
kelas, kemampuan siswa untuk berinteraksi serta bekerja dengan siswa yang lain untuk mencapai tujuan yang sama. Contoh bentuk-bentuk Cooperative learning: a. Team Games Tournament (TGT)
Team Games Tournament menekankan adanya kompetisi, kegiatannya seperti student team achievement divisions, tetapi kompetisi dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antar anggota tim dalam suatu bentuk turnamen. Dalam teknik ini murid-murid yang kemampuan dan jenis kelaminnya berbeda disatukan dalam tim yang terdiri dari 4-5 orang anggota. Setelah guru menyajikan bahan pelajaran, tim lalu mengerjakan lembaran-lembaran kerja, saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama untuk persiapan menghadapi suatu turnamen atau pertandingan yang biasanya dilaksanakan sekali seminggu. Dalam turnamen itu tim ditentukan beranggotakan 3 murid dengan kemempuannya serupa (atas dasar hasil minggu sebelumnya). Hasilnya murid-murid yang berprestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki peluang yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai murid yang berprestasi paling tinggi.
Adapunjalannyaturnamen sebagai berikut:
1) Para murid secara bergantian mengambil kartu dan menjawab pertanyaan
yang tertera pada kartu tersebut, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang sesuai
dengan bahan yang telah dipelajari selama minggu ini.
2) Pada akhir turnamen, guru menyiapkan lembar berikut tentang tim-tim
yang berhasil dan di skor-skor yang tertinggi.
Student Team Achievement Divisions
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kolega-koleganya di Universitas John Hopkin, merupakan salah satu metode pembelajarn kooperatif yang sederhana. Slavin menjelaskan bahwa pembelajaran koopeatif dengan metode STAD Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pembelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu di skor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor ini melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.
Kegiatan pembelajaran STAD terdiri dari enam tahap, yaitu:
1) Persiapan pembelajaran
2) Penyajian materi
3) Belajar kelompok
4) Tes
5) Penentuan skor peningkatan individual
6) Penghargaan kelompok
c. Jigsaw
Pembalajaran cooperative tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggta kelompok yang lain.
Jigsaw didisain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap untuk memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali kepada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. d. Group investigation
Group investigation merupakan salah satu teknik dari metode cooperative learning dimana para murid bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil untuk melaksanakan berbagai macam proyek kelas. Setiap kelompok membagi-bagi tugas menjadi sub topik-sub topik, kemudian setiap anggota kelompok melakukan kegiatan meneliti untuk mencapai tujuan kelompok. Setelah itu setiap kelompok mengajukan hasil penelitiannya kepada kelas (Sri Rumini dkk, 1995:114).

C. Tinjauan Tentang Student Team Achievement Divisions
STAD merupakan salah satu metode pembeajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu: 1. Presentasi kelas

Artikel Terkait

Previous
Next Post »