1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar akan lebih baik jika subyek belajar mengalami atau melakukannya sehingga tidak bersifat verbalistik.
Secara umum belajar dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-superego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep atau pun teori (Sardiman, 1986: 22-24). a. Beberapa teori tentang belajar
1) Teori belajar menurut ilmu jiwa daya
Bahwa jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya yang dapat dilatih untuk memenuhi fungsinya. Contohnya melatih daya ingat belajar misalnya dengan menghafal kata atau angka, istilah-istilah asing.
2) Teori belajar menurut ilmu jiwa hestal
Belajar bermula pada suatu pengamatan. Dalam kegiatan pengamatan keterlibatan semua panca indera sangat diperlukan.
3) Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi
Dari teori ini, ada dua teori yang sangat terkenal yakni:
a) Teori konektionisme dari Thorndike
Bahwa belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera (sense impression) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action)
b) Teori conditioning dari Pavlov
Belajar merupakan suatu hal yang dilakukan berkali-kali dan sering diulangi, sehingga menjadi kebiasaan (Sardimn, 1986: 31-37). b. Tujuan belajar
1) Untuk mendapatkan pengetahuan
2) Penanaman konsep dan keterampilan
3) Pembentukan sikap
2. Pengertian mengajar
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung atau memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik dengan suatu harapan terjadi proses pemahaman. Dalam proses ini siswa atau anak didik mengenal dan menguasai budaya bangsa untuk kemudian dapat memperkayanya.
Kemudian pengertian secara luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar (Sardiman, 1986: 46-47).
Adapun hasil pengajaran itu dikatakan baik, apabila memiliki ciri-ciri:
a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Jika hasil pengajaran tidak tahan lama dan lekas menghilang maka hasil pengajaran itu berarti tidak efektif.
b. Hasil itu merupakan pengetahuan "asli" atau "otentik" Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan (Sardiman, 1986: 49).
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku keseluruhan yang telah dimiliki oleh seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan tingkah laku kognitif, efektif serta psikomotorik (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1989: 29).
Tetapi walau demikian, tidak semua perubahan tingkah laku dapat disebut hasil belajar. Untuk dapat disebut sebagai hasil belajar maka harus memenuhi syarat yaitu, antara lain:
a. Merupakan beberapa pencapaian tujuan belajar
b. Merupakan proses kegiatan belajar yang disadari
c. Sebagai hasil latihan atau uji coba yang disengaja
d. Merupakan tindak tanduk yang berfungsi efektif dalam kurun waktu tertentu dan berfungsi positif bagi pengembangan tindak tanduk yang lainnya (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1989: 30).
Beberapa teori tentang belajar di antaranya sebagai berikut:
a. Teori contiguitas
Menekankan bahwa belajar terdiri atas pembangkitan respon dengan stimulus yang pada mulanya bersifat netral atau tidak memadai. Melalui persinggungan (contiguity) stimulus dengan respon stimulus yang tidak memadai untuk menimbulan respon tadi akhirnya mampu menimbulkan respon. Drill, praktik, pengulangan dan kejadian-kejadian sesuai dengan teori ini (Hamalik, 2002: 49).
b. Teori reinforcement
Teori reinforcement yang dijelaskan oleh E.L. Thorndike menekankan bahwa belajar terdiri atas pembentukan ikatan atau hubungan-hubungan antara stimulus respon yang terbentuk melalui pengulangan. Pembentukan ikatan-ikatan ini dipengaruhi oleh frekeunsi, resensi, intensitas dan kejelasan pengalaman, perasaan dan kapasitas individu, kesamaan situasi dan menghasilkan kepuasan atau reinforcement yang merupakan dasar dalam teori conditioning.
c. Field theory
Field teory dirumuskan sebagai reaksi terhadap teori conditioning dan reinforcement dipandang dari sifat otomistis, field theory menekankan keseluruhan dari bagian-bagian, bahwa bagian-bagian itu erat sekali hubungan dan saling bergantung satu sama lain.
Field theory yang terkemuka adalah psikologi Gestalt. Teori Gestalt sangat menekan pada insight yang kadang-kadang dirumuskan sebagai persepsi yang tiba-tiba terhadap hubungan-hubungan di dalam keseluruhan situasi. Salah satu sumbangan yang paling penting dari teori Gestalt adalah bahwa tugas-tuags sekolah harus cocok dengan pengalaman dan pemahaman siswa.
d. Psikologi fenomenologis dan humanistis
Menurut Coems dan Snygg, psikologi fenomenologis merupakan pendekatan yang memusatkan perhatiannya pada persepsi-persepsi pribadi yang unik, persepsi-persepsi seseorang, tujuan-tujuannya, konsep dirinya, aspirasinya, pilihan tanggung jawab pribadi untuk menjadi sesuatu adalah hal-hal yang sangat diperhatikan oleh psikologi humanistis.
e. Definisi S-R (secara relatif)
Belalar adalah perubahan dalam perilaku yang merupakan refleksi definisi mekanistis S-R. Hasil-hasil belajar dapat diamati.