SKRIPSI PERANAN GURU PENDIDIKAN AQIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN PERILAKU SISWA

Tuesday, January 12, 2016
(0002-PAI) SKRIPSI PERANAN GURU PENDIDIKAN AQIDAH AKHLAK DALAM MENINGKATKAN PERILAKU SISWA

BAB II 
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih moderen. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan konsep dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Menurut bahasa Yunani: pendidikan berasal dari kata "Pedagogi" yaitu kata "paid" artinya "anak" sedangkan "a gogos" yang artinya membimbing "sehingga " pedagogi" dapat di artikan sebagai "ilmu dan seni mengajar anak".
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Wikipedia, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasi nya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasi nya.
1. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
3. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
4. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpanan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
5. Pendidikan Menurut GBHN
GBHN 1988 memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. 1
Dari pernyataan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

B. Pendidikan Aqidah Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Aqidah Akhlak
Sebelum menjelaskan pengertian pendidikan Aqidah Akhlak terlebih
dahulu diketahui pengertian Aqidah Akhlak terdiri dari dua kata, yaitu
aqidah dan akhlak.
a. Pengertian Aqidah
Kata Aqidah berasal dari bahasa Arab yang berarti "ma'uqida 'alaihi al-qalb wa al-dlamir ", yakni sesuatu yang ditetapkan atau diyakini oleh hati atau qolb dan perasaan atau hati nurani. Kata "aqidah" berarti pula "ma tadayyana bihi al insan wa I'tiqoduhu", yakni sesuatu yang dipegangi dan diyakini (kebenarannya) oleh manusia.
Menurut M. Hasbi Ash-Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab) ialah sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya. Sedangkan Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.2
Ibnu Taimiyah (1983) menjelaskan makna aqidah adalah suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang, sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tanpa ada keraguan dan syak wasangka.3 b. Pengertian Akhlak
Sedang pengertian akhlak secara etimologi berasal dari kata "Khuluq" dan jama'nya "Akhlaq", yang berarti budi pekerti, etika, moral. Demikian pula kata "Khuluq" mempunyai kesesuaian dengan "Khilqun", hanya saja khuluq merupakan perangai manusia dari dalam diri/ ruhaniah sedang khilqun merupakan perangai manusia dari luar / jasmani.4
Selanjutnya Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak jika yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran.
Akhlak adalah sikap hati yang mudah mendorong anggota tubuh untuk berbuat sesuatu. Adapun menurut Ahmad Amin, yang disebut akhlak itu ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itulah yang dinamakan akhlak. Jika apa yang bernama kehendak itu dikerjakan berulang-kali sehingga menjadi kebiasaan, itulah yang kemudian berproses menjadi akhlak

Artikel Terkait

Previous
Next Post »