SKRIPSI PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL KOMBOYAN TERHADAP PENINGKATAN KERJASAMA ANAK TK

Wednesday, January 13, 2016
(0007-PSIKOLOGI) SKRIPSI PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL KOMBOYAN TERHADAP PENINGKATAN KERJASAMA ANAK TK

BAB 2
LANDASAN TEORI

Suatu penelitian ilmiah memerlukan suatu landasan teori yang kuat sebagai dasar yang mendukung peneliti untuk menuju ke lapangan. Teori-teori yang digunakan sebagai landasan akan mengarahkan alur berfikir pada proses penelitian yang dia lakukan. Dalam bab ini akan diuraikan konsep-konsep pokok yang menjadi dasar pemikiran dalam penelitian. 2.1 Perkembangan Sosialisasi pada Anak 2.1.1 Proses Perkembangan Sosial. Menurut Muhibin (dalam Nugraha & Rachmawati 2004: 1.13) perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya. Adapun Hurlock (1978: 250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.
Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi. Proses sosialisasi ini tampaknya terpisah, tetapi sebenarnya saling berhubungan satu sama lainnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (dalam Nugraha & Rachmawati, 2004: 1.13) yaitu sebagai berikut :
1) Belajar untuk bertingkah laku yang dapat diterima secara sosial
2) Belajar memainkan peran sosial yang dapat diterima
3) Perkembangan sikap sosial
Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga proses sosial ini, individu akan terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok individu sosial dan kelompok individu non sosial. Kelompok individu sosial adalah mereka yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Adapun kelompok individu nonsosial adalah mereka yang tingkah lakunya tidak mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa yang diharapkan kelompok sosial sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan harapan sosial. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi individu anti sosial, yaitu individu yang mengetahui harapan sosial tetapi mereka sengaja melawan hal tersebut. Seseorang agar bisa memenuhi tuntutan sosial maka perlu adanya pengalaman sosial yang menjadi dasar pergaulan. 2.1.2 Pentingnya Pengalaman sosial
Menurut Hurlock (1978: 256), sebagian besar peristiwa atau pengalaman sosial yang dialami pada masa anak-anak dipandang sebagai berikut:
1) Pengalaman yang menyenangkan
Pengalaman yang menyenangkan mendorong anak untuk mencari pengalaman semacam itu lagi.
2) Pengalaman yang tidak menyenangkan
Pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan sikap yang tidak sehat terhadap pengalaman sosial dan terhadap orang lain. Pengalaman yang tidak menyenangkan mendorong anak menjadi tidak sosial atau anti sosial.
3) Pengalaman dari dalam rumah (keluarga)
Jika lingkungan rumah secara keseluruhan memupuk perkembangan sikap sosial yang baik, kemungkinan besar anak akan menjadi pribadi yang sosial atau sebaliknya.
4) Pengalaman dari luar rumah
Pengalaman sosial awal anak di luar rumah melengkapi pengalaman di dalam rumah dan merupakan penentu penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak. Berdasarkan pemahaman diatas, pengalaman sosial pada masa anak-anak baik itu yang menyenangkan, tidak menyenangkan, diperoleh dari dalam rumah atau dari luar rumah adalah sangat penting.
Adapun ciri umum perkembangan sosial anak usia 4-5 tahun yaitu mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak-anak lain, berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, menunjukkan perhatian untuk mengetahui lebih jauh tentang perbedaan jenis kelamin. Sedangkan ciri umum perkembangan anak usia 5-6 tahun yaitu dapat bergaul dengan sesama teman, merasa puas dengan prestasi yang dicapai, tenggang rasa terhadap keadaan orang lain, serta dapat mengendalikan emosi.
Menurut Nugraha & Rachmawati (2004: 1.14) karakteristik yang menggambarkan individu dengan penyesuaian diri baik, yaitu :
1) Dapat menerima tanggung jawab sesuai usianya
2) Menikmati pengalaman
3) Mau menerima tanggung jawab sesuai dengan peranannya
4) Mampu memecahkan masalah dengan segera
5) Dapat melawan dan mengatasi hambatan untuk merasa bahagia
6) Mampu membuat keputusan dengan kekhawatiran dan konflik yang minim
7) Tetap pada pilihan sehingga menemukan bahwa pilihannya salah
8) Merasa puas dengan kenyataan
9) Dapat menggunakan pikiran sebagai dasar untuk bertindak, tidak untuk melarikan diri
10) Belajar dari kegagalan, tidak mencari alasan untuk kegagalannya
11) Tahu bagaimana harus bekerja pada saat kerja dan bermain pada saat main
12) Dapat berkata tidak pada sesuatu yang mengganggu
13) Dapat berkata ya pada situasi yang membantu
14) Dapat menunjukan kemarahan ketika merasa terluka atau merasa haknya terganggu
15) Dapat menunjukkan kasih sayang
16) Dapat menahan sakit dan frustasi jika diperlukan
17) Dapat berkompromi ketika mengalami kesulitan
18) Dapat memusatkan energi pada tujuan
19) Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan hidup yang tidak ada habisnya
Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa untuk menjadi individu diperlukan penyesuain diri yang baik, anak harus merasa bahagia dan mampu menerima dirinya. 2.1.3 Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia 4-6 tahun
Menurut Nugraha & Rachmawati (2004: 2.12) karakteristik perilaku sosial diantaranya adalah:
a. Membuat kontak sosial dengan orang di luar rumah
b. Dikenal dengan istilah Peregang age. Dikatakan peregang karena anak sekolah berkelompok belum mengikuti arti dari sosialisasi yang sebenarnya. Mereka mulai belajar menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan sosial.
c. Hubungan dengan orang dewasa
d. Hubungan dengan teman sebaya
e. Usia 3-4 tahun mulai bermain bersama. Mereka tampak mulai mengobrol selama bermain, memilih teman untuk bermain, mengurangi tingkah laku permusuhan. Patmonodewo (2000: 33-35) mengemukakan beberapa ciri sosial pada anak usia prasekolah, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Pada umumnya anak usia ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti. Mereka pada umumnya cepat menyesuaikan diri secara sosial,

Artikel Terkait

Previous
Next Post »