SKRIPSI PENGARUH LAYANAN KONSULTASI DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR DI TK

Friday, January 15, 2016
(0009-PGPAUD) SKRIPSI PENGARUH LAYANAN KONSULTASI DALAM MENGATASI
KESULITAN BELAJAR DI TK

BAB II
KAJIAN TEORETIS



A. Kesulitan Belajar 
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Berikut ini adalah defmisi belajar menurut beberapa ahli.
Belajar adalah sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Aqib, 2002:62).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Natawidjaja, 2004: 13).
membedakannya dengan makhluk lain. Belajar yang dilaksanakan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya berlangsung seumur hidup, kapan saja dan di mana saja baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Namun demikian satu hal sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh itikad dan maksud tertentu (Hamalik,
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi di dalam satu situasi bukan di dalam satu ruang hampa. Situasi belajar ini ditandai dengan adanya motif-motif yang ditetapkan dan atau di terima siswa. Kadang-kadang satu proses belajar tidak dapat mencapai hasil yang maksimal disebabkan karena ketiadaan kekuatan yang mendorong (motivasi). Dalam hal inilah perlunya guru memasukkan motivasi dalam cara-cara mengajarnya (Surakhmad, 2004: 65).
2. Konsep Belajar bagi Anak Usia Dini
a. Ki Haj ar Dewantoro
Ki Hajar Dewantara melontarkan konsep belajar 3 dinding. Yang dimaksud belajar dengan 3 dinding bukanlah belajar di kelas dengan jumlah dinding 3 buah (salah satu dari 4 sisi dinding tidak ada), tetapi konsep tersebut mencerminkan tidak ada batas atau jarak antara di dalam kelas dengan realita di luar. Belajar bukan sekedar teori dan praktek di sekolah, tetapi juga belajar menghadapi realitas dunia. Sekolah dan Dunia menurut konsep ini berarti tidak terpisah. Dengan itu diharapkan para guru mengajarkan ilmu teori serta praktek di dunia dan juga kepada siswa jika tidak sungkan-sungkan menanyakan apa saja hal yang tidak diketahuinya tentang dunia kepada guru mereka masing-masing. Tujuan dari konsep ini, agar para lulusan sekolah dapat mampu hidup dan bisa berbuat banyak setelah lulus dari sekolah. Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Hanya ungkapan tut wuri handayani saja yang banyak dikenal dalam masyarakat umum. Arti dari semboyan ini secara kap adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa Semboyan dalam pendidikan yang dipakai adalah: tut wuri handayani.
memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, gum hams menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik hams memberi teladan atau contoh tindakan baik).
. Maria Montesorri
Maria Montessori mengemukakan bahwa setiap manusia melalui serangkaian lompatan kuantum pembelajaran (quantum leaps of learning) selama usia-usia pra sekolah. Usia pra-sekolah menjadi salah satu perhatian penting dalam metode Montessori karena pada masa itu anak mengalami perkembangan pesat. Masa penting anak pra-sekolah itu disebutnya dengan istilah "sensitive periods" (http ://id. wikipedia. org/wiki/Maria_Montesorri).
Metode Montessori tidak menyukai pengukuran prestasi secara tradisional (jenjang, ujian) dan menyebutkannya sebagai sebuah hal yang merusak pertumbuhan internal (inner growth) pada anak-anak dan orang orang dewasa. Analisis prestasi anak tidak diberikan. Sebagai gantinya, diberikan daftar ketrampilan, aktivitas dan titik-titik kritis, dan kadang-kadang pencapaian anak-anak secara naratif (kekuatan dan kelemahannya) dengan penekanan pada perbaikan kekurangannya.
Kelas montessori secara umum dibagi dalam 2 kelompok besar: lahir-6 dan 6-12. Kelompok pada tingkat pertama biasa disebut dengan istilah "casa dei bambini" (mmah anak-anak) dan berfokus pada pembelajaan dan pengembangan diri dengan kecepatan individual. Pada tingkat kedua, kerjasama dengan orang lain dan pendidikan semesta "cosmic education" mulai diperkenalkan.
Pengelompokan umur yang variatif dipercaya menghasilkan sikap mental yang kooperatif di mana anak yang lebih tua secara otomatis berbagi pengetahuan lebih mudah. Bagi siswa Montessori, belajar adalah perjalanan
menemukan sendiri (journey of self-discovery) yang pada akhirnya mengarah pada tingkat konsentrasi yang tinggi, kepercayaan diri, motivasi-pribadi, disiplin-pribadi, dan kecintaan pada belajar.
Metode Montessori mendukung individualitas dalam seting komunal di mana setiap anak bertanggung jawab untuk diri mereka dan masyarakat luas. Konsep ini diperbandingkan dengan konsep umum yang meletakkan kelas sebagai ukuran umum pendidikan dan anak hanya bagian dari daripadanya. c. JJ. Roseau
JJ.Rosseou mengemukakan tentang pembelajaran Klasik Naturalisme yang mengatakan bahwa anak pada waktu lahir adalah baik, jika anak rusak itu akibat pengaruh lingkungan. Belajar adalah Membiarkan anak tumbuh dan berkembang dengan sendirinya secara alamiah dan jangan diapa-apakan. Freedom to learn artinya adalah "biarlah anak belajar dengan bebas karena orang dapat mengaktualisasikan dirinya secara penuh jika orang tersebut tidak diganggu. petualang yang ditandai dengan perkembangan intelektual dan kemampuan nalar yang pesat. Masa remaja (adolescence), usia 15-25 tahun, masa hidup sebagai manusia yang beradab, masa pertumbuhan seksual, sosial, moral dan kata hati. d. Piaget
Piaget (dalam Suparno, 2001: 19) menemukan teori perkembangan kognitif gan intelektual anak secara kronologis terjadi 4 tahap. Urutan Rousseau membagi seluruh masa perkembangan anak atas empat tahap perkembangan, yaitu masa bayi (infancy), usia 0-2 tahun merupakan tahap perkembangan fisik, masa anak (childhood), usia 2-12 tahun, masa perkembangan sebagai manusia primitif. Masa remaja awal (pubercence), usia 12-15 tahun, masa tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia kronologis memasuki setiap tahap bervariasi pada setiap anak. Keempat tahap dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Tahap sensor motor : umur 0-2 tahun (Ciri pokok perkembangannya anak mengalami dunianya melalui gerak dan indera nya serta permanensi obyek)
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensor motor oleh Piaget. Pada tahap sensor motor, intelegensi anak didasarkan pada tindakan indera anak terhadap lingkungan, seperti melihat, meraba, mendengar, membau dan Iain-lain.
Pada tahap sensor motor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang dari periode "belum mempunyai gagasan" menjadi " sudah mempunyai gagasan". Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik.
Piaget membagi tahap sensor motor dalam enam periode, yaitu:
a) Periode 1 : Refleks (umur 0-1 bulan)
Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan.
b) Periode 2 : Kebiasaan (umur 1-4 bulan)
Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang- ngulang suatu tindakan.
c) Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4-8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya. Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. la menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya.
d) Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8-12 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. la sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui.
e) Periode 5 : Eksperimen (umur 12-18 bulan)
Unsur pokok pada periode ini adalah mulainya anak memperkembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mencoba-coba dengan Trial and Error.
f) Periode Representasi (umur 18-24 bulan)
Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap juga dengan koordinasi internal dalam barannya.
Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:
(1) Berfikir melalui perbuatan (gerak)
(2) Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia
dapat berjalan dan bicara.
(3) Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.
(4) Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »