SKRIPSI HUBUNGAN KEBISINGAN TERHADAP STRES PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI

Wednesday, January 27, 2016
(0025-FKM) SKRIPSI HUBUNGAN KEBISINGAN TERHADAP STRES PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI

BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA

ILL KEBISINGAN
II. 1.1. Definisi Kebisingan
Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki (WHO, 1995).
Suara dikatakan bising bila suara-suara tersebut menimbulkan gangguan terhadap lingkungan seperti gangguan percakapan, gangguan tidur dan Iain-lain (Suma'mur, 1996).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.718/Menkes/Per/XI/1987 : kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini merupakan kumpulan nada-nada dengan macam-macam intensitas yang tidak diinginkan sehingga mengganggu kesehatan orang terutama pendengaran. Sedangkan menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. SE Ol/Men/1978, kebisingan di tempat kerja adalah semua bunyi atau suara-suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat di tempat kerja (Depkes RI, 1993).
Dalam bahasa K3, National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) telah mendefinisikan status suara atau kondisi kerja dimana suara berubah menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu : ( Tambunan, 2005)
a. suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 104 dBA
b. kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam.
II. 1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kebisingan antara lain : (WHO, 1995)
1. Intensitas, intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat di dengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi di ukur dengan logaritma dalam desible (dB).
2. Frekuensi, frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16-20000 Hertz. Frekuensi bicara terdapat antara 250- 4000 Hertz.
3. Durasi, efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam.
4. Sifat, mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi, intermiten). Bising impulsive (satu/lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi kurang dari 1 detik) sangat berbahaya.
II. 1.3. Sumber-sumber kebisingan
Ditempat kerja disadari atau tidak, cukup banyak fakta yang menunjukkan bahwa perusahaan beserta aktivitas-aktivitasnya ikut menciptakan dan menambah keparahan tingkat kebisingan di tempat kerja, misalnya : ( Tambunan, 2005)
a. Mengoperasikan mesin-mesin produksi "ribut" yang sudah cukup tua
b. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang
c. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya, misalnya mesin diperbaiki pada saat mesin mengalami kerusakan parah
d. Melakukan modifikasi atau perubahan secara parsial pada komponen- komponen mesin tanpa mengindahkan kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan komponen-komponen mesin tiruan
e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat (terbalik atau tidak rapat/longgar), terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad connection)
f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya penggunaan palu (hammer) alat pemukul sebagai alat pembengkok benda- benda metal atau bantu pembuka baut.
II.1.4 Jenis Kebisingan
Ditempat kerja, kebisingan diklasifikasikan menjadi dua yaitu: (Tambunan, 2005)
1. Kebisingan Tetap Kebisingan tetap dibagi lagi menjadi:
a. kebisingan dengan frekuensi terputus {discrete frequency noise) kebisingan ini berupa "nada-nada murni pada frekuensi yang beragam, contoh suara mesin, suara kipas dan sebagainya.
b. Broad Band Noise
Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise). Perbedaanya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan "nada" murni).
2. Kebisingan Tidak Tetap Kebisingan tidak tetap dibagi lagi menjadi:
a. Kebisingan fluktuatif {fluctuating noise) Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama selang waktu tertentu.
b. Intermitten Noise
Sesuai dengan terjemahanya, itermitten noise adalah kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas.
c. Impulsive noise
Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara senjata dan alat-alat sejenisnya. Sedangkan menurut Suma'mur, jenis kebisingan dibagi atas :
1. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar dan Iain-lain.
2. Kebisingan kontinu dengan sprektum frekuensi yang sempit (steady state, narrow band noise) misalnya gergaji sikuler, katup gas dan Iain-lain.
3. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang dilapangan udara.
4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise) seperti tembakan bedil atau lain sebagainya.
5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa diperusahaan.
II.1.5 Pengaruh Kebisingan
Pengaruh kebisingan seperti tidur terganggu, beberapa ketegangan mental yang disebabkan oleh kebisingan, akan menyebabkan bertambah cepatnya denyut nadi serta hipertensi, yang dapat mengarah kepada suatu bahaya lain di mana si penderita tidak dapat mendengar teriakan atau suara peringatan sehingga memungkinkan dapat mengakibatkan kecelakaan. Secara terus-menerus berada ditengah-tengah kebisingan ditempat kerja dan lalu lintas dapat berakibat hilangnya kepekaan mendengar yang mengarah kepada ketulian ( Buchari, 2007).
Lebih rinci lagi, menurut Ambar W. Roestam (2004), gangguan akibat kebisingan dapat berupa :
1. Gangguan fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (±10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, kelelahan, dan Iain-lain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan hams dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan ter-ganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya; gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja.
4. Gangguan keseimbangan
Bising yang sangattinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
5. Efek pada pendengaran
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.
Tingkat kebisingan dinyatakan dalam desible (dB) yang membandingkan tingkat tekanan suara. Berikut beberapa contoh tingkat suara itu: 60-70 dB untuk pembicaraan biasa, 80-90 dB untuk lalu lintas ramai dan 140-150 dB untuk bunyi mesin jet. Tingkat maksimal yang dapat didengar telinga manusia adalah 130 dB, walaupun dianjurkan sebaiknya manusia jangan sampai dihadapkan pada tingkat suara setinggi itu. Intensitas suara 90-95 dB dapat merusak pendengaran (Drs.Kus Irianto, 2004).

Artikel Terkait

Previous
Next Post »