SKRIPSI HUBUNGAN JENIS KELAMIN, KETERPAPARAN MEDIA DAN PENGARUH TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA

Wednesday, January 27, 2016
(0024-FKM) SKRIPSI HUBUNGAN JENIS KELAMIN, KETERPAPARAN MEDIA DAN PENGARUH TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA

BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
2.1.1 Definisi remaja
Beberapa definisi remaja yang dikemukakan oleh Soetjiningsih, (2004) adalah sebagai berikut:
- Menurut Undang-undang No.4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan anak, Remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
Kalangan pediatric mengatakan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
- Menurut Undang-undang perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
Menurut Diknas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah. lurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun Menurut Kemenkes RI (2011) remaja adalah merupakan masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologi dan sosial antara usia 10-19 tahun.
2.1.2 Perubahan Pada Masa Remaja
2.1.2.1 Perubahan fisik remaja
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja yaitu peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan. Perubahan biokimia termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga kematangan yang di tunjukan tercapai dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi.
Adapun tanda-tanda perubahan tersebut menurut Kemenkes (2011) adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan fisik yang pesat pada remaja laki-laki umumnya terjadi pada usia 12-13 tahun, dimana penis mulai membesar. Pada usia 11-12 tahun, testis dan skrotum membesar, kulit skrotum menjadi gelap, dan rambut pubis mulai tumbuh. Ejakulasi mulai terjadi pada usia 13-14 tahun, ditandai dengan mimpi basah. Peristiwa inilah yang dijadikan sebagai tanda dimulainya pubertas. Pematangan seksual penuh terjadi pada usia 17-18 tahun.
b. Pertumbuhan fisik yang pesat pada remaja perempuan terjadi pada usia 10-11 tahun. Perkembangan payudara adalah merupakan tanda awal pubertas kemudian rambut pubis muncul. Pada sepertiga anak remaja, pertumbuhan rambut pubis terjadi sebelum tumbuhnya payudara, rambut ketiak dan dan badan mulai tumbuh pada usia 12-13 tahun. Pengeluaran secret vagina pada usia 10-13 tahun. Keringat ketiak mulai diproduksi pada usia 12-13 tahun, karena perkembangan kelenjar apokrin yang menyebabkan keringat berbau\ khas. Menstruasi terjadi pada usia 11-14 tahun. Pematangan seksual penuh terjadi ketika usia 16 tahun.
Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas berakhir dan berhenti ketika dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal. Yang berbeda adalah awal mulainya. Mungkin remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis tipis, sementara yang lain belum. Seringkali perkembangan yang berbeda sengan teman sebaya dapat membuat remaja risau akan tetapi bila perbedaannya tidak terlalu jauh, masih dianggap normal dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut. Harus diingat bahwa seorang anak berkembang pada saat yang berbeda dan dengan kecepatan yang berbeda pula.
2.1.2.2 Perkembangan Psikososial Remaja
Menurut Ericson (1963), pencarian identitas diri mulai dirintis seseorang pada usia yang sangat muda, yaitu sekitar usia remaja muda. Pencarian identitas diri berarti pencarian jati diri, di mana remaja ingin tahu tentang siapa dia, apa kedudukan dan perannya dalam lingkungan termasuk semua hal yang berhubungan dengan "aku" yang ingin diselidiki dan dikenalnya. Pada usia 12-15 tahun, pencarian identitas diri masih berada pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga mungkin berlawanan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa sehingga dapat menjadi masalah bagi lingkungannya. Gejala lain yang memperkuat dugaan bahwa remaja sedang mencari identitas diri adalah perilaku yang cenderung untuk melepaskan diri dari ikatan orang tua. Mereka lebih suka melakukan kegiatan pribadi atau berkumpul dengan teman-temannya di luar dibandingkan bersama orang tua.
Psikososial merupakan manifestasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial dan intelektual. Karakteristik psikososial remaja dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Remaja Awal (10-13 tahu)
Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri (self consciousness), perubahan hormonal, menyebabkan emosi mudah berubah-ubah seperti mudah marah, mudah tersinggung atau agresif menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam berpakaian, berdandan trendy dan lain lain. Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungannya. Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode teman sebayanya. Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya gang/kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebayanya. Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangnya sendiri dengan membandingkan segala sesuatu sebagai buruk/hitam atau baik/putih sehingga kurang tolerans dan sulit diajak kompromi.
2. Remaja Pertengahan (14-16 tahun)
Mampu untuk berkompromi, sehingga mereka lebih tenang, sabar dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain. Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri dan menolak campur tangan orang lain termasuk orang tua. Bereksperimen untuk mendapat citra diri yang dirasa nyaman, sehingga gaya berpakaian, gaya rambut, dan pendapat berubah-ubah. Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun beresiko, akibatnya mereka mulai bereksperimen dengan merokok, alkohol, seks bebas dan mungkin NAPZA. Tidak lagi fokus pada diri sendiri sengga lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu. Membangun nilai, norma dan moralitas sehingga akan mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga. Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas, sehingga ingin menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman. Mulai membina hubungan dengan lawan jenis dan mulai berpacaran tetapi tidak menjurus serius. Mampu berfikir secara abstrak dan mulai berhipotesa sehingga mulai perduli terhadap hal yang sebelumnya tidak menarik dan ingin mendiskusikan atau berdebat. Keterampilan intelektual khusus menyebabkan adanya mata pelajaran sekolah yang mulai menonjol sehingga perlu mediasi. Minat yang besar dalam seni, olahraga, berorganisasi dan lain lain sehingga mungkin mengabaikan pekerjaan sekolah. Senang berpetualangan sehingga ingin mandiri, tapi belum memikirkan keselamatan diri yang dianjurkan. 3. Remaja Akhir (17-19 tahun)
Ideal, sehingga cenderung menggeluti masalah sosial politik termasuk agama. Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga dan mulai belajar mengatasi stress yang dihadapi dan sulit diajak berkumpul dengan keluarga. Belajar mencapai kemandirian secara financial maupun emosional, mengakibatkan kecemasan dan ketidak pastian masa depan yang dapat merusak keyakinan diri. Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis sehingga mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu. Merasa sebagai orang dewasa dan cenderung mengemukan pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya. Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri dan mulai Nampak ingin meninggalkan rumah untuk hidup sendiri.
Penyesuaian terhadap lingkungan baru akan dapat menjadi masalah bagi remaja karena meninggalkan dunia anak-anak berarti memasuki dunia baru yang belum dikenalnya betul dan penuh dengan tuntutan-tuntutan baru, padahal ia sudah meninggalkan dunia lama. Bila tidak mampu memenuhi tuntutan dunia barunya sering timbul perasaan-perasaan tidak mampu yang mendalam.
Pergaulan dengan lawan jenisnya juga dapat menjadi sesuatu yang mengesankan bagi remaja. Bila mengalami hambatan, remaja akan menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Masalah lain yang dihadapi remaja dengan lingkungan sosialnya adalah masalah-masalah di sekolah yang membutuhkan penyesuaian dalam belajar, membagi waktu luang dan penyesuaian diri terhadap situasi baruselalu minimbulkan ketegangan, untuk itu remaja dituntut selalu mampu menyesuaikan diri dengan cepat.
2.1.2.3 Emosi
Emosi adalah reaksi sesaat yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku, sedangkan perasaan adalah sesuatu yang sifatnya lebih menetap. Pada masa remaja, kepekaan emosi biasanya meningkat, sehingga rangsangan sedikit saja sudah menimbulkan luapan emosi yang besar, misalnya menjadi mudah marah atau mudah menangis. Masa remaja didominasi oleh peran emosi, hal ini dapat dilihat dari seleranya tentang lagu, buku bacaan, perilakunya pada saat mengendarai kendaraan. Kepekaan emosi remaja yang meningkat biasanya akan mempengaruhi perilakunya misalnya putus pacar, maka frustasinya akan dibawa ke sekolah, ke rumah, di jalan dan bahkan dapat mempengaruhi prestasi akademiknya.
Kepekaan emosi yang meningkat dapat berbentuk: menyendiri, mudah marah, gelisah dengan bentuk perilaku seperti menggigit kuku, menggaruk-garuk dan sebagainya, merusak benda-benda, mencoret-coret, suka berkelahi atau bahkan mengalami gangguan mental emosional (depresi) dan mengonsumsi
Secara emosional remaja ingin disiplin, sekalipun tetap masih ingin dikasihi. Remaja ingin diperlakukan seperti orang dewasa, serta merasa senang bila dihargai. Keinginan remaja untuk diakui sebagai orang dewasa menimbulkan konflik dengan lingkungan. Konflik tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kecemasan dan ketegangan.
2.1.2.4 Perkembangan kecerdasan
pada masa remaja, perkembangan intelegensia masih berlangsung sampai usia 21 tahun. Perkembangan intelegensia menyebabkan remaja lebih suka belajar sesuatu yang mengandung logika untuk mengerti hubungan antara hal yang satu dengan yang lainnya. Imajinasi remaja juga menunjukkan kemajuan, hal ini ditandai dengan banyak prestasi yang dicapai remaja misalnya mengarang lagu, membuat karangan ilmiah, membuat sajak dan prestasi lain yang menggambarkan kemampuan intelegensia dan imajinasi. Dari perkembangan intelegensia akan terjadi kemajuan-kemajuan seperti mampu menadakan generalisasi, mampu melihat relasi antara hal yang satu dengan yang lain, mampu mengadakan pembicaraan intelektual, senang mengkritik dan mampu berpikir abstrak., A
2 12 5 Permasalahan Remaja
Latar belakang sosial budaya yang berbeda, menyebabkan problematika berbeda pula. Bila diteliti lebih lanjut, ternyata prioritas kebutuhan atau problematika masing-masing individu berbeda. Masalah remaja berasal dari individu remaja sendiri berupa emosi, perubahan pribadi, kesehatan, materi, perilaku seks. Masalah yang berasal dari lingkungan sosial sekitar remaja yaitu keluarga, dan lingkungan Sekolah. Serta permasalahan yang berasal dari faktor lain di luar lingkungan dekat remaja seperti, mitos-mitos yang berkembang di masyarakat, budaya serta adat istiadat masyarakat setempat.
Demikian banyaknya problem yang dihadapi remaja sehingga banyak konflik yang akhirnya menimbulkan reaksi menarik diri atau melarikan diri ke hal-hal negatif. Stres yang terlalu berat, berlarut-larut dan tidak terselesaikan dapat menbimbulkan gangguan jiwa yaitu depresi. Gejala depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap, putus asa dan tidak dapat menikmati kegiatan yang dilakukan. Manifestasi depresi pada remaja adalah gangguan perilaku, misalnya; menentang guru/orang tua, sulit belajar, kenakalan remaja, kebut-kebutan, tawuran, perilaku seks beresiko dll (Kemenkes RI, 2011).

Artikel Terkait

Previous
Next Post »