SKRIPSI EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Tuesday, January 26, 2016
(0011-FKM) SKRIPSI EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES/SK/X/2004 adalah salah satu kebijakan nasional yaitu promosi kesehatan untuk mendukung pencapaian visi Indonesia sehat 2010. Berikut penjelasan tentang PHBS yang me pengertian, nan dan indikator.
2.1.1. Pengertian PHBS
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakat (Depkes. RI. 2006). PHBS adalah wujud pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Program PH adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing dan masyarakat agar dapat menerapkan cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Depkes RI. 2006).
2.1.2. Tatanan PHBS
Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat umum. Dalam penelitian ini adalah pada tatanan institusi pendidikan yang tujuannya adalah mengevaluasi pelaksannaan program untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (Depkes, 2006).
2.1.3. Indikator PHBS
Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang dijalankan telah sesuai dengan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Dengan demikian indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian (Depkes RI, 2006).
2.2. PHBS di Tatanan Sekolah
2.2.1. Sekolah
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dengan segala aktifitas nya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum. Sekolah adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak, maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah juga mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak (Ahmadi, 2003).
2.2.2. PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
2.2.3. Manfaat PHBS di Sekolah
a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.
b. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik.
c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat).
d. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.
e. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi sekolah atau daerah lain
2.3. Indikator PHBS di Sekolah
2.3.1. Mencuci Tangan Dengan Air Mengalir dan Sabun
Mencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran penyakit. Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti penyakit gangguan usus dan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang dapat berpotensi membawa kepada arah kematian.
Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga ke ng an mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya menyebabkan seseorang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya. Di dalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangi lah yang membuat mencuci tangan dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan.
Untuk mengatasi kuman dibutuhkan pengertian akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan oleh siapapun. Bukan hanya sekedar mencuci tangan saja melainkan juga menggunakan sabun dan dilakukan di bawah air yang mengalir karena sabun bisa mengurangi atau melemahkan kuman yang ada di tangan.
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. PBB telah mencanangkan tanggal 15 Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan dengan Sabun Sedunia. Ada 20 negara di dunia yang akan berpartisipasi aktif dalam hal ini, salah satu diantaranya adalah Indonesia.
Cuci tangan pakai sabun penting dilakukan, khususnya:
1. Sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan
2. Sebelum menyuapi anak
3. Sesudah buang air besar dan kecil
4. Setelah menceboki bayi
5. Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari bepergian
6. Sehabis bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan.
2.3.2. Mengkonsumsi Jajanan Sehat di Kantin Sekolah
Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan dan hal ini dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil) dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judwarwanto, 2008).
Makanan jajanan dapat menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Oleh karena itu, makanan jajanan memiliki peranan penting pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Jadi, untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak aman, perlu dilakukan usaha promosi keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta pedagang (Judarwanto, 2008).
Anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan Vi waktunya di sekolah, demikian halnya berpengaruh pada pola makan anak. Sebagai orang tua mungkin perlu kita sadari bahwa makanan dari luar rumah (di sekolah) memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan energi sebesar 3l,l% dan protein sebesar 27,4%. Hasil survei juga menunjukkan bahwa sejumlah 78% anak sekolah jajan di lingkungan sekolah, baik di kantin maupun dari penjaja sekitar sekolah (Badan POM, 2008). Karena itu dapat difahami peran penting makanan jajanan pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah.
Makanan jajanan yang tidak sehat dan tidak bermutu mengakibatkan timbulnya risiko bagi kesehatan dan memiliki dampak negatif jangka panjang terhadap pembentukan generasi bangsa. Sungguh ironis, jika kita menganggap makanan jajanan anak sekolah hanya sebagai masalah kecil karena dampaknya yang begitu besar terhadap kelangsungan bangsa di masa depan.
Peningkatan perhatian kesehatan anak usia sekolah melalui makanan jajanan yang sehat ini diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang sehat, cerdas dan berprestasi yang merupakan aset bangsa di masa mendatang.
2.3.3. Menggunakan Jamban Yang Bersih dan Sehat
Tindakan yang paling penting dan dapat dilakukan oleh sekolah untuk mencegah penyebarluasan penyakit menular seperti diare adalah membuang kotoran manusia secara aman yaitu dengan menggunakan jamban. Letak jamban sebaiknya tidak terlalu dekat dengan ruangan kelas. Jamban antara siswa laki-laki dan siswa perempuan harus dipisahkan agar kebersihan jamban dapat terjaga dan jamban dilakukan pemeriksaan kebersihan setiap hari.
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Pentingnya buang air kecil dan besar di jamban yang bersih adalah untuk menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Syarat jamban sehat meliputi :
a. Tidak mencemari sumber air bersih, untuk ini letak lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 m dari sumber air minum. Tetapi kalau keadaan tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada musim kemarau, demikian juga bila letak jamban disebelah atas dari sumber air minum pada tanah yang miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari 15m.
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, untuk ini tinja harus tertutup rapat, misalnya dengan menggunakan leher angsa/penutup yang rapat.
c. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk ini maka harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar lebih irit hendaknya dibuat dari bahan-bahan yang ada di daerah setempat.
d. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang.
e. Cukup penerangan.
f. Lantai kedap air.
g. Luas ruangan cukup, atap tidak terlalu rendah.
h. Ventilasi cukup baik.
i. Tersedia air dan alat pembersih.
2.3.4. Olahraga Yang Teratur dan Terukur
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Depkes, 2002).


Artikel Terkait

Previous
Next Post »