SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Tuesday, May 10, 2016

(KODE : 0002-BIDAN) : SKRIPSI HUBUNGAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Anemia
Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut "Potential danger to mother and child"  (Potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan. (Manuaba, 1998).

a. Pengertian Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III, atau kadar nilai haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester II. Perbedaan nilai batas diatas dihubungkan dengan kejadian hemodilusi. (Cunningham, 2005).
Menurut WHO, kadar Hb wanita hamil dibagi menjadi 3 kategori :
1) Anemia Ringan : 9 - 10 gr%
2) Anemia Sedang : 7 - 8 gr%
3) Anemia Berat < > :>7 gr%
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya zat besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
Keperluan akan zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dan kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi zat besi, lebih - lebih pada kehamilan kembar. Lagi pula di daerah khatulistiwa zat besi lebih banyak keluar melalui air peluh dan melalui kulit. Masuknya zat besi setiap hari yang dianjurkan tidak sama untuk berbagai negeri. Untuk di Indonesia setiap harinya dianjurkan wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg, dan wanita menyusui 17 mg. (Wiknjosastro, 2006). 

b. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas
1) Keguguran
2) Partus prematurus
3) Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
4) Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
5) Syok
6) Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia
7) Infeksi intrapartum dan masa nifas
8) Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr %) terjadi payah jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal. (Mochtar,1998) 

c. Pengaruh Anemia tehadap Janin
1) Abortus
2) Terjadi kematian intrauterine
3) Persalinan prematuritas tinggi
4) Bayi Berat lahir rendah
5) Kelahiran dengan anemia
6) Dapat terjadi cacat bawaan
7) Bayi mudah terserang infeksi
8) Intelegensi rendah
9) Kematian neonatal
10) Asfiksia intra partum

2. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat - alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya angka kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar kematian perinatal terjadi pada bayi - bayi prematur. (Wiknjosastro, 2006). 
a. Pengertian BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Istilah prematuritas telah diganti dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gr, yaitu karena umur hamil kurang dari 37 minggu, dan umur kehamilan cukup tetapi berat lahir rendah. (Manuaba, 1998).
Pembagian kehamilan menurut WHO adalah sebagai berikut:
1) Preterm : umur hamil kurang dari 37 minggu (259 hari)
2) Aterm : umur hamil antara 37 sampai 42 minggu (259 - 293 hari)
3) Post-term : umur hamil diatas 42 minggu (294 hari)
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Dengan pengelolaan yang optimal dan dengan cara - cara yang kompleks serta menggunakan alat - alat yang canggih, beberapa gangguan yang berhubungan dengan prematuritasnya dapat diobati. Dengan demikian gejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari dapat dicegah atau dikurangi. (Wiknjosastro, 2006). 
b. Penyebab Terjadinya BBLR
1) Faktor ibu
a) Penyakit
Seperti malaria, anemia, infeksi TORCH
b) Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c) Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 20 tahun atau > 35 tahun dan karena jarak kehamilan serta persalinan yang terlalu dekat
d) Faktor kebiasaan ibu

Artikel Terkait

Previous
Next Post »