PTK PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMPARAFRASE IKLAN BARIS MENJADI WACANA EKSPLANASI LISAN DALAM KONTEKS BEKERJA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS - GAME - TOURNAMENT)

Tuesday, April 12, 2016
PTK (0031)  PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMPARAFRASE IKLAN BARIS
MENJADI WACANA EKSPLANASI LISAN DALAM KONTEKS BEKERJA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS - GAME - TOURNAMENT)



BAB II 
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS


Pada bab ini akan dibahas mengenai kajian pustaka dan landasan teoretis yang berkaitan dengan penelitian. 
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian mengenai keterampilan berbahasa khususnya keterampilan memparafrase lisan dalam konteks bekerja masih jarang ditemukan. Dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan, ada beberapa penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian memparafrase lisan. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan oleh Felder (2001), Fitriani (2007), Wati (2009),Younesi (2009), Zuliyanti (2010), Nitasari (2010), dan Prasetyani (2010).
Felder (2001) melakukan penelitian berjudul Effective Strategy For Cooperative Learning. Penelitian tersebut mengkaji strategi-strategi dalam pembelajaran kooperatif. Dalam penelitian tersebut Felder memberikan beberapa contoh permasalahan di kelas dan cara penyelesaiannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Felder menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif membuat peserta didik tertarik dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Persamaan penelitian Felder dan penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran di kelas.
Fitriani (2007) melakukan penelitian berjudul "Pengembangan Model Pembelajaran dengan Teknik Kuis Komunikata untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas XI Bahasa SMAN 1 Lembang". Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik kuis komunikata dapat meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik. Analisis data pada siklus I menunjukkan bahwa peserta didik belum mampu berbicara dengan baik. Perolehan skor rata-rata termasuk kategori cukup, sedangkan skor tertinggi pada siklus I adalah 50. Pada siklus II skor peserta didik mengalami peningkatan walaupun masih berada pada kategori cukup. Pada siklus III perolehan skor rata-rata kelas meningkat menjadi 60,25 dan berada pada kategori baik.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini, yaitu teknik pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Penelitian tersebut menggunakan teknik kuis komunikata untuk meningkatkan keterampilan berbicara, sedangkan penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Penelitian selanjutnya dilakukan Wati (2009) dengan judul "Peningkatan Keterampilan Mengemukakan Pendapat melalui Pembelajaran Cooperative Tipe TGT (Teams-Games-Tournament) bagi Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 7 Semarang Tahun Ajaran 2008/2009". Penelitian tersebut mengkaji penggunaan model kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan keterampilan mengemukakan pendapat dan untuk mengkaji perubahan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti pembelajaran mengemukakan pendapat dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata peserta didik kelas VIII D dalam pembelajaran mengemukakan pendapat mengalami peningkatan, yaitu sebesar 22,57 atau 40,16% dari rata-rata nilai prasiklus. Peserta didik juga mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang positif. Peserta didik terlihat senang, aktif, dan serius dalam melakukan game. Selain itu, mereka terlihat antusias dan menikmati pembelajaran, suasana kelas pun menjadi kondusif.
Perbedaan penelitian Wati (2009) dengan penelitian ini terletak pada masalah yang dikaji. Masalah yang dikaji dalam penelitian Wati (2009) adalah apakah terjadi peningkatan keterampilan mengemukakan pendapat dan bagaimana perubahan perilaku peserta didik setelah dilakukan pembelajaran mengemukakan pendapat dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT. Masalah yang dikaji dalam penelitian Wati masih mencakup kompetensi mengemukakan pendapat secara luas, sedangkan dalam penelitian ini masalah yang dikaji lebih khusus, yaitu memparafrase iklan baris menjadi wacana eksplanasi lisan. Persamaan penelitian yang dilakukan wati dengan penelitian ini terletak pada model pembelajaran yang digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan peserta didik.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Younesi (2009) yang berjudul The Effect of Autonomous CALL Based Task on Speaking. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek dari pembelajaran dengan menggunakan tugas berbasis panggilan otonom pada pembelajaran berbicara peserta didik ELF Iran pada tingkat menengah. Selain itu, penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tugas berbasis panggilan otonom terhadap motivasi peserta didik untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Penelitian dilakukan pada kelompok kontrol dari 16 mahasiswa Universitas Nesyaboor dan pada kelompok eksperimen dari 16 mahasiswa Univeristas Semnan. Peserta didik pada kelompok eksperiman menggunakan teknik tugas berbasis penggilan otonom untuk meningkatkan keterampilan berbicara, sedangkan peserta didik pada kelompok kontrol membahas topik tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas berbasis panggilan otonom dapat meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik. Bahkan, hasil post-test menunjukkan bahwa tugas berbasis panggilan otonom sangat efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik.
Penelitian yang dilakukan Younesi (2009) memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu masalah yang dikaji adalah peningkatan keterampilan berbicara peserta didik. Akan tetapi, penelitian Younesi masih mengkaji keterampilan berbicara secara umum, sedangkan penelitian ini mengkaji keterampilan berbicara dalam memparafrase iklan baris menjadi wacana eksplanasi lisan konteks bekerja. Tindakan yang dilakukan pun berbeda. Penelitian yang dilakukan Younesi menggunakan teknik tugas berbasis panggilan otonom, sedangkan penelitian ini menggunakan model kooperatif tipe TGT.
Zuliyanti (2010) melakukan penelitian yang berjudul "Peningkatan Keterampilan Berbicara Ekspresif dengan Teknik Simulasi Tokoh Idola pada Siswa Kelas VII G SMP Negeri 1 Mayong, Jepara Tahun Ajaran 2008/2009". Berdasarkan penelitian tersebut, terjadi peningkatan kemampuan pada peserta didik sebesar 15,5% setelah mengikuti pembelajaran berbicara ekspresif dengan teknik simulasi tokoh idola pada siklus I dan 19,9% pada siklus II. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Zuliyanti dengan penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Zuliyanti (2010)
menggunakan teknik simulasi tokoh idola, sedangkan penelitian ini menggunakan model kooperatif tipe TGT.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Nitasari (2010) dengan judul "Peningkatan Keterampilan Berbicara dalam Menanggapi Suatu persoalan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share pada Peserta didik Kelas V SD Negeri 5 Karangbener Kabupaten Kudus". Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada peserta didik. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian siklus I dan siklus II yang mengalami peningkatan sebesar 4,92% dari 71,47% pada siklus I menjadi 76,39% pada siklus II. Selain itu, perilaku peserta didik juga mengalami perubahan ke arah positif dari siklus I. Pada siklus I ketika guru menjelaskan materi masih ada beberapa peserta didik yang tidak konsentrasi. Pada waktu diskusi juga ada beberapa peserta didik yang pasif, sedangkan pada siklus II ketika guru menjelaskan materi, peserta didik bersungguh-sungguh memperhatikan semua penjelasan yang diberikan oleh guru. Dalam pelaksanaan diskusi pun semua peserta didik terlihat aktif berdiskusi.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nitasari dengan penelitian ini terletak pada kompetensi yang ditingkatkan, yaitu mengkaji tentang peningkatan keterampilan berkomunikasi secara lisan atau berbicara. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Nitasari dengan penelitian ini terletak pada variabel bebas yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi lisan. Penelitian Nitasari menggunakan model pembelajaran Think Pair Share,
sedangkan dalam penelitan ini digunakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Prasetyani (2010) dengan judul "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Turnamen Belajar sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Mengapresiasi Cerpen pada Peserta didik Kelas IXF SMP N 14 Pekalongan Tahun 2010". Melalui penelitian tersebut dapat diketahui peningkatan kemampuan peserta didik dalam menyerap materi yang diajarkan, yaitu 70,81 pada siklus 1 menjadi 86,77 pada siklus II. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyani memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama menggunakan model kooperatif tipe TGT, hanya variabel terikat dari masing-masing penelitian yang berbeda. Variabel terikat dari penelitian Prasetyani adalah peningkatan keterampilan mengapresiasi cerpen, sedangkan variabel terikat dari penelitian ini adalah peningkatan keterampilan memparafrase iklan baris menjadi wacana eksplanasi lisan dalam konteks bekerja.
Kekhasan dari penelitian ini terletak pada subjek penelitian yang dikaji, yaitu keterampilan memparafrase lisan. Selama ini kegiatan memparafrase selalu dikaitkan dengan kegiatan memparafrase puisi menjadi prosa, padahal parafrase tidak terpaku pada kegiatan mengubah puisi menjadi prosa, melainkan juga kegiatan lain. Pada dasarnya kegiatan memparafrase memiliki pengertian sebagai kegiatan mengubah suatu bentuk karya menjadi karya lain.


Artikel Terkait

Previous
Next Post »