1. Pengertian Strategi
Kata “strategy” berasal dari kata kerja bahasa Yunani, yakni “Stratego" yang berarti "merencanakan pemusnahan musuh lewat penggunaan sumber-sumber yang efektif.1 Sedangkan menurut Crown Dirgantoro mengemukakan bahwa kata strategi berasal bahasa yunani yang berarti "kepemimpinan dalam ketentaraan".2 Pengertian tersebut berlaku selama perang berlangsung yang kemudian berkembang menjadi manajemen ketentaraan dalam rangka mengelola para tentara bagaimana melakukan mobilisasi pasukan dalam jumlah yang besar, bagaimana mengkordinasi komando yang jelas dan sebagainya.
Seseorang yang berperan dalam mengatur strategi, untuk memenagkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kwalitas, misalnya kemampuan setiap personal, jumlah, dan kekuatan persenjataan, motivasi pasukan dan lain sebagainya. Setelah itu juga akan mengumpulkan informasi tentang kekuatan lawan. Setelah semuanya diketahui, baru kemudian ia akan menyusun tindakan apa yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang pas untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu mempertimbangkan berbagai faktor, baik ke dalam maupun ke luar.3
Dalam permainan sepak bola misalnya seorang pelatih, ia akan menentukan strategi yang dianggapnya tepat untuk memenangkan suatu pertandingan setelah ia memahami segala potensi yang dimiliki tim-nya. Apakah ia akan melakukan strategi menyerang dengan pola 2-3-5 misalnya, atau strategi bertahan dengan pola 5-3-2, semuanya sangat tergantung kepada kondisi tim yang dimilikinya serta kekuatan tim lawan.
Pada tahap berikutnya definisi strategi tersebut diadopsi ke dalam bisnis menjadi sebagai berikut:
"Strategi adalah hal menetapkan arah kepada manajemen dalam arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifi-kasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan di dalam pasar. Dengan kata lain, definisi strategi mengandung dua komponen yaitu; future intentions atau tujuan jangka panjang dan competitive advantage atau keunggulan bersaing"4.
Future intent atau tujuan jangka panjang dipahami sebagai pengembangan wawasan jangka panjang dan menetapkan komitmen untuk mencapainya. Sedangkan sumber keunggulan adalah pengembangan pemahaman yang dalam pemilihan pasar dan pelanggan oleh perusahaan yang juga menunjukkan kepada cara terbaik untuk kompetisi dengan pesaing pasar.
Secara sederhana menurut Michael Porter bahwa keduanya merupakan sebuah kombinasi akhir yang ingin dicapai oleh perusahaan dan bagaimana untuk mencapai tujuan akhir tersebut. Menurutnya future intent dan advantage harus berjalan secara bersama-sama. Dalam arti future intent hanya dapat ditetapkan, jika advantage atau keunggulan dapat dicapai. Advantage begitu ditentukan harus berada pada kerangka future intent. Dua-duanya harus feasible dan dipercaya serta dapat dicapai5.
Menurut Boyd dkk, mendefinisikan strategi sebagai berikut:
"Strategi adalah pola fundamental dari tujuan sekarang dan direncanakan, pengerahan sumber daya dan interaksi dari organisasi dengan pasar, pesaing dan faktor-faktor lingkungan lain". (Boyd et.al. 2000: 29)
Sedangkan menurut Lawrence dan William mengatakan bahwa strategi adalah :
"Rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan "6.
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa strategi itu merupakan sarana yang digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan akhir atau sasaran. Namun strategi bukan sekedar suatu rencana. Strategi merupakan rencana yang disatukan dan mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu. Di samping itu strategi menyeluruh meliputi seluruh aspek penting di dalam perusahaan, terpadu di mana semua bagian yang ada terencana serasi satu sama lain dan berkesesuaian.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities designed a particular educational goal, yang artinya strategi sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.7 2. Perbedaan antara Strategi dan Taktik
Di samping kata strategi, dikenal juga kata taktik. Kedua kata tersebut masih sulit untuk dibedakan, sehingga kadang-kadang digunakan secara tumpang tindih. Perbedaan yang sangat mudah di antara kedua kata tersebut adalah sewaktu kita memutuskan apa yang seharusnya dikerjakan, berarti kita telah memutuskan suatu strategi, sedangkan kita memutuskan bagaimana untuk melakukan pekerjaan tersebut, itulah yang disebut dengan taktik. Menurut Drucker menjelaskan bahwa strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right things), sedangkan taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar (doing the right things). Dicontohkan dengan Columbus yang berkeinginan untuk menentukan jalan pintas (strategi) untuk menuju ke India dengan memutuskan untuk berlayar menuju kearah barat dari pada kearah timur (taktik)8.
Menurut Crown bahwa pada prinsipnya strategi dapat di bagi ke dalam tiga tahapan, yaitu : 1). Formulasi Strategi
Formulasi strategi merupakan penentuan aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Di mana pada tahapan ini penekanan lebih difokuskan pada aktifitas-aktifitas yang utama antara lain:
a. Menyiapkan strategi alternative
b. Pemilihan strategi
c. Menetapkan strategi yang akan digunakan.
Untuk dapat menetapkan formulasi strategi dengan baik, maka ada ketergantungan yang erat dengan analisa lingkungan di mana formulasi strategi memerlukan data dan informasi yang jelas dari analisa lingkungan. 2). Implementasi Strategi
Tahap ini merupakan tahapan di mana strategi yang telah diformulasikan itu kemudian diimplementasikan, dimana tahap ini beberapa aktivitas kegiatan yang memperoleh penekanan sebagai mana penjelasan Crown, antara lain : a) menetapkan tujuan tahunan, b) menetapkan kebijakan, c) memotivasi karyawan, d) mengembangkan budaya yang mendukung, e) menetapkan struktur organisasi yang efektif, f) menyiapkan budget, g) mendayagunakan sistem informasi, h) menghubungkan kompensasi karyawan dengan performance organisasi.
Namun satu hal yang perlu diingat bahwa suatu strategi yang telah diformulasikan dengan baik, belum bisa menjamin keberhasilan dalam implementasinya sesuai dengan harapan yang diinginkan, karena tergantung dari komitmen dan kesungguhan organisasi atau lembaga dalam menjalankan strategi tersebut.
Menurut V. Bonoma dalam Crown mengemukakan bahwa ada empat hasil yang mungkin terjadi dari kombinasi antara formulasi strategi dengan implement-tasi strategi, sebagaimana diungkapkan lewat gambar dibawah ini:
(Gambar Formulasi dan Implementasi Strategi)10 Untuk memahami gambar di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: Success adalah apabila organisasi mampu memformulasikan strategi dengan baik serta mampu mengimplentasikannya dengan baik pula, maka hasilnya dinamakan sekses, inilah yang selalu diinginkan oleh setiap organisasi. Roulette adalah merupakan suatu kondisi di mana formulasi strategi yang dilakukan kurang baik atau cenderung buruk, namun dengan usaha dan penyesuaian di sana sini, arganisasi mampu mengimplementasikan
strategi dengan baik. Trouble adalah di mana situasi strategi menjadi kacau karena strategi yang telah
diformulasikan dengan baik tidak dapat diimplementasikan dengan baik. Failure adalah situasi yang paling tidak diinginkan sebab strategi yang telah
diformulasikan dengan buruk juga diimplementasikan dengan cara yang
buruk pula. 3). Pengendalian Strategi
Dalam rangka mengetahui atau melihat seberapa jauh efektifitas dari implementasi strategi, maka diperlukan tahapan selanjutnya yakni evaluasi, maksudnya mengevaluasi strategi yang telah dijalankan yang meliputi sebagai berikut:
a. Mereview faktor internal dan eksternal yang merupakan dasar dari strategi yang telah ada.
b. Menilai performance strategi
c. Melakukan langkah koreksi.
Menurut Drucker mengatakan, bahwa suatu organisasi untuk hidup dan tumbuh harus melaksanakan operasional organisasi dengan efisien (do things right) dan efektif (d° the right things) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keefisienan dan keefektifan suatu kinerja, maka diperlukan suatu evaluasi terhadap hasil-hasil organisasi yang merupakan akibat dari keputusan masa lalu11.
Adapun strategi untuk membudayakan nilai-nilai religius di sekolah dapat dilakukan melalui :
1. Power Strategy: yakni strategi budaya religius di sekolah dengan menggunakan kekuasaan atau melalui people 's power, dalam hal ini peran kepala sekolah dengan segala kekuasaannya sangat dominan dalam melakukan perubahan.
2. Persuasive Power: yang dijalankan lewat pembentukan opini dan pandangan masyarakat atau warga sekolah.
3. Normative Re-Educative: Norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat
lewat education. Normative digandengkan dengan re-educative (pendidikan ulang) untuk menanamkan dan mengganti paradigma berfikir masyarakat sekolah yang lama dengan yang baru.12
Pada strategi pertama dilaksanakan melalui pendekatan perintah dan larangan atau reward and punishment. Sedangkan pada strategi kedua dan ketiga dilaksanakan melalui pembiasaan, keteladanan, kemitraan, internalisasi dan pendekatan persuasive atau mengajak kepada warganya dengan cara halus, dengan memberikan alasan dan prospek baik yang bisa menyakinkan mereka. B. Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepala Sekolah
Ada dua buah kata kunci yang dapat dipakai sebagai landasan untuk memahami lebih jauh tugas dan fungsi kepala sekolah. Kedua kata tersebut adalah 'kepala dan 'sekolah'. Kata 'kepala' dapat diartikan 'ketua' atau 'pemimpin' dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang 'sekolah' adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.13
Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai "seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kata memimpin dari rumusan tersebut mengandung makna luas, yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam praktik organisasi kata memimpin, mengandung konotasi menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan dan sebagainya. Betapa banyak variabel arti yang terkandung dalam kata memimpin memberikan indikasi betapa luas tugas dan peranan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin suatu organisasi yang bersifat kompleks dan unik.
Sekolah adalah lembaga yang bersifat komplek dan unik. Bersifat komplek karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri, di mana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggarakannya pembudayaan kehidupan manusia.